Hampir setahun mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sepak terjang Wakil Presiden Boediono dikritik. Pengamat Ekonomi UI, Faisal Basri, dan pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, menilai, Boediono belum memainkan perannya secara maksimal. Keduanya sependapat, jika dibandingkan Jusuf Kalla, Boediono dianggap kurang "aktif".
Hal itu dilontarkan keduanya dalam diskusi Setahun SBY-Boediono, Sabtu (16/10/2010) di Jakarta. "Peran Wapres seperti apa? Harus lebih terlihat agar bisa memaksimalkan kinerja. Zaman Pak JK, perannya jelas. Beliau sangat aktif. Peran seperti ini perlu dilakukan Pak Boediono," kata Faisal.
Peran aktif Wapres, menurutnya, bisa mendorong gerak seluruh elemen kabinet dan pemerintahan sehingga lebih maksimal.
Sementara itu, Burhan mengatakan, jarangnya Boediono tampil di publik sangat berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan JK selama mendampingi SBY tahun 2004-2009. Hal ini mengakibatkan jauhnya gap popularitas antara Boediono dan SBY yang menurut survei LSI mencapai 53 persen.
"Dulu, gap antara SBY dan JK paling hanya 2-3 persen," ujarnya. Karakteristik SBY dan JK juga dinilai unik sehingga bisa saling melengkapi. JK sering diidentikkan dengan karakter "pedal-gas", sedangkan SBY "pedal-rem".
Adapun SBY dan Boediono dalam pandangan Burhan sama-sama berkarakter "pedal-rem". "Tetapi, pilihan terhadap Pak Boediono tidak salah. Sebenarnya akan klop kalau yang dipilih menteri yang punya karakter pedal gas. Sayangnya, banyak menteri yang cenderung cari aman. Jadi, enggak jalan-jalan. Ini menimbulkan gap ekspektasi publik yang tinggi. Persoalan ini seharusnya bisa diatasi oleh pemerintah," kata Burhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar