Laman

Senin, 24 Januari 2011

PERTANIAN: MENANAM PADI SELALU RUGI

JAMBI EKSPRES:





Jakarta - Tulang punggung Abah Daud terlihat menyembul berlapis kulit yang sudah mengerut. Pria berusia 71 tahun terlihat sedang sibuk memunguti rumput yang tumbuh di sekitar tanaman padi yang ada di sawahnya. Sesekali ia menghela keringat yang mengucur di dahinya.

Aktivitas di sawah merupakan kegiatan sehari-hari Daud. Usianya yang menjelang senja tampaknya tidak menghalangi dirinya untuk pulang-pergi ke sawah yang berjarak sekitar 2 kilometer dari rumahnya di Kampung Sepur,Desa Putat, Kecamatan Sedong, Kabupaten Cirebon.

"Sekarang ini siapa lagi yang mau mengurus kalau bukan saya. Anak-anak saya semuanya sudah di Jakarta, usaha di sana. Untuk bisa makan saya harus mengurus sawah," terang Daud kepada detikcom.

Daud dan Emeng, istrinya sebenarnya memiliki 5 orang anak. Namun anak-anaknya itu ternyata lebih memilih mengadu nasib di Jakarta. Mereka ada yang berjualan makanan maupun jadi buruh kasar. Tidak seorang pun yang mau meneruskan profesi Daud sebagai seorang petani.

Saat ini, kata Daud, sawah yang dimiliki luasnya tinggal 600 bata atau 8.400 meter persegi (1 bata = 14 meter). Sebelumnya lahan yang dimiliki jauh lebih luas yakni sekitar 1.500 bata atau 21.000 meter persegi (2,1 hektar). Namun untuk menutupi kebutuhan keluarga, seperti sekolah dan modal usaha anak-anaknya, sebagian lahan sawah miliknya terpaksa dijual.

Mungkin tidak akan lama lagi lahan yang tersisa milik Daud bisa jadi akan dijual lagi. Soalnya, Daud merasa sering kecapekan dan sakit-sakitan karena harus saban hari mengurus sawahnya yang lokasinya lumayan jauh. Dan kebetulan pengembang perumahan yang berlokasi tepat di samping lahan pertanian miliknya, sudah melirik lahannya untuk dibeli.

"Saya mungkin akan menjual sawah saya saja. Sebab sudah tidak ada yang mengurus. Sementara saya sudah terlalu tua sudah tidak rosa (kuat) seperti dulu lagi," begitu kata Daud pelan.

Jika akhirnya sawahnya dijual, Daud mengaku uang hasil penjualan sawahnya akan dijadikan modal buka warung di depan rumahnya. Toh, Daud merasa anak-anaknya sudah bisa menghidupi diri mereka masing-masing di perantauan. Jadi dia dan istri merasa hanya cukup mencari makan untuk mereka berdua saja.

Hilangnya regenersai petani di pedesaan, seperti yang dialami keluarga Daud, merupakan salah satu sebab menyusutnya lahan-lahan pertanian di pedesaan karena banyak warga desa memilih mencari nafkah di kota, lahan-lahan sawah milik orang tuanya akhirnya tidak tergarap.

Pertimbangan lainnya, mengandalkan hasil sawah tidak cukup memadai untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Pasalnya hasil jual gabah tidak seberapa. Sementara harga beras semakin tinggi. "Untuk beli obat dan pupuknya saja sudah mahal. Kalau lahan tidak luas bisa nombok," ujar Ade, anak Daud yang memilih membuka warung kopi di wilayah Cileduk, Tangerang, Banten.

Keluhan seperti ini diakui Ketua Koperasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Endang Setyawati Thohari, memang menjadi persoalan mendasar bagi para petani di Indonesia. Kondisi ekonomi para petani memprihatinkan karena harga beras jauh lebih tinggi dari harga gabah kering giling (GKG) yang dijual petani.

Menurut Endang saat ini harga GBK tahun 2009 harganya Rp 2.640 per kilo. Sedangkan harga beras di pasaran rata-rata Rp 5.060. Nah, dengan selisih yang sebesar 100% lebih, sudah tentu petani mengalami kesulitan. Akhirnya mereka memilih padi hasil tanamnya hanya untuk konsumsi pribadi.

Kondisi ini diperparah dengan harga BBM yang tinggi. Semakin terpuruklah kesejahteraan petani. "Jadi wajar saja kalau warga desa memilih kerja di kota dibanding harus menggarap sawah atau berkebun di desa," ujar Endang kepada detikcom.

Alhasil, untuk mencari kehidupan yang lebih baik, banyak petani menjual sawahnya untuk modal berusaha atau bekerja di kota. Akibatnya menyusutlah lahan pertanian di pedesaan.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 27 ribu hektar lahan pertanian berkurang di Indonesia setiap tahunnya, dan dialihfungsikan untuk kepentingan lainnya. Penurunan terbesar terjadi di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat.

Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan, penyusutan lahan tersebut berakibat penurunan produksi hasil tani. Sebut saja kedelai yang angka ramalan II produksinya menurun sebanyak 47,13 ribu ton atau 4,84% dibandingkan tahun 2009 sehingga diperkirakan produksinya sebesar 927,38 ribu ton.

Sementara untuk padi, walaupun produksinya diperkirakan meningkat 65,15 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), tetapi peningkatan tersebