Laman

Sabtu, 14 Agustus 2010

WIRA USAHA MUDA INDONESIA SUKSES SIAPA MAU MENIRU

Di saat banyak anak muda tengah sibuk bermain, sepuluh duta muda ini tengah sibuk bekerja keras membuat inovasi. Di saat anak muda lain tengah luntang-lantung mencari pekerjaan, anak muda ini menciptakan lahan pekerjaannya sendiri.

Sepuluh sosok wirausahawan pemenang Shell LiveWIRE Business Start-up Awards ini memiliki cita-cita besar yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Mereka bercita-cita sukses melalui usaha yang mereka ciptakan sendiri. Wirausaha sudah menjadi suatu garis hidup yang mereka tetapkan dalam hati.

"Menurut saya, hidup hanya sekali. Terlalu disayangkan kalau kita hanya melakukan hal yang biasa. Lakukanlah hal luar biasa. Saya punya keyakinan saya bisa besar lewat (usaha) ini," ungkap Nur Kartika Indah M (23), yang merintis usaha Nata de Coco versi Singkong, Senin (9/8/2010) di Jakarta.

Pandangan gadis asal Solo ini juga diamini oleh rekan-rekannya sesama finalis. Novita, misalnya, ia mengaku sudah memiliki kemauan yang besar untuk berwirausaha sejak kuliah. "Modal saya hanya kemauan saja buat toko sepatu. Padahal dulu yang namanya stileto, high heels, wedges itu kayak apa saja saya enggak tahu. Tapi karena saya udah ada kemauan kuat berbisnis, akhirnya belajar," ujar gadis asal Depok, Jawa Barat, ini. Novita akhirnya membuat toko sepatu online yang dinamakan "Comfort Shop".

Selain kemauan yang kuat, jiwa pantang malu juga perlu dimiliki sebagai modal untuk berwirausaha. "Enggak perlu malu sama apa yang kita jual. Kalau malu, bagaimana kita bisa menghasilkan?" ujar Valdy, asal Yogyakarta, yang membuat usaha The Unique Culture yang mengangkat batik ke dalam jaket dan sepatu untuk anak muda.

Namun, menjadi wirausahawan memang tidak semudah yang diucapkan karena perlu usaha dan kesabaran. Hal ini dirasakan Ridho Arindiko S yang merintis usaha Minyak Goreng Sahara. Minyak ini diproduksi melalui proses comfilter system dengan harga yang terjangkau. "Pas awalnya kami hanya bisa jual 50 minyak. Itu sama kaya kami jual sehari seliter keliling ke mana-mana. Tapi berkat dukungan orang-orang, akhirnya di tahun ini penjualan kami alhamdulillah naik 300 persen," ujarnya.

Ia pun memiliki prinsip, "Kita boleh cita apa saja yang penting kita punya roadmap. Kita harus tekun dan konsisten. Apa pun masalahnya, pasti akan ada jalan keluarnya."

Ketua tim juri Shell LiveWIRE BSA 2010, Ahmad Djauhar, pun bangga atas apa yang sudah dilakukan kesepuluh finalis tersebut. Menurutnya, dengan berwirausaha, seseorang bisa membantu menekan angka pengangguran dan juga menciptakan lapangan kerja baru bagi orang lain sehingga kegiatan ini harus terus ditingkatkan.

Inilah 10 Wirausahawan Muda Shell

Shell Indonesia memilih sepuluh Duta Shell LiveWIRE Business Start-up Awards (BSA) 2010 sebagai salah satu bentuk corporate social responsibility (CSR).

Kesepuluh wirausahawan muda tersebut berhak mendapatkan dana pengembangan usaha sebesar Rp 20 juta serta pelatihan bisnis selama dua tahun. "Bentuk kewirausahaan ini merupakan solusi dari masalah setiap tahun kelulusan SMA atau perguruan tinggi sulit yang mendapatkan pekerjaan di sektor formal yang jumlahnya bahkan di atas dua juta per tahun," ujar President Director & Country Chairman PT Shell Indonesia Darwin Silalahi, Senin (9/8/2010) di Jakarta.

Menurut Darwin, berwirausaha mampu mengatasi pengangguran bagi sarjana yang baru lulus, sekaligus di saat yang bersamaan menciptakan lapangan usaha baru bagi orang lain.

Namun, lanjutnya, potensi kewirausahaan di Indonesia masih belum tergali. Berdasarkan data Kementerian Negara Koperasi dan UKM, dari puluhan ribu sarjana yang merupakan lulusan baru, hanya sekitar 17 persen yang berminat jadi wirausaha.

"Melalui ajang ini, kami berharap anak-anak muda yang berpotensi jadi pengusaha dapat terinspirasi dan terpacu untuk terus berkarya membangun bisnis mereka, yang pada akhirnya bisa berkontribusi membangun perekonomian nasional," tandas Darwin.

Dari 384 pendaftar dari seluruh Indonesia yang mengirimkan proposalnya, Shell memilih 15 orang finalis hingga dikerucutkan menjadi sepuluh orang pemenang.

Kesepuluh pemenang berhasil memenuhi komponen penilaian para juri, yakni ide bisnis yang dijalankan, model bisnis, strategi dan pengembangan bisnis, kepemimpinan dan individu, serta rencana bisnis.

Adapun kesepuluh pemenang Shell LiveWIRE BSA 2010 yakni Achmad Ferdiansyah dengan usaha "Herbal Electric Lamp (HETRIC)", Ali Bagus Antra dengan usaha "Bebek Garang", Ari Wibowo dengan usaha "Restdoor", Mirza Akbar dengan usaha "Yogya Ice Cream", Novita Eka Sari dengan usaha "Comfort Shop", Nur Kartika Indah M dengan usaha "Nata de Cassava" yang juga memenangkan Green Entrepreneur, Ridho Arindiko S dengan usaha "Minyak Goreng SAHARA", Rizky Kurnia Widianto dengan usaha "Unique Lancar Jaya", Valdy Galih Saputra dengan usaha "The Unique Culture", dan Yanuar Rahman dengan usaha "Vidiyan.com".

Kesepuluh wirausahawan muda tersebut berhak mendapatkan dana pengembangan usaha sebesar Rp 20 juta serta pelatihan bisnis selama dua tahun.

Habis Genteng Terbitlah Keramik Beton

Bangkrutnya puluhan pabrik genteng di sentra industri genteng Tegalwaru dan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, lima tahun terakhir ini, membangkitkan sebagian pengusaha membuat produk baru. Setelah genteng tanah liat kian tak laku, mereka beralih ke keramik beton.

Keramik beton, yang di pasaran terkenal dengan sebutan keraton, menjadi alternatif bahan untuk bangunan bertingkat. Selain lebih murah ongkos dan lebih cepat pemasangannya, keraton juga dinilai lebih tahan getaran dan gempa.

"Ada 4-6 pengusaha yang sekarang memproduksi keraton di sentra ini. Keraton telah diuji coba tahun 1976 dan dikembangkan tahun 1980-an, kian populer beberapa tahun terakhir," ujar Nasan, pemilik pabrik keraton di Desa Cadasmekar, Kecamatan Tegalwaru, Rabu (4/8/2010).

Krisis bahan bakar pascakenaikan harga minyak tahun 2005 memicu rontoknya puluhan pabrik genteng di Purwakarta. Kantor Litbang Genteng dan Bata Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purwakarta mencatat, tahun 2004 terdapat 270 unit usaha genteng dengan 13.016 pekerja. Kenaikan harga bahan bakar minyak pada Oktober 2005 menghancurkan puluhan pabrik. Tahun 2006 jumlahnya tinggal 187 unit dan terus menurun hingga 130 unit dengan 3.162 pekerja pada 2009.

Ketika permintaan genteng tanah liat terus menurun seiring semakin maraknya produk atap modern berbahan fiber, plastik, atau beton, sebagian pengusaha mulai mendiversifikasi produk. Mereka antara lain mengembangkan keramik beton, keramik dinding, ubin terakota, dan roster.

PROFIL USAHA Bisnis dan Warisan Belanga Kuningan

Kehidupan masyarakat Kerajaan Buton, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, pada masa abad ke-13 lekat dengan perabot rumah tangga yang terbuat dari kuningan. Kini, masih ada satu keluarga di Kota Bau-Bau yang memproduksi perabot tersebut secara tradisional dan turun-temurun.

Sarmin (32) adalah generasi keenam atau terakhir dari perajin perabot kuningan Buton. Bersama tiga saudara laki- lakinya, Sarmin membuka usaha kerajinan kuningan tradisional di Kampung Pimpi, Kelurahan Tanganapada, Kecamatan Murhum, Kota Bau-Bau.

Bengkel perabot kuningan milik Sarmin itu berupa bangunan dari kayu berukuran 8 meter x 5 meter. Di atas lantai tanah di bengkel itu puluhan cetakan belanga kuningan dari tanah liat ditata rapi. Di dekat pintu masuk bengkel terdapat gundukan tanah liat yang dibeli Sarmin dari Surabaya.

Tanah liat digunakan sebagai alat mencetak kuningan karena mudah dibuat dan dapat didaur ulang. Setelah kuningan cair mengering, cetakan tersebut dihancurkan dan tanahnya dapat digunakan lagi untuk membuat cetakan lainnya.

Pembuatan perabot kuningan dengan cara tradisional itu melalui beberapa proses, yaitu membuat cetakan, melebur bahan dari kuningan, mencetak kuningan, dan pembubutan (proses pelepasan kuningan dari cetakannya). ”Kami harus berbagi tugas agar pekerjaan cepat selesai,” kata Sarmin, pada Juni.

Ada dua cara proses membuat cetakan itu, yaitu menggunakan tangan atau alat cetakan dari aluminium. Jika memakai cetakan aluminium, prosesnya lebih cepat, tetapi bahan kuningan yang dicetak lebih tipis.

