Dalam penetapan capres, Golkar akan mengutamakan tingkat kepopuleran calon. "Pencapresan akan lihat pada waktunya nanti. Siapa yang paling populer dan dikehendaki rakyat untuk menjadi capres dari Golkar. Sama sekali tidak mencalonkan Aburizal Bakrie sebagai capres 2014," kata Ical, di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Sabtu (16/10/2010).
Golkar, lanjut Ical, tidak secara kaku menetapkan bahwa capres adalah ketua umum partai. Sama halnya seperti pilkada, calon yang diajukan adalah sosok yang populer di masyarakat. Ia mengatakan, tak ada pembedaan pola pencalonan dalam kontestasi pilkada dan pilpres.
"Tidak kemudian ketua umum menjadi capres. Sama dengan pencalonan pilkada bupati, wali kota yang selalu mencalonkan orang populer. Calon presiden juga sama. Tidak boleh ada pembedaan treatment," ujarnya.
Saat ini, Golkar tengah menyusun strategi guna pemenangan Pemilu Legislatif 2014. Jika mengalami kenaikan suara signifikan, ia memastikan bahwa Golkar akan mencalonkan capres sendiri.
"Kalau pada saatnya nanti ada calon yang lebih populer daripada saya, sangat memungkinkan. Contohnya sudah banyak. Ada bupati yang bukan Ketua DPD II," kata Ical.
Secara terpisah, pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, menganggap wajar jika Golkar mulai mengembuskan nama Ical sebagai jagoannya pada Pilpres 2014. Menurutnya, tingkat elektabilitas Ical masih di bawah sejumlah pimpinan partai lain, seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Prabowo Subianto.
Oleh karena itu, langkah "promosi" perlu dilakukan lebih awal. "Cara Golkar lebih smooth. Apalagi, wacana ini baru digulirkan oleh orang-orang terdekat Ical. Ical punya problem popularitas yang masih jauh dibanding SBY atau Megawati. Dengan wacana lebih awal, akan membantu meningkatkan raising awareness masyarakat terhadap sosok Ical," kata Burhan, seusai mengisi sebuah diskusi di Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar