Laman

Jumat, 03 September 2010

Penangkapan Komplotan Rampok Asal Lampung


Zainuri (27), satu di antara lima orang komplotan perampok asal Lampung yang berhasil ditangkap Jajaran Polres Batanghari, Rabu (1/9) lalu, ternyata pernah bekerja di rumah Ali Reman, seorang tauke karet yang menjadi korban komplotan itu. Ali Reman dirampok pada awal Juli lalu.
Zainuri oleh sang tauke dipekerjakan sebagai sopir truk pengangkut karet milik pengusaha yang tinggal di Desa Rantau Puri, Kecamatan Pemayung itu.
Hal itu diketahui setelah polisi meminta keterangan Ali Reman dan mempertemukannya dengan para komplotan yang ditangkap Rabu lalu itu. Ali mengaku ia sangat kenal dengan Zainuri, sebab ia merupakan sopir truknya yang dipecatnya beberapa hari sebelum perampokan di rumahnya.
Selain mengenal Zainuri, Ali juga mengenal dua orang pelaku lainnya, yakni Eko (38) dan Yulianto (39). Ia mengenalnya saat keduanya bersama komplotannya merampok rumahnya.
Ia mengaku masih hafal wajah pelaku yang sempat melakukan penganiayaan kepadanya saat meminta dirinya menunjukkan tempat uang dan barang berharga. Saat itu, sekitar Rp 30 juta hartanya raib dibawa komplotan itu.
“Berdasarkan keterangan dari saksi-saksi dan korban, pelaku perampokan di Rantau Puri (Ali Reman, red) diduga dilakukan kelompok yang sudah kita tangkap ini,” kata Kapolres Batanghari, AKBP Tjahyono Saputro, melalui Kasat Reskrim, AKP Prasetiyo Adhi, Kamis (2/9).
Namun hingga saat ini, pelaku masih belum mengakui itu perbuatan mereka, dan tidak mengakui telah pernah melakukan perampokan.
Polisi masih terus melakukan perburuan terhadap dua orang lainnya yang melarikan diri saat hendak di tangkap di sebuah rumah makan. Pengakuan kelompok itu kepada polisi, satu orang di antara yang berhasil melarikan diri itu yakni Andi, merupakan pimpinan mereka.
Kawanan rampok itu juga menyebut pistol dan senjata yang berhasil ditemukan polisi saat penangkapan merupakan milik Andi. “Sampai sekarang mereka ngakunya masih seperti itu. Tapi kita masih akan terus lakukan pemeriksaan dan pengembangan terhadap kasus ini, sebab mereka sepertinya bukan orang pemain baru lagi,” ujar Kasat Reskrim.
Kelompok itu, sebelum ditangkap, telah memiliki target operasi di Jambi dan Sumatera Barat. Di Jambi, mereka menargetkan perampokan terhadap seorang tauke karet dengan nilai harta yang mereka prediksi bisa dibawa pulang Rp 1 miliar.
“Sementara di Padang, mereka juga telah memiliki incaran yang memimiliki kekayaan yang cukup tinggi. Mereka sudah membuat strategi, dan tinggal menunggu pelaksanaan. Tapi mereka keburu ditangkap,” ungkap Prasetiyo.
Polisi juga mengungkap dua orang di antara yang berhasil ditangkap itu sudah pernah menikmati hidup di dalam sel. Mereka adalah Eko dan Yulianto. Eko bahkan telah dua kali masuk penjara karena kasus judi dan kasus pencurian. Sedangkan Yulianto, pecatan TNI, dipenjara karena kasus pencurian.
Kelimanya kini mendekam di dalam sel tahanan Polres Batanghari. Atas perbuatannya itu, kelimanya kini diancam dengan hukuman penjara maksimal 20 tahun. “Karena mereka melakukan perampokan dengan menggunakan senjata tajam penusuk dan senjata api tanpa, yang mereka gunakan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang bisa membahayakan orang lain,” ucapnya.

Mengingatkan, Ali Reman kerampokan pada 8 Juli lalu sekira pukul 02.00 dini hari. Kediamannya di RT 07 Desa Rantau Puri, Kecamatan Muara Bulian didobrak sekawanan perampok. Harta benda senilai Rp 30 juta dibawa kabur. Belakangan diketahui, ternyata pelakunya adalah komplotan rampok yang ditangkap Polres Batanghari, Rabu lalu.

Ada Flu Burung di Sungai Penuh

Menjelang lebaran warga di Kota Sungai Penuh diminta mewaspadai ayam yang terkena flu burung. Hal ini karena Dinas Peternakan Kabupaten Kerinci menemukan 23 ayam yang telah positif terjangkit virus flu burung.

Ayam-ayam yang terpapar flu burung tersebut diketahui milik warga Dusun Sungai Akar Desa Pelayang Raya, Kota Sungai Penuh. Untuk mengantisipasi meluasnya kasus penemuan flu burung, Dinas Peternakan Kabupaten Kerinci memusnahkan bangkai ayam dengan cara dibakar, Rabu (1/9).

Penemuan ayam yang positif flu burung di Kota Sungai Penuh ini menjadi peringatan bagi masyarakat luas. Dikhawatirkan terdapat juga ayam yang telah terpapar flu burung dan lepas kontrol dan pengamatan petugas kemudian dijual oleh warga lain ke pasar untuk dikonsumsi.

"Dimusnahkannya 23 ekor ayam tersebut, karena dipastikan terjangkit virus flu burung. Dari lima ekor ayam yang mati mendadak, dua diantaranya diambil menjadi sampel penelitian. Hasilnya ternyata positif flu burung,” ujar Koordinator PSDR Dinas Peternakan Kabupaten Kerinci, Alfian, kepada Tribun, Rabu (1/9) kemarin.

Menurut Alfian, kasus tersebut pertama kali diketahui setelah adanya warga yang melaporkan ternak ayam mereka mati secara mendadak. Usai menerima laporan, empat orang petugas langsung turun untuk melakukan pengecekan di lapangan.

Usai dilakukan pengecekan di lapangan, petugas langsung melakukan pemusnahan, dengan cara dibakar dan dikuburkan ke dalam tanah. Setelah itu, langsung dilanjutkan dengan penyemprotan, agar virus tidak menyebar ke tempat lain,” katanya.

Selain ayam milik Tintin Sumarni, masih ada ayam lain milik warga yang ikut terjangkit virus flu burung. Sampai saat ini kita masih menunggu perkembangan dari warga sekitar. Jika ayam mereka juga mati mendadak, maka akan segera dilakukan pemusnahan massal,” jelasnya lagi.

Adanya kasus flu burung tersebut, juga diakui oleh Kepala Bidang Peternakan dana Perikanan, Dinas Kehutanan, Pertanian, dan Peternakan, Kota Sungai Penuh, Armadi. Menurutnya, lokasi merebaknya flu burung tersebut, sudah disterilkan petugas dengan cairan glutamol dan destan.

Kasus ini pertama kali diketahui hari selasa, setelah adanya warga yang melaporkan ayam mereka mati mendadak. Sampai saat ini, petugas masih menunggu hasil penelitian sampel ke Bukit Tinggi,” tegasnya.

Sebelumnya warga di Desa Sungai Tutung Kecamatan Air Hangat Timur juga menemukan ratusan ayam yang mati mendadak. Kemudian ayam-ayam tersebut dibuang ke tempat sampah di desa setempat. Namun pihak PSDR Dinas Peternakan tidak berhasil memastikan apakah ayam ayam tersebut mati karena flu burung dengan alasan sampel sudah tidak ada.