Namun, Sarmin mengatakan, permintaan belanga kuningan dengan teknik manual atau tangan lebih diminati. Belanga tersebut lebih tebal dan awet jika dipakai untuk memasak.

Biasanya, belanga tersebut digunakan untuk memasak kasuami atau makanan khas Bau- Bau yang terbuat dari singkong. Makanan tersebut sampai saat ini masih dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari warga.

Permintaan belanga tidak hanya datang dari daerah Pulau Buton, tetapi juga dari Maluku, Kalimantan, dan Irian. Dalam satu hari, Sarmin mampu menghasilkan belanga kuningan 2-3 buah. Dengan cetakan aluminium, jumlah belanga yang dihasilkan bisa 5 buah per hari. Rata-rata Sarmin memproduksi lebih dari 90 belanga per bulan.

Harga belanga yang dibuat dengan teknik manual Rp 225.000 per buah, sedangkan yang dibuat dengan cetakan aluminium Rp 200.000 per buah.

Dari harga tersebut, Sarmin mendapatkan keuntungan Rp 100.000 per belanga. Keuntungan itu harus dibagi-bagi dengan saudaranya yang ikut bekerja.

Sarmin mendapatkan keahlian membuat perabot kuningan itu dari Ayahnya, Baari Ompu, yang saat ini membuka usaha kerajinan kuningan di Kelurahan Lamangga, Kecamatan Murhum, Bau-Bau. Sejak 7 tahun lalu, Sarmin mulai membuka tempat usaha sendiri.

Menurut Sarmin, pekerjaan ini hanya dapat dilakukan kaum pria. ”Saya tidak tahu alasannya. Dulu orangtua selalu berpesan seperti itu,” kata Sarmin.

Saat ini Sarmin memiliki tiga putra, tetapi yang laki-laki hanya satu orang. Sarmin pun berharap anak laki-lakinya mau meneruskan pekerjaan ini. Sarmin mulai mengenalkan teknik membuat belanga kuningan itu kepada anaknya.

Ada keahlian yang perlu dipelajari dalam waktu lama. Karena itu, pekerjaan ini merupakan usaha turun-temurun.

Misalnya, dalam membuat belanga dengan teknik manual, cetakan dari tanah liat harus dibuat dalam ukuran yang sama. Di dalam cetakan terlebih dulu dilapisi lilin. Jika cetakan tanah liat sudah kering, cetakan tersebut bisa langsung dibakar sampai lilin di dalamnya hilang. Cetakan itu pun siap digunakan.

Jika dengan cetakan aluminium, Sarmin menggunakan kotak kayu yang dilengkapi engsel. Cetakan aluminium dimasukkan ke dalam kotak dan diisi tanah liat yang agak basah.

Tanah liat lantas dipadatkan dengan diinjak-injak. Setelah padat, kotak dibuka. Cetakan pun siap dijemur.

Sarmin membeli bahan kuningan dari para penjual logam di pasar di Kota Bau-Bau. Setiap kuningan dibeli Rp 40.000 per kilogram. Logam kuningan itu harus dilebur dulu.

Untuk satu belanga, ada tiga cetakan yang harus dibuat. Kuningan yang sudah tercetak pun nanti harus disambung dengan cara dilas. Belanga yang sudah tersambung tinggal diperhalus sehingga lebih mengilap.

Cuaca buruk juga menjadi kendala bagi Sarmin. Pada saat musim hujan seperti sekarang ini, cetakan tanah liat tidak dapat dijemur. Cetakan harus dijemur di dalam bengkel selama berhari-hari hingga kering.

Barang yang sudah siap dijual kemudian dipisahkan. Sarmin pun menunggu para penampung barang tersebut. Biasanya mereka datang ke bengkel dua kali dalam satu bulan. ”Jarang ada yang langsung beli di bengkel saya. Orang lebih banyak membeli di pasar,” kata Sarmin.

Perabot tradisional

Sarmin tak hanya memproduksi belanga untuk dipakai memasak. Pria yang sudah 15 tahun menjadi perajin kuningan ini juga memproduksi perabot yang digunakan untuk upacara tradisional adat Buton.

Perabot itu antara lain kapera atau lentera minyak, kanturuna wolio atau tempat ludah, dan talang atau meja untuk raja. Sarmin memproduksi perabot seperti itu jika ada pesanan.

Perabot tradisional itu dijual Rp 400.000 (kapera), Rp 600.000 (kanturuna wolio), dan Rp 1,5 juta-Rp 2 juta (talang). ”Tak hanya untuk upacara adat, tetapi juga dipesan sebagai barang seni,” kata Sarmin.

Sarmin juga membuat peralatan lain berbasis kuningan, seperti pembuatan hiasan interior dan eksterior rumah.

Meski sudah tujuh tahun membuka usaha ini dan memiliki pelanggan, Sarmin mengatakan tidak ada tetangga atau orang lain yang ikutan membuka usaha ini.

Bagi Sarmin, pekerjaan sebagai perajin kuningan tradisional ini merupakan tanggung jawab. Di Kota Bau-Bau hanya Sarmin yang mengerjakan belanga dan perabot tradisional kuningan.

Di dalam Benteng Keraton Wolio, ada beberapa perajin kuningan, tetapi mereka hanya membuat perhiasan pengantin. Berbeda dengan apa yang dikerjakan Sarmin, pembuatan perhiasan pengantin itu harus dilakukan perempuan.

Sarmin dan perajin kuningan tradisional patut diapresiasi. Mereka tidak saja berbisnis, tetapi juga melestarikan seni perabot atau perhiasan yang telah digunakan sejak zaman Kerajaan Buton.

DIRUT MANDIRI ZULKIFLI ZAINI Meneruskan Tradisi Tolak Intervensi

M Fajar Marta dan Pieter P Gero

Zulkifli Zaini dan Agus Martowardojo mungkin dua pribadi dengan kesan dan gaya yang sangat berbeda. Agus, kini Menteri Keuangan, adalah sosok yang terbiasa tampil di depan publik mengingat ia kerap menjadi pemimpin puncak. Sementara Zulkifli lebih terkesan sebagai pekerja keras di belakang layar.

Namun, keduanya memiliki prinsip yang sama dalam mengelola bank, yakni tidak bisa diintervensi untuk kepentingan pemerintah, politisi, ataupun pengusaha yang tidak sesuai dengan tata kelola yang baik (good corporate governance/GCG).

Keduanya juga memiliki keberanian dan ketegasan yang sama dalam mengejar para debitor pengemplang utang supaya melunasi kewajibannya. Karena itu, banyak pihak optimistis, di bawah kepemimpinan Zulkifli, Bank Mandiri akan terus berkembang.

Fondasi budaya dan kinerja kokoh yang berhasil ditanamkan Agus sebelumnya di Mandiri tidak hanya akan dipertahankan, tetapi juga akan ditingkatkan oleh nakhoda yang baru.

Berikut petikan wawancara Zulkifli dengan Kompas akhir pekan lalu di Jakarta.

Rencana Bank Mandiri ke depan?

Dalam jangka pendek, kami akan meningkatkan fungsi intermediasi dan bisnis Bank Mandiri. Pada saat yang sama, kami juga akan terus meningkatkan service excellent dan tata kelola perusahaan yang baik. Intinya, fondasi yang sudah ditanamkan Agus Martowardojo sebagai Dirut Mandiri sebelumnya akan kami teruskan. Kami menginginkan Bank Mandiri dan semua anak usahanya bisa tumbuh dan berperan aktif dalam mendorong pembangunan negeri. Saat ini momentum yang tepat untuk bertumbuh, mengikuti pertumbuhan ekonomi yang tengah terjadi di Asia.

Bagaimana peran dalam mendorong pembangunan?

Salah satu inisiatif yang kami lakukan adalah mendorong kemajuan di kawasan Timur Indonesia. Jika bank lain banyak membangun cabang di Jawa, Mandiri lebih banyak ekspansi ke luar Jawa, termasuk kawasan Timur Indonesia. Contohnya, kami banyak membangun outlet microbanking di luar Jawa. Tujuannya, agar semakin banyak pelaku usaha mikro yang mendapatkan akses pembiayaan. Ekspansi ke luar Jawa kami tingkatkan karena pertumbuhan ekonomi di luar Jawa kini relatif membaik seiring meningkatnya harga berbagai komoditas.

Terkait pengembangan kawasan Indonesia timur, Bank Mandiri juga menggelar program "Papua Invesment Day" serta "Maluku dan Maluku Utara Investment Day". Melalui event itu, Mandiri mempertemukan investor dengan kepala pemerintah daerah setempat. Setelah event tersebut, banyak investor, yang juga debitor Mandiri, ingin berinvestasi di Papua dan Maluku.

Komitmen Mandiri mengembangkan kredit mikro?

Kami memang tergolong baru dalam mengembangkan bisnis mikro. Namun, sejak tiga tahun lalu, kami sangat intensif. Hingga Juni 2010, kredit mikro mencapai Rp 6 triliun. Kredit mikro untuk kegiatan produktif. Secara umum Mandiri memang lebih mementingkan kredit produktif ketimbang konsumsi. Kami menargetkan kredit mikro bisa tumbuh 35-40 persen per tahun, lebih cepat daripada segmen lain yang kami targetkan 20-22 persen per tahun.

Apakah Mandiri juga membina para pelaku usaha?

Salah satu kegiatan corporate social responsibility (CSR) Bank Mandiri adalah membina wirausaha baru melalui program wirausaha muda Mandiri. Tujuannya, agar kian banyak lulusan perguruan tinggi yang menciptakan lapangan usaha sendiri. Setelah dibina dalam program wirausaha muda Mandiri dan menjadi bankable, kami lalu mendukung mereka dengan kredit mikro. Jika berkembang, mereka bisa menjadi nasabah komersial dan seterusnya.

Terhadap wirausaha muda, kami tak hanya berbicara soal pembiayaan, tetapi juga mendorong mereka menjadi pengusaha yang baik. Kami meminta pengusaha yang telah sukses menularkan ilmunya kepada mereka.

Target Mandiri menjadi salah satu bank terbaik di kawasan Asia Tenggara. Bagaimana?

Setelah transformasi tahap pertama 2005-2009, kami kini melakukan transformasi tahap kedua 2010-2014. Pada akhir 2014, kami menargetkan kapitalisasi pasar mencapai Rp 225 triliun. Saat ini kapitalisasi pasar Mandiri Rp 124 triliun. Dengan kapitalisasi pasar sebesar itu, Mandiri akan menjadi perusahaan terbesar di Indonesia dan salah satu yang terbesar di kawasan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan kredit minimal 22 persen per tahun. Dengan pertumbuhan kredit sebesar itu, Mandiri akan menguasai pangsa pasar pendapatan industri perbankan 16 persen. Adapun saat ini, pangsa pasar pendapatan Mandiri sekitar 12 persen.

Apa komitmen Mandiri menekan bunga kredit?

Sejak Maret 2009-Maret 2010, bunga kredit dasar Bank Mandiri sudah turun dari 10,5 persen menjadi 8,9 persen. Jadi, sebenarnya bunga kredit sudah single digit. Dibandingkan bank lain, marjin bunga bersih Bank Mandiri relatif lebih rendah.

Efisiensi bisa dorong kredit, apa yang dibuat Mandiri?

Memang tidak mudah mengingat biaya operasional bank di Indonesia sangat besar. Bank Mandiri sendiri harus menjaga dan memelihara ratusan kantor cabang dan jaringan elektronik yang ada di berbagai pulau, yang membutuhkan ongkos besar. Sejauh ini, tingkat efisiensi Mandiri relatif lebih baik dibandingkan dengan bank-bank lain yang setara.

Taktik menolak tekanan dan intervensi pihak lain?

Pemangku kepentingan Bank Mandiri memang banyak sekali sehingga banyak pula yang merasa ikut memiliki Mandiri. Namun, kita sudah buktikan, selama 2005-2010, Mandiri bisa tumbuh baik jika tidak dipengaruhi kepentingan yang tak sesuai GCG. Kami selalu katakan, jika Mandiri tumbuh baik, pemangku kepentingan jualah yang akan menikmati hasilnya. Kami juga harus mengakomodasi pemegang saham minoritas. Sejauh ini mereka bisa mengerti.

BUKU Tantangannya Memberikan Keseimbangan

Sebagai generasi penerus usaha keluarga, tantangan generasi kedua adalah memberikan keseimbangan atau balance. "Balance untuk menyesuaikan usaha ini dengan perkembangan zaman," kata Felicia Nugroho, di Jakarta, Selasa (3/8/2010).

Felicia adalah putri sulung (alm) Sukyatno Nugroho. Nama yang satu ini adalah pendiri dan pemilik waralaba Es Teler 77. Dalam kesempatan itu, Felicia di salah satu gerai Es Teler 77 meluncurkan buku bertajuk Prinsip, Di Sini Senang, Di Sana Senang.

Menurutnya, buku ini adalah buku kedua Sukyatno. Sebelumnya pada 8 Desember 2007, Sukyatno meluncurkan buku pertamanya berjudul 18 Jurus Sakti Dewa Mabuk-Membangun Bisnis.

Profil Aprilina, Mengatrol Gengsi Pempek Udang

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa saat membuka Bazaar Rakyat dan Pojok Rakyat di gerai Carrefour Palembang, Juni lalu, memborong pempek udang buatan Aprilina yang akrab dipanggil Cek Lina (38). Saat itu, puluhan usaha kecil menengah se-Sumatera Selatan sedang mengadakan pameran.

Waktu itu, pempek udang Cek Lina laris manis. Meskipun Palembang adalah sarangnya pedagang pempek, pempek udang di Palembang sangat langka. Kebanyakan pempek yang dijual di Palembang, Sumsel, dibuat dari campuran tepung dan ikan gabus atau ikan tenggiri.

Dilihat dari bentuknya, pempek udang dan pempek ikan sama persis. Perbedaannya, pempek ikan berwarna putih, sedangkan pempek udang berwarna kemerahan. Begitu digigit, rasa udang yang gurih sangat terasa.

Menurut Cek Lina, pempek udang merupakan makanan sehari-hari warga Sungsang. Cek Lina tinggal di Desa Sungsang I, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumsel. Sungsang terletak di muara Sungai Musi, sekitar 80 kilometer dari Palembang.

Di Sungsang yang merupakan desa nelayan, pasokan bahan baku berupa udang segar melimpah. Itu sebabnya banyak rumah tangga di Sungsang yang memproduksi pempek udang. Namun, pempek udang buatan Sungsang jarang dipasarkan sampai ke Palembang karena jarak tempuh yang cukup lama.

Cek Lina adalah orang pertama yang berani memasarkan pempek udang ke luar dari Sungsang. Sejak memulai usaha pembuatan pempek tahun 1995, Cek Lina hanyalah pemain lokal. Artinya, ia hanya berdagang pempek di seputar Sungsang.

”Sebelum pameran ini, saya ikut pelatihan tentang manajemen UKM dari PT Pusri, Bank Sumsel-Babel (Bangka Belitung), dan dari perguruan tinggi. Setelah ikut pelatihan, muncul keinginan untuk memasarkan pempek udang ke Palembang,” ujarnya.

Cek Lina mengungkapkan, usaha pempek udang di Sungsang sulit berkembang karena banyak saingan dan pembelinya tidak banyak. Sedangkan di Palembang, prospek usaha pempek udang sangat menjanjikan karena praktis tidak ada saingan.

Mengolah sendiri

Cek Lina masih menerapkan manajemen tradisional dalam memproduksi pempek udang. Ia hanya dibantu suaminya, Usman (40), yang bertugas mencari bahan baku udang segar di Sungsang. Sedangkan urusan mengolah bahan baku sampai menjadi pempek dikerjakan sendirian.

Menurut Cek Lina, untuk membuat pempek udang yang dipasarkan di Palembang, sedikitnya setiap hari ia harus mengolah 45 kilogram udang segar. Setiap satu kilogram udang segar ditambah satu kilogram telur dan delapan ons tepung dapat diolah menjadi 15 pempek kapal selam.

Cara membuat pempek udang sama saja dengan membuat pempek ikan. Udang segar dibersihkan bagian kepala dan buntutnya, dihaluskan, dan dicampur tepung, penyedap rasa, serta garam.

”Saya sendirian sanggup mengolah 45 kilogram udang segar menjadi pempek. Saya biasanya membuat pempek tiga kali dalam sehari,” katanya.

Di Sungsang, Cek Lina menjual pempek udang Rp 5.000 per buah. Sedangkan di Palembang, Cek Lina menjual pempek udang Rp 7.000 per buah. Harga lebih tinggi karena perjalanan dari Sungsang ke Palembang butuh waktu dua jam. Dengan Rp 7.000, Cek Lina masih mendapatkan untung yang lumayan.

Setiap hari, Cek Lina mendatangkan udang segar dari Sungsang ke Palembang dengan kapal cepat kemudian menggunakan mobil. Ongkos angkut udang segar Rp 1.000 per kilogram. Cek Lina baru mengolah udang segar menjadi pempek setelah udangnya tiba di Palembang.

Udang harus didatangkan dari Sungsang karena untuk membuat pempek udang harus memakai udang yang benar-benar segar. Udang yang sudah diberi pengawet atau disimpan dalam es tidak bisa dibuat pempek. ”Kalau udangnya tidak segar, pempeknya pasti hancur,” kata Cek Lina.

Menurut Usman, kendala usaha pempek udang adalah pasokan udang segar yang tidak menentu. Ketika udang sedang langka, untuk mendapatkan lima kilogram udang saja sulit. Biasanya udang sulit dicari pada Juli-Agustus.

”Harga udang di Sungsang Rp 10.000 per kilogram. Kalau lagi sulit, harganya Rp 13.000-Rp 15.000 per kilogram. Saya membeli udang langsung dari nelayan,” kata Usman.

Sangat banyak rumah tangga di Sungsang yang memproduksi pempek udang. Namun, Usman bangga karena dari sekian banyak produsen pempek udang di Sungsang, hanya Usman dan istrinya yang memasarkan pempek udang di luar Sungsang.

Masalah yang dihadapi usaha pempek udang Cek Lina sama dengan UKM pada umumnya, yaitu terbatasnya pemasaran dan modal.

”Prospek pempek udang bagus di Palembang, tetapi susah mencari lokasi untuk berjualan di Palembang. Kalau cuma jualan di Sungsang, tidak mungkin berkembang,” kata Cek Lina.

Terbatasnya modal membuatnya tidak bisa menyewa tempat di Palembang untuk dijadikan toko pempek udang. Ia mengaku tidak berani meminjam modal ke bank karena syaratnya rumit. Dia juga khawatir tidak bisa mengembalikan pinjaman. ”Kalau pinjam di bank harus bikin proposal. Saya enggak ngerti bikin proposal,” ujarnya.

Cek Lina optimistis dengan prospek usaha pempek udang di Palembang. Selama beberapa hari mengikuti pameran di Carrefour Palembang, Cek Lina dapat meraih omzet Rp 1 juta per hari. Kalau di Sungsang, ia hanya meraih Rp 100.000 per hari.

Cek Lina berani bersaing dengan pempek udang buatan pengusaha lain. Yang penting, dia harus bisa mempertahankan kualitas produk supaya rasa udang dalam pempeknya betul-betul terjaga.

”Setelah pameran di Carrefour, saya diajak ikut pameran di Palembang dan di Jakarta. Pokoknya, setiap ada pameran, saya akan ikut,” katanya sambil tersenyum.

Berkat usaha Cek Lina, pempek udang yang dulu cuma dikenal di Sungsang sekarang dikenal luas. Pempek udang bukan lagi makanan dusun.

LIMBAH TAPIOKA JADI DUIT SIAPA MAU COBA

Siapa sangka limbah tapioka yang dianggap sampah, berbau tidak sedap, dan tidak memiliki daya guna lagi justru mendatangkan rezeki bagi anak muda bernama Nur Kartika Indah M (23).

Selama dua tahun ini, ia berhasil membuat nata de coco dari limbah tapioka yang dikombinasikan dengan serat singkong hingga terciptalah kemudian Nata de Cassava.

"Saya awalnya tertarik untuk garap bisnis ini karena saya lihat peluang pasarnya nata de coco ini tinggi. Sekarang ini baru terpenuhi 40 persen di Bantul," ujar alumnus Teknologi Industri Pertanian UGM Yogyakarta angkatan 2005 ini.

Melihat peluang besar tersebut, Yasti, panggilan akrabnya, beserta ketiga temannya pun mencari akal untuk menggarap bisnis nata de coco dengan sentuhan yang berbeda.

Ide kemudian tercetus saat mereka berempat main ke sebuah daerah bernama Pundong di Yogyakarta. "Kami ke Pundong dan ternyata di sana banyak perajin tapioka kampung. Di situ kami lihat ada limbah tapioka yang asam. Dari sini kami berpikir karena sifatnya itu, pasti bisa jadi bahan dasar buat nata," ungkap Yasti kepada Kompas.com.

Akhirnya, Yasti dan teman-teman memutuskan menggunakan limbah tapioka yang dimodifikasi dengan singkong sebagai seratnya. "Untuk buatnya kami selalu gagal. Dari 12 nampan paling yang berhasil cuma satu," cerita perempuan kelahiran Surakarta ini.

Akhirnya, setelah masuk ke laboratorium selama beberapa minggu dan menemukan formula yang tepat, kini tingkat kegagalan Nata de Cassava buatan Yasti pun berangsung mengecil hingga 10 persen.

Setelah ditemukan formula yang tepat, Yasti nekat dengan berbekal tas ransel ia bertolak ke sejumlah daerah di Yogyakarta, Wonosobo, Bogor, dan Lampung untuk menawarkan nata buatannya kepada para supplier.

Alhasil, sudah ada satu perusahaan yang sudah menjadi klien tetapnya dan satu lagi yang sebentar lagi mencapai kesepakatan. Omzetnya kini memang baru Rp 5 juta dengan estimasi keuntungan Rp 1,5 juta. "Tapi aku yakin pasti aku bisa jadi besar dari sini. Keyakinan itu yang terus aku pegang selama dua tahun," ujarnya mantap.

Keyakinan ini bukan tanpa alasan, pasalnya perusahaan berbasis industri rumah tangga yang dibuat Yasti ini juga tengah didekati supplier yang meminta nata darinya sebanyak 20 ton per minggu. "Nah ini yang sedang kami kejar, sekarang baru bisa 2 ton yang dikerjakan bertujuh," tandasnya.

Untuk itu, ke depannya ia akan segera membesarkan ruang produksi dan meningkatkan jumlah pegawai yang juga adalah petani tapioka di Bantul tersebut.

Usaha Yasti bukan berarti terus tanpa hambatan. Pada Maret 2010, usahanya mengalami gagal produksi sampai perlu tiga bulan untuk bangkit kembali. Akibatnya, teman-teman yang awalnya bersama merintis pun akhirnya berguguran meninggalkan Yasti seorang diri.

Di saat itulah, ia berencana meninggalkan mimpinya sebagai wirausahawan sukses dan melamar pekerjaan ke suatu perusahaan. "Doa orangtua sangat berpengaruh, saat jatuh karier. Orangtua saya yang mendukung untuk bersabar. Eh taunya sekarang saya lolos Shell ini," ujar Yasti yang memenangi anugerah Green Enterpreneurship dalam Shell LiveWIRE Business Start-up Awards 2010.

Menurutnya, menjadi wirausahawan adalah pilihan hidup. Dengan berwirausaha, ia bisa memiliki waktu lebih dengan keluarga sekaligus mampu berbagi rezeki dengan sesama.

Keyakinan akan bisnis Nata de Casaava menghantarkan Yasti pada sebuah mimpi untuk memasarkan produknya hingga pelosok Nusantara, bahkan dunia dan juga Nata de Cassava dikenal sebagai brand tersendiri bukan brand supplier. "Hidup itu seperti salak. Dia berduri, kadang kena gesekan dengan sekelilingnya tapi benturan itu akan buat dia jadi luwes durinya hilang. Jadi, lebih luweslah menghadapi permasalahan hidup. Dengan itu, kita jadi bisa lebih bersyukur terhadap apa yang kita punyai," ujar Yasti mengungkapkan filosofi hidupnya.

Sosok Dahlan Tak Segan Pakai Sepatu Sopir

Direktur Utama PT PLN Dahlan Iskan orang yang easy going. Buktinya, dia tidak segan-segan meminjam sepatu milik sopirnya saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke kawasan industri MM 2100, Cibitung, Bekasi.

Sepatu itu berbentuk vantofel berwarna hitam. "Ini sepatu sopir saya, cuma agak sempit," ujar Dahlan saat mendampingi Presiden meninjau percetakan PT Ganeca Exact di kawasan industri MM 2100, Rabu (21/7/2010).

Dahlan mengaku meninggalkan sepatu olahraga yang biasa dipakainya di mobil pribadinya. Sayang, Dahlan tidak sempat mengungkap alasannya tidak memakai sepatu olahraga yang biasa dipakainya lantaran terburu-buru mengikuti rombongan Presiden.

BISNIS CREPES MENGUNTUNGKAN JUTAAN RUPIAH SIAPA MAU IKUT YOK....

Crepes semakin akrab di telinga dan lidah orang Indonesia. Tengok saja, penjaja penganan yang terbuat dari tepung terigu ini semakin mudah dijumpai.

Tak hanya di mal atau pusat belanja, penjual crepes juga terlihat di pinggir jalan. Mereka menuai gerai, baik di ruko maupun gerobak (booth). Ini bukti bahwa crepes semakin menuai banyak penggemar.

Memanfaatkan peluang memopulerkan crepes yang belum banyak dikenal di Jawa Timur, dua tahun lalu Rachmad Prayogi mulai terjun ke bisnis ini. Dengan mengusung nama Loyal Crepes, pria asal Kediri, Jawa Timur, itu menggulirkan usahanya.

Tak ingin mengalami kegagalan. Rachmad pun mematangkan konsep bisnis. Tujuan dia, tentu saja, agar mampu bersaing dengan produk sejenis yang sudah lebih dulu eksis. Ambil contoh, dia menggunakan telur ayam kampung saat meracik adonan agar hasilnya lebih gurih dan renyah.

Rachmad mengklaim, keunggulan Loyal Crepes tampak dari jenis isian atau topping. Kini Loyal Crepes memiliki sekitar 40 jenis rasa yang bisa dipilih sesuai selera. Topping yang menjadi andalan adalah chicken mushroom, abon, dan jagung muda.

Perkiraan Rachmad tak meleset. Pasar menyambut antusias crepes buatannya. Buktinya, kini dia telah memiliki 13 cabang. Agar usahanya kian merekah, Rachmad menawarkan kemitraan. Sejak ditawarkan tahun lalu, kini Loyal Crepes telah merangkul sekitar 150 mitra. Dari mitra sebanyak itu, sebanyak 80 mitra berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Sisanya tersebar di berbagai daerah lain, seperti Madiun, Solo, Yogyakarta, dan Malang.

"Kami memang memfokuskan pengembangan di Jawa Timur terlebih dahulu, tapi tak tertutup kemungkinan berekspansi ke luar Jawa Timur," kata dia.

Tiga paket kemitraan

Jika Anda ingin menjadi mitra Loyal Crepes, Rachmad menawarkan tiga paket kemitraan. Pertama, Paket Mini Mobile Booth dengan nilai investasi Rp 6,5 juta. Kedua, Paket Becak Mobile Booth seharga Rp 8,5 juta. Terakhir, Paket Big Mall Booth senilai Rp 12,5 juta.

Dari ketiga paket tersebut, perbedaan terletak pada bentuk booth. Selebihnya, seperti peralatan masak, bahan baku untuk satu pekan, hingga pelatihan pegawai, sama. Kemitraan Loyal Crepes juga tak mewajibkan para mitra membayar biaya royalti.

Selain itu, mitra juga berkesempatan menjadi master franchise di kota tempat tinggal Anda. Namun, untuk menjadi master franchise ini, Anda harus merogoh kocek hingga Rp 35 juta. Sebagai master franchise, mitra berhak menawarkan kemitraan di kota tersebut. "Mereka mendapat keuntungan penjualan booth dan suplai bahan baku," kata dia.

Hanya saja, Rachmad juga mengharuskan master franchise membeli tiga gerai sekaligus. Selain itu, sang mitra juga wajib membeli bahan baku minimal untuk tiga bulan. Syarat lainnya, calon master franchise harus memiliki izin usaha minimal usaha dagang serta pengalaman berbisnis selama satu tahun.

Widyawati Wibowo, salah seorang mitra sekaligus master franchise Loyal Crepes di Surabaya, bilang, animo masyarakat di Kota Buaya terhadap produknya cukup bagus. Salah satu gerai Widyawati dapat meraih omzet hingga Rp 400.000 per hari. "Oleh karena itu, kami bisa balik modal dalam waktu tiga bulan saja," kata dia, bernada bangga.

Selain menjadi master franchise, Widyawati juga menjual berbagai bahan baku dan peralatan membuat crepes secara terpisah kepada masyarakat. Meski begitu, mereka yang membeli peralatan dan bahan baku tak harus menjalankan usaha crepes dengan mengusung merek Loyal Crepes. "Memang tidak ada biaya royalti yang mengikat mereka," ujar Widyawati.

SOSIALISASI WIRA USAHA 6.125 Sarjana Telah Ikuti Sosialisasi Wirausaha

Sejak dijalankan pada Desember 2009, Program Seribu Sarjana Wirausaha telah melibatkan 6.125 peserta. Mereka mengikuti sosialisasi dan sekitar 350 orang dari jumlah itu sudah mengajukan proposal rencana bisnis usahanya.

Asisten Deputi Urusan Monitoring dan Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Marjoko Pratomo disela-sela diskusi panel bertema Pengembangan Entrepreneurship Untuk Mendorong Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Jawa Barat di Universitas Widyatama, Bandung, Selasa (27/7/2010), mengatakan, pemerintah mengadakan program untuk mencetak 1.000 sarjana wirausaha di setiap provinsi.

Kementerian KUKM mengajak pemerintah daerah untuk menerapkan program itu di wilayahnya. Dari 33 provinsi, sebanyak 12 provinsi sudah berpartisipasi. Tahap program Seribu Sarjana Wirausaha diawali dengan sosialisa si. Mereka yang berminat diminta untuk membuat rencana bisnis dilanjutkan dengan bimbingan dan pelatihan. Rencana yang dinilai layak akan diupayakan mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan.

"Kami lihat, mereka mau membuat usaha apa. Akses ke lembaga keuangan juga bisa didapatkan dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB)," katanya.

Soal jumlah dana yang disalurkan untuk setiap wirausaha, Marjoko menjelaskan, angkanya tak ditentukan. Pinjaman itu tergantung dari ukuran bisnisnya. "Nama program yakni Seribu Sarjana Wirausaha hanya ikon. Kalau lebih dari 1.000 peserta di setiap provinsi, lebih bagus," katanya.

EKONOMI NEGARA EROFA NAIK MESKI MERAYAP

Negara-negara di zona euro mengalami pertumbuhan ekonomi selama semester satu 2010. Meski merayap, kenaikan itu terhitung memuaskan.

Menurut warta AFP, AP, dan Reuters pada Sabtu (14/8/2010), Jerman mencatatkan pertumbuhan 2,2 persen pada akhir Juni. Ini merupakan pertumbuhan kuartal terbesar dalam kurun waktu 20 tahun lebih. Lembaga statistik Jerman, Destatis, mengemukakan hal itu.

Jerman merupakan perekonomian terbesar Eropa dan tingkat pertumbuhan tersebut menjadi indikasi keberhasilan dalam mengatasi masalah keuangan yang timbul akibat kriris utang Yunani awal 2010. "Tingkat pertembuhan per kuartal seperti itu tidak pernah tercatat sejak reunifikasi Jerman," kata Destatis.

Penyebab utamanya adalah ekspor yang kuat, yang didukung oleh melemahnya nilai mata uang euro.

Adapun pertumbuhan ekonomi di kawasan negara-negara yang menggunakan mata uang euro meningkat 1 persen dalam kuartal kedua 2010. Angka itu lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada kuartal pertama yang hanya mencapai 0,2 persen.

Yunani

Perekonomian Perancis tumbuh 0,6 persen dalam kuartal kedua. Angka ini naik dari 0,2 persen ketimbang kuartal pertama. Sementara, Spanyol dengan pertumbuhan 0,2 persen mengalami kenaikan tipis dari 0,1 persen dari tiga bulan sebelumnya.

Sedangkan Italia dalam enam bulan pertama tumbuh pada tingkat yang sama di posisi 0,4 persen.

Kondisi sebaliknya terjadi dengan Yunani. Negeri Para Dewa itu menderita penyusutan ekonomi sampai 1,4 persen dalam kuartal kedua. Pemerintah Yunani memang sedang menerapkan serangkaian langkah-langkah penghematan untuk mengurangi defisit anggaran.

Bagaimanapun angka-angka pertumbuhan ini masih merupakan perkiraan awal dengan kemungkinan akan direvisi dalam beberapa bulan mendatang.

Angka-angka pertumbuhan GDP di kalangan Eropa memperlihatkan pemulihan ekonomi mencapai momentum pemilihan pada bulan April dan Juni.

Sementara itu di Amerika Serikat pertumbuhan ekonomi kuartal kedua turun menjadi 0,6 persen dari 0,9 persen untuk periode Januari-Maret, yang menimbulkan pertanyaan atas pemulihan ekonomi terbesar dunia itu.

Nanoteknologi Bakal Merevolusi IT

Setelah hampir lima dekade perkembangan teknologi informasi, kini mulai terasa adanya revolusi di bidang yang maju pesat ini. Perkembangan nanoteknologi mungkin akan mengambil peran besar dalam mendorong revolusi ini.

Hal tersebut karena nanoteknologi dapat dikawinkan dalam sistem mekatronika dan embedded system yang selama ini menjadi bagian penting perangkat teknologi informasi. Kehadiran nanoteknologi akan memberi napas baru perkembangan teknologi informasi bersanding dengan mekatronika dan embedded system.

"Sekitar empat dekade mekatronika telah menunjukkan peran dalam kehidupan manusia, mulai dari sistem produksi, transportasi, hingga sistem-sistem lain," ucap Arko Djajadi, Dosen Departemen Mekatronika Swiss German University, dalam Seminar Nasional Nanoteknologi, Selasa (3/8/2010) di Gedung Badan Penerapan dan Pengembangan Teknologi (BPPT), Jakarta.

Dia mengungkapkan, kemudian peran embedded system pun hadir pada hampir semua produk, di mana mekatronika telah terhimpun di dalamnya, maupun pada produk-produk baru yang utamanya adalah multimedia dan komunikasi.

"Dari pemutar MP3, alat-alat medis, hingga militer banyak menggunakan embedded system. Disket sudah kita lupakan, dan sekarang hard disk yang 20 GB itu juga sudah biasa," tuturnya.

Dikatakannya, nanoteknologi memungkinkan adanya peningkatan signifikan terhadap berbagai aspek produk sarat teknologi, di mana inti dari embedded system dan teknologi informasi akan mengalami lompatan kemampuan berkat nanoteknologi.

"Contoh-contoh produk dari perusahaan besar dunia seperti Toshiba, IBM, dan HP telah fokus melakukan riset di bidang nanoteknologi untuk tetap mampu bertahan dan bersaing di dunia yang makin kompetitif," ujarnya.

Bayi Ohio Lahir 8-9-10-11.12 Jumat, 13 Agustus 2010 | 12:43 WIB

Inilah bayi yang kelahirannya tak mungkin bisa dilupakan. Betapa tidak, si bayi yang bernama Ella Rose lahir pada 8-9-10 (9 Agustus 2010) pukul 11.12 malam waktu setempat di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat (AS).

Sang ibu bernama Terri Riehle sangat gembira. "Saya bilang wow, ini sangat mudah. Saya tidak akan bingung mengenai ulang tahun anak-anak saya. 8/9/10. Ini sangat mudah diingat," katanya. Namun, dokternya memiliki suatu keinginan juga.

"Saya bercanda dan mengatakan bagaimana kalau jam 11.12 (pagi)," demikian ujar sang dokter, Peggi Heis. Sayang pada jam tersebut sang bayi tak juga nongol.

"Semua orang bercanda dan membuat taruhan kapan si bayi akan lahir," kata sang dokter lagi. Sebelum pukul 11 malam, Terri sudah mulai merasakan kontraksi di perutnya.

"Saya melihat ke jam dan sudah setengah sebelas dan saya bertanya kepada ibu sang bayi jika ia mau menunggu," kata Heis. Menit demi menit, bayi tak mau juga keluar dan Terri mulai merasa lemas.

"Saya melihat ke ibu mertua saat bayi lahir dan menunjuk ke arah jarum jam sambil mengatakan, lihat, itu pukul 11.12," kata Scott Riehle, sang bapak, mengenang. Bayi keluar tepat pukul 11.12. "Ia mengatur waktunya sendiri dan ia membuatnya tak ingin dilupakan," kata Terri, sang bunda.

Bakrieland Kini Miliki Bank Tanah Terluas Sabtu, 14 Agustus 2010 | 09:11 WIB

PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) akhirnya merealisasikan akuisisi beberapa lahan baru dengan menggunakan dana segar dari gelaran penerbitan saham baru alias rights issue.

Presiden Direktur ELTY Hiramsyah Thaib menjelaskan, pada akhir Juli 2010 lalu, Bakrieland telah merampungkan akuisisi lahan di Bukit Jonggol Asri (BJA) seluas 10.500 hektare. Artinya, kini Bakrieland menjadi pemegang saham mayoritas BJA sebesar 51 persen, dan menguasai 20 persen saham Bukit Sentul.

Saat ini total lahan yang dimiliki ELTY mencapai 15.000 ha. ''Kami bisa dikatakan sebagai pengembang yang memiliki landbank terbesar di Jakarta,'' ujar Hiramsyah, Jumat (13/8).

Hiramsyah melanjutkan, Bakrieland menganggarkan sekitar Rp 450 miliar-Rp 500 miliar untuk pembangunan infrastruktur BJA. Dengan rincian, biaya pembangunan infrastruktur awal sebesar Rp 300 miliar. Sementara sisanya yakni Rp 150 miliar-Rp 200 miliar untuk pembangunan jalan yang menghubungkan antara BJA dengan Bukit Sentul.

Bakrieland sendiri menganggarkan sekitar Rp 5 triliun untuk akuisisi lahan dan biaya pengembangan BJA. ''Tapi itu bertahap. Untuk infrastruktur awal, kami hanya butuh Rp 300 miliar,'' ujar Hiramsyah.

Adapun untuk pembangunan jalan, lanjut Hiramsyah, akan dimulai usai Lebaran nanti. Diperkirakan pembangunan jalan sepanjang 10 km ini akan memakan waktu hingga 9 bulan.

Bila pembangunan awal BJA berjalan sukses, ELTY berharap bisa meraup penjualan mencapai Rp 1,5 triliun dalam tiga tahun ke depan.
Saat ini total lahan yang dimiliki ELTY mencapai 15.000 ha. 'Kami bisa dikatakan sebagai pengembang yang memiliki landbank terbesar di Jakarta.

TERUNGKAP MENGAPA MONYET KEBAL AIDS OBAT AIDS SUDAH DEKAT

Beberapa spesies monyet asal Afrika seperti sooty mangebey (Cercocebus atys) diketahui memiliki mekanisme pertahanan alami yang mencegah mereka terinfeksi AIDS. Primata ini dilaporkan dapat terinfeksi virus simian immunodeficiency virus (SIV) tanpa berkembang menjadi AIDS meski jumlah virusnya sangat banyak.

Fenomena yang biasa dikenal sebagai natural host tersebut saat ini tengah diteliti para ilmuwan untuk mempelajari pengembangan obat-obatan HIV/AIDS untuk manusia.

Para ilmuwan menemukan, pada tubuh monyet-monyet tersebut terjadi regenerasi sel T, tipe sel darah putih yang membuat sistem imun mampu melawan infeksi kuman atau virus.

Secara khusus diketahui monyet sooty mangabey yang terinfeksi oleh SIV atau virus kerabat HIV pada satwa primata mampu menjaga level CD4 dan sel-T melalui regenerasi yang pesat dari CD4 dan sel T yang polos atau belum terekspos racun dan senyawa lain yang merangsang produksi antibodi.

Hasil riset tersebut bisa menjelaskan mengapa SIV dan HIV bisa menyebabkan AIDS pada primata lainnya, termasuk pada manusia. Dalam penelitian ini, para ilmuwan dari Yerkes National Primate Research Center, Atlanta, membandingkan sooty mangabey dengan monyet rhesus yang terinfeksi SIV.

"Walaupun kedua spesies itu menunjukkan pertambahan sel CDH4 dan sel T, namun pada monyet rhesus tampak regenerasi CD4 sel T naif yang lebih lambat," kata Mirko Paiardini, salah seorang peneliti.

PRAKTEK MAFIA PAJAK RUGIKAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Untuk mencegah praktik mafia pajak dan sekaligus memperkuat sistem kontrol di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Menteri Keuangan Agus Martowardojo meminta Inspektorat Jenderal Kemenkeu Hekinus Manao mengirim 18 auditor.

Ke-18 auditor senior dan semisenior itu akan ditempatkan di Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Manusia (KISDA), Ditjen Pajak Kemenkeu dalam waktu segera. "Betul, itu atas perintah saya. Mereka akan memperkuat internal kontrol di Ditjen Pajak," tandas Agus.

Menurut Agus, yang ditemui seusai menghadiri rapat dadakan di Kantor Presiden, Kompleks Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/8/2010) siang tadi, ke-18 auditor itu akan menjadi karyawan tambahan Ditjen Pajak.

Secara terpisah, Hekinus Manao yang dihubungi Kompas membenarkan, pihaknya telah mendata 18 orang auditor di Irjen Kemenkeu untuk ditempatkan di Direktorat KISDA Ditjen Pajak Kemenkeu. "Awalnya 15 orang yang akan ditugaskan, akan tetapi kita tambah tiga auditor yang senior lagi untuk memperkuat di KISDA," tambahnya.

Hekinus menyatakan, ke-18 auditor tersebut sudah memenuhi sejumlah persyaratan agar bisa memenuhi harapan Menkeu. "Selain harus memiliki jejak rekam bersih, memiliki pengetahuan soal pajak, dan memiliki integritas serta tahan uji untuk memperbaiki dan meningkatkan internal kontrol di Ditjen Pajak," jelas Hekinus.

Hekinus menambahkan, mereka diharapkan bisa mencegah terjadinya penyimpangan, selain memperkuat sistem pengendalian internal Ditjen Pajak. "Jangan sampai mereka larut juga dengan lingkungan yang ada," katanya.

Dikatakan, setelah semua persiapan administrasi diselesaikan, ke-18 auditor tersebut akan segera bertugas di Ditjen Pajak.

Serukan Perlawanan Terhadap Rezim Neolib Jumat, 13 Agustus 2010 | 15:34 WIB

Koordinator Group Diskusi 77-78 M Hatta Taliwang, pada acara Renungan Kemerdekaan ke-65 RI di Jakarta, Kamis (12/8/2010), menyerukan perlawanan terhadap pemerintahan saat ini yang dinilainya beraliran ekonomi neoliberalisme.

Hatta pun memaparkan beberapa data yang mendukung pendapatnya bahwa pemerintah saat ini beraliran neoliberalisme. "Penjualan putus gas Donggi Senoro ke Mitsubishi, misalnya, menghilangkan potensi perolehan negara sebesar 500 juta dollar AS per tahun atau setara dengan Rp 4,5 triliun. Padahal, Pertamina jauh lebih pengalaman dalam membangun dan menjual liquid natural gas. Kenapa aset negara strategis ini dilepas begitu saja?" katanya.

Hatta mengatakan, Malaysia dulu pernah belajar dari Indonesia soal pengelolaan gas alam. "Petronas awalnya banyak belajar dari Pertamina. Tapi kini, menurut Dr Kurtubi dan Marwan Batubara, aset Petronas lima kali lebih besar dari Pertamina. Apakah ini karena kehebatan orang Malaysia atau karena Pertamina secara perlahan digerogoti dari dalam oleh mafia migas atau konspirasi kapitalis?" tanyanya.

Hatta juga menyoroti ekonomi Indonesia yang hanya dikendalikan sekitar 400 keluarga kaya di Indonesia. Mereka dikatakan bercokol sejak era Orde Baru. Para keluarga konglomerat ini dikatakan mendapat monopoli kredit murah, perlindungan tarif, kuota, dan lainnya.

"Ini karena mereka memberi upeti kepada penguasa. Sementara usaha kecil yang puluhan juta dianiaya, digusur, dan dipinggirkan," katanya.

Hatta juga menyeroti merebaknya jumlah hipermarket di Indonesia. Menurutnya, saat ini terdapat 63 hipermarket yang tersebar di 22 kota di Indonesia. Sementara itu, nasib jutaan warung-warung kelontong kian terhimpit. "Pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Jaya tinggal 150-an dan dalam keadaan babak belur. Penghuni pasar tradisional yang mayoritas pribumi memelas dan menjerit ketika pendapatannya terus melorot. Siapa peduli mereka?" katanya.

Rp 2 Triliun Atasi Krisis Pangan

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 2 triliun untuk mengatasi kemungkinan dampak krisis pangan dunia terhadap Indonesia.

"Dana kontingensi disediakan, semua langkah disiapkan untuk antisipasi," kata Hatta Rajasa di Kantor Menko Perekonomian Jakarta, Jumat (13/8/2010).

Hatta menyebutkan, dana kontingensi dalam APBN 2010 itu terdiri atas dana cadangan beras sebesar Rp 1 triliun dan dana stabilisasi harga Rp 1 triliun.

Hatta menyebutkan, saat ini terjadi kecenderungan harga pangan dunia mengalami kenaikan karena penurunan produksi pangan dunia akibat perubahan iklim.

Ia mencontohkan, Rusia dilanda gelombang panas sehingga produksi gandum turun hingga 20 persen yang menyebabkan negara itu langsung menghentikan ekspor gandum. Langkah tersebut diikuti oleh negara lain sehingga komoditas lain ikut mengalami kenaikan harga. "Kita mewaspadai kemungkinan dampak kenaikan harga pangan dunia ke dalam negeri," katanya.

Menurut dia, Indonesia belajar dari pengalaman 2008 di mana saat itu terjadi krisis pangan dunia, tetapi Indonesia justru mengalami surplus.

Hatta menyebutkan, paling tidak empat langkah dilakukan pemerintah untuk mengatasi dampak krisis pangan dunia, yaitu menjaga produktivitas pangan tetap tumbuh, membiasakan adaptasi dengan iklim yang berubah, dan tetap menjaga stabilitas harga pangan, seperti melalui operasi pasar, pasar murah, dan percepatan penyaluran raskin.

Pemerintah juga memberikan perlindungan kepada petani dengan penyaluran pupuk, penyediaan lahan, dan subsidi benih.

Hatta juga menyatakan bahwa pasokan beras saat ini dalam posisi cukup sehingga tidak perlu dikhawatirkan. "Suplai beras cukup, mencapai 4,7 juta ton," kata Hatta.

Mata Uang Rupiah Rata-rata Lebih Kuat dari Perkiraan BI

Bank Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah rata-rata jauh lebih kuat ketimbang prediksinya. Gubernur Bank Indonesia terpilih, Darmin Nasution, menduga nilai tukar rupiah rata-rata sampai dengan akhir tahun 2010 berada di level Rp 9.100 per dollar Amerika Serikat.

Darmin menjelaskan, nilai tukar rupiah rata-rata sejak Januari sampai saat ini sudah mencapai Rp 9.130 per dollar Amerika Serikat. "Kalau target yang kami buat tadinya sekitar Rp 9.150, tapi kelihatannya akan lebih kuatlah," ujar Darmin seusai menerima Bintang Mahaputera Utama di Istana Merdeka, Jumat (13/8/2010).

Menurutnya, salah satu pendorong penguatan rupiah adalah angka pertumbuhan dunia. Katanya, kalau data ekonomi dunia dianggap mengkhawatirkan maka pasti rupiah ikut melemah. Sementara kalau normal-normal saja semua maka rupiah menguat. "Semua mata uang di dunia ini sedang rentan," kata mantan Direktur Jenderal Pajak itu.

Darmin mengatakan, selama satu kuartal terakhir penguatan mata uang Indonesia bukanlah yang terbesar. "Kita itu mungkin yang ketiga," imbuhnya.

Yang jelas, Darmin meminta jangan terpengaruh dengan perubahan nilai tukar harian. Sebab, yang perlu dilihat adalah rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang tahun

PEREKONOMIAN DUNIA SEBABKAN RUPIAH FLUKTUATIP

Perekonomian dunia yang fluktuatif menimbulkan pula nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berfluktuatif. Jika perekonomian dunia mengkhawatirkan, nilai tukar rupiah pasti melemah. Sebaliknya, jika perekonomian dunia normal-normal saja atau relatif lebih baik, maka nilai tukar rupiah terhadap dollar pun akan membaik.
Jadi, itu karena persoalan data perekonomi dunia, yang membuat rupiah berfluktuasi.
-- Darmin Nasution

Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, seusai menghadiri upacara pemberian penghargaan tanda kehormatan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (13/8/2010) sore.

"Jadi, itu karena persoalan data perekonomi dunia, yang membuat rupiah berfluktuasi. Jika ekonomi dunia mengkhawatirkan, rupiah pasti melemah. Akan tetapi, jika nanti normal-normal saja atau relatif baik dan kita pun juga baik, maka rupiah pun membaik juga," tandasnya.

Menurut Darmin, sekarang ini mata uang dunia sedang rentan. Berbagai data ekonomi dari dunia, seperti di AS, Eropa dan China, sekarang ini memang melemah. "Ini memang aneh. Kalau ekonomi orang lain melemah, rupiahnya pun ikut melemah. Akan tetapi, kalau ekonominya menguat, sama juga akibatnya, menguat juga," tambahnya.

Semua mata uang melemah

Dikatakan Darmin, jika ekonomi dunia sedang melemah semuanya, tentu mencari mata uang yang kuat dan aman, yaitu mata uang dollar AS. Akan tetapi, jika tenang-tenang saja dan ekonominya berkembang atau relatif baik, rupiah akan menguat.

"Itu yang terjadi lagi sekarang, menguat lagi. Jadi, intinya, semuanya jangan terlalu terpengaruh dengan perubahan mata uang rupiah secara harian. Yang perlu dilihat adalah bagaimana rata-ratanya nanti sepanjang tahun," jelas Darmin.

Darmin memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS rata-rata sejak Januari hingga awal Agustus lalu berkisar Rp 9.130 per dollar AS. "Kalau target BI sebesar Rp 9.150 per dollar AS. Akan tetapi kelihatannya, akan lebih kuat lagi, yakni saya kira Rp 9.100 per dollar AS," lanjutnya.

Namun, Darmin mengakui penguatan rupiah sekarang ini bukan yang terbesar dibandingkan negara lainnya. "Mungkin kita yang ketiga atau keberapa. Jika tidak, ya cadangan devisa kita tidak akan sebesar sekarang ini, yaitu mencapai 80 miliar dollar AS lebih," ujar Darmin.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat sore tercatat mencapai kisaran Rp 8.965-Rp 8.975 per dollar AS. Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah 27 poin menjadi Rp 8.992-Rp 9.012 per dollar AS dibandingkan penutupan hari sebelumnya Rp 8.965-Rp 8.975.

Yenny Wahid Melahirkan Nama Cucu Gus Dur: Maica Aurora Madhura

Maica Aurora Madhura. Begitulah nama yang diberikan untuk cucu keluarga besar mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Maica lahir di Jakarta, Jumat (13/8/2010) sekitar pukul 22.27 WIB.

Maica Aurora Madhura adalah putri Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman binti Abdurrahman Wahid (Yenny Wahid) yang menikah dengan Dhohir Farisi, anggota DPR RI dari Partai Hanura asal Probolinggo, Jawa Timur.

Mudah ditebak, Madhura merujuk pada nama suku bangsa Madura yang mengalir pada diri suami Yenny, Dhohir Farisi.

Berkat kemudahan self-publishing di era internet, kabar sukacita itu disebarkan oleh saudara Yenny, Anita Wahid dan Alissa Wahid, lewat akun Twitter-nya.

Allissa Wahid mengabarkan dalam keterbatasan 140 karakter dengan kalimat seperti ini, "Alhamdulillaah.. Penghuni baru kelg Ciganjur, putri dari @yennywahid & cak dhohir farisi telah hadir dg selamat.. Terimakasih doanya, twends."

Sementara Anita Wahid menyebutkan, Maica Aurora Madhura terlahir dengan berat 3.780 gram. "Ibu & anak alhamdulillah sehat," tulis Anita, sekaligus mengunggah foto bayi tersebut.

LABA-LABA RAKSASA PEMANGSA BURUNG

Joel Shakespeare, seorang petugas yang bekerja di Australian Reptile Park, menyatakan, laba-laba tersebut merupakan jenis Golden Orb Weaver. “Biasanya mereka menangkap serangga besar… sangat jarang mereka menangkap seekor burung,” ungkapnya kepada ninemsn.com.

Selain itu, dia menambahkan, laba-laba Golden Orb Weaver ini ukurannya sebesar telapak tangan manusia, tetapi spesies yang sama di bagian utara daerah itu diketahui ukurannya lebih besar lagi.

Menurut pihak Museum Queensland, burung tersebut adalah jenis Chestnut-breasted Mannikin. Joel Shakespeare menambahkan, “Burung itu pasti terbang ke arah sarang laba-laba tersebut dan terjerat di sana, laba-laba itu akan menyantapnya habis.”

“Laba-laba itu akan menggunakan racunnya untuk melunakkan dagingnya dan apa yang tersisa hanyalah 'bungkusnya',” ujarnya.

Pihak Museum Queensland, Greg Czechura, mengatakan, ”Memang diketahui secara umum, laba-laba jenis ini menangkap burung berukuran kecil, tetapi hal ini jarang terjadi. Laba-laba ini membangun sarang yang sangat kuat, tetapi dia tidak akan menggigit dan menyerang burung itu hingga burung itu lemah kehabisan tenaga,” ujarnya.

Laba-laba Golden Orb Weaver ini membangun pusaran jeratnya yang kuat dengan kandungan protein yang tinggi karena dia sangat bergantung padanya untuk menangkap serangga besar sebagai mangsanya.

NEW YORK Obama Jadi 'Backing' Pembangunan Masjid

Rencana pembangunan masjid di dekat tempat kejadian perkara (TKP) serangan 11 September 2001 menjadi persoalan kontroversial di New York. Paling tidak, kelompok konservatif seperti mantan kandidat presiden dari Republik, Sarah Palin, dan banyak warga kota New York memilih berseberangan dengan ide itu.

Termasuk di dalam kelompok penentang adalah para keluarga korban tragedi memilukan itu. Alasan mereka, pembangunan masjid merupakan bentuk "pengkhianatan" terhadap kenangan para korban.

Namun, pilihan berbeda justru menjadi kehendak Presiden Barack Obama. "Sebagai seorang warga negara, sebagai seorang presiden, saya percaya umat Muslim mempunyai hak yang sama untuk menjalankan hidup keagamaan mereka, sama halnya dengan warga negara AS lainnya," kata Obama sebagaimana warta Reuters, Jumat (13/8/2010).

Obama menyatakan hal itu saat dikunjungi para diplomat negara-negara Islam dan para anggota komunitas Muslim AS. Ia sendiri, dalam kesempatan itu, menjadi tuan rumah acara membatalkan puasa di Gedung Putih.

"Persamaan hak tersebut termasuk hak membangun tempat ibadah dan pusat komunitas Muslim di kawasan properti swasta di pusat kota Manhattan, sesuai dengan peraturan yang berlaku," tambah Obama menegaskan.

Awal bulan ini, sebuah agen properti di kota New York memang menegaskan adanya rencana pembangunan pusat komunitas berikut masjid yang terletak cuma dua blok dari TKP yang dimaksud. Warga New York lazim menyebut TKP itu sebagai "Ground Zero".

"Ini Amerika dan komitmen kami untuk kebebasan beragama mestinya tak perlu digoncangkan," imbuh Obama yang sudah menjalin kerja sama antara US dan dunia Muslim sebagai salah satu batu penjuru kebijakan politik pemerintahannya.

Lebih lanjut, Obama mengatakan bahwa Al Qaeda tidak sama dengan Islam. "Al Qaeda adalah distorsi dari Islam. Tidak ada pemimpin keagamaan di Al Qaeda, yang ada adalah teroris yang membunuh orang-orang tak berdosa," kata Obama menekankan.

Tak hanya Obama ternyata yang menjadi "backing" ide tersebut. Wali Kota New York Michael Bloomberg adalah orang pertama yang mendukung rencana itu sebagai bagian dari upaya mengembangkan komunitas-komunitas keagamaan di kota tersebut.

Sebagai catatan, 2.750 orang tewas pada kejadian tersebut lantaran dua buah pesawat penumpang yang dibajak kelompok Al Qaeda ditabrakkan ke kedua gedung kembar World Trade Center.

KISAH HIDUP DARI LOKALISASI KE TASBIH

Suparni adalah potret kebanyakan dari perempuan yang terjerumus ke prostitusi. Ia miskin papa. Beruntung, sebelum jauh terjerumus, Suparni sudah insaf.
Dulu, ketika masih jadi "orang nakal", dapat duit gampang dan jumlahnya cukup banyak. Tapi selalu cepat habis tak berbekas.
-- Suparni

Kini, dalam usia 60 tahun, Suparni adalah tukang cuci baju dan pemijat. Yang lebih menyentuh lagi, dia aktivis sebuah majelis Yasinan di desanya, Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Jombang, Jawa Timur.

Siapa pun tentu tak pernah bercita-cita menjadi pelacur, profesi yang disebut dengan macam-macam sebutan; kupu-kupu malam, wanita tuna susila, perempuan eksperimen, dan pekerja seks komersial. Belum lagi yang sangat kasar dalam aneka bahasa daerah di Indonesia.

Tetapi, inilah potret seorang Suparni, si kupu-kupu malam yang bertobat. Malam itu, setelah selesai memijat pelanggannya, berceritalah Suparni tua tentang Suparni muda.

Ia menikah cepat, bercerai dengan segera pula. Suaminya dari Desa Mojongapit, Kecamatan Jombang Kota. Ketika bercerai pada tahun 1950-an itu, usianya baru 19 tahun. Jakarta tentu sedang sibuk dengan jargon-jargon besar di bawah bendera revolusi.

Suparni memang masih punya orangtua, Ngatemo-Sampiran, tetapi mereka hanya penjual kacang keliling. Suparni tak bisa diam ketika melihat orangtuanya lebih sering hanya makan sekali dalam sehari. Dia bertekad membantu.

Namun, dengan pendidikan formal tak lulus SD, Suparni menyadari dirinya tak bisa bekerja di pabrik. Jalan pintas pun ditempuh. Diantar orangtuanya, dia nekat menumpang angkutan menuju Watutulis, Sidoarjo.

Suparni mengenang, di Watutulis saat itu ada lokalisasi kelas bawah berupa warung remang-remang. “Sekarang mungkin sudah tidak ada,” kata Suparni.

Watutulis adalah wilayah tua yang mulai ramai berkat baron-baron Eropa mendirikan pabrik gula menjelang rampungnya abad 19. Lazim terjadi, prostitusi marak di sekitar orang ramai macam pabrik gula.

Sejarah memberitahu, pabrik-pabrik gula segera bertebaran setelah Gubernur Jenderal Belanda Van Den Bosch pada 13 Agustus 1830 setuju penanaman tebu besar-besaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pabrik gula di sana masih berdiri sampai sekarang, nama resminya PG Watoetoelis. Ia tak terlalu jauh dari PG Toelangan, Sidoarjo, yang dipakai Pramoedya Ananta Toer untuk setting novel masyhurnya, Bumi Manusia.

Adapun Suparni tak mengais uang dengan jual tubuh di sana. Selanjutnya, dia berpindah-pindah lokalisasi. Mula-mula lokalisasi Jarak di Surabaya, kemudian lokalisasi Balongcangkring asuhan mendiang Suwono Blong di Mojokerto. Itu dilakoninya hingga tahun 1975.

Yang unik, di kompleks mana pun dia berpraktik, hampir tiap hari Suparni selalu pulang ke rumahnya di Jombang.

“Saya berangkat dengan menumpang truk sore hari, dan pulang ke rumah subuh. Kalau kebetulan hujan, saya berpayung daun pisang diantar bapak sampai di tepi jalan untuk mencegat truk yang lewat,” katanya.

Cara itu dilakukan karena dia setiap hari harus menyerahkan uang hasil kerjanya kepada orangtuanya, dan demi merawat dua keponakannya yang masih kecil, yang ikut di rumah kedua orangtuanya.

Suparni mengaku cukup "laris" di mana pun dia berpraktik. Rahasianya, dia hampir selalu memberikan servis lebih kepada laki-laki hidung belang konsumennya.

“Kalau habis main, biasanya saya pijat tubuhnya,” kata Suparni membeberkan rahasianya. Itu sebabnya, imbuh Suparni, laki-laki hidung belang yang sudah pernah dilayaninya, bukan hanya satu kali datang, melainkan beberapa kali.

Aktivitas jual jasa seks di kompleks-kompleks PSK mulai dihentikan akhir tahun 1970-an. Namun, aktivitas prostitusinya jalan terus. Sebab, saat itu dia punya gendhakan tetap, seorang pengemudi truk angkutan minyak tanah asal Ambon yang berdomisili di Jombang.

“Saya biasanya diajak ke rumahnya. Kebetulan dia tidak punya istri, perjaka tua,” imbuh Suparni.

Tetapi, itu tak berlangsung lama. Tahun 1980, dia mendadak terserang diare kronis, hingga harus digotong ke rumah sakit. Dia sempat mengira ajal akan segera menjemputnya. Saat itulah dia menyadari dirinya bergelimang dosa, sedangkan bekal untuk mati sama sekali belum ada.

Dalam keadaan sakit, Suparni lantas berjanji dalam hati untuk menghentikan pekerjaannya yang penuh dosa dan akan kembali ke jalan yang diridai Allah setelah sembuh.

Awalnya, niat kembali ke jalan yang benar itu tidak gampang dilakoni. Banyak godaan yang berupaya untuk membawanya kembali ke dunia hitam.

Gendhakan-nya sendiri, misalnya, ngotot agar Suparni tetap bekerja seperti sedia kala. Bahkan, si gendhakan berjanji akan segera menikahinya jika Suparni tetap menjalani profesinya.

“Tapi saya tak percaya. Masak mau memperistri, tapi kok juga menjerumuskan. Saya lantas meninggalkan dia,” tutur Suparni.

Dari para tetangga, cibiran-cibiran dan kecurigaan juga muncul tatkala Suparni mulai banting setir dengan bekerja serabutan, mulai cuci baju, bersih-bersih rumah, serta ikut membantu tetangga menyiapkan sate ayam untuk dijual keliling.

“Tapi, saya berusaha sabar. Bagi saya waktu itu, apa pun pekerjaan akan saya lakukan asalkan halal. Tak peduli apa omongan orang,” katanya.

Akhirnya, karena kesungguhan Suparni untuk kembali ke jalan yang benar, masyarakat di desanya mulai menaruh kepercayaan. Mereka yang tahu Suparni juga bisa memijat, mulai memakai jasanya.

Karena pijatannya manjur untuk mengatasi pegal linu dan capek, nama Suparni jadi dikenal sehingga permintaan pijat cukup banyak berdatangan. Sekali memijat, Suparni biasanya dibayar Rp 20.000 sampai Rp 25.000.

Permintaan pijat berasal dari warga tetangga sedesa ataupun warga desa lain. Para pelanggannya ada yang profesi tukang becak, ibu rumah tangga, ustaz, ustazah, sampai pegawai bank, guru, dan dosen.

“Kalau ada pelanggan di luar desa, biasanya saya dibonceng sepeda motor oleh kerabat atau anaknya,” jelas Suparni.

“Tidak tahu, selalu saja tiap hari ada orang yang minta dipijat. Saya jadi percaya, asalkan kita sungguh-sungguh bekerja dan pekerjaan itu halal, Tuhan akan memberi kita rezeki,” katanya.

Suparni juga merasakan, rezeki yang halal ternyata membawa barokah. Sekarang, meskipun sedikit-sedikit, dia bisa menabung. Padahal, sehari-hari dia pun turut membantu ekonomi keluarga keponakannya yang tinggal bersamanya saat ini.

“Dulu, ketika masih jadi 'orang nakal', dapat duit gampang dan jumlahnya cukup banyak. Tapi selalu cepat habis tak berbekas,” katanya.

Seiring dengan itu, aktivitas ibadahnya juga kian ditingkatkan, baik ibadah pribadi seperti shalat lima waktu berjemaah di mushala dusun setempat maupun aktif menjadi majelis Yasinan. Seorang tetangganya mengatakan, dia tak pernah melihat Suparni absen di pengajian.

Kalau malam tiba, jika lagi tidak ada kegiatan atau panggilan pijat, dia memilih nongkrong di depan pesawat televisi. Hobinya memang nonton sinetron religi Ketika Cinta Bertasbih.

Hariman Yakin Demokrasi Kita Akan Jatuh

Hariman Siregar, aktivis sepuh yang identik dengan gerakan mahasiswa berujung Malapetaka 15 Januari 1974 di Jakarta, mengatakan, demokrasi di Indonesia semakin mahal dan menjauh dari ideal. Hariman pun meragukan demokrasi bisa bertahan.

"Saya ragu demokrasi bisa bertahan. Tidak tahu kapan, tapi saya yakin kejatuhan demokrasi akan terjadi," kata Hariman, yang juga pendiri Nextlead Indonesia dalam diskusi di Jakarta, Jumat (13/8/2010).

Menurut dia, demokrasi di Indonesia semakin mahal tetapi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat.

"Proses-proses demokrasi tidak lagi ada hubungannya dengan rakyat. Rakyat hanya untuk mengeruk popularitas yang dilakukan melalui cara yang mahal, pemilu yang mahal, kampanye ala Amerika Serikat yang mahal, semua dengan uang dan ini jelas tidak mendorong demokratisasi sebenarnya," katanya.

Ia menambahkan, banyak kandidat yang tidak memiliki akar di masyarakat namun hanya mengandalkan popularitas yang dibeli melalui beragam media dan juga politik uang.

"Partai hanya menjadi fungsi legitimasi, pemberi cap, dan gagal menjalankan fungsinya sebagai pengkader para pemimpin," katanya.

Kondisi ini, menurut dia, cepat atau lambat akan membuat demokrasi semakin kehilangan daya dukungnya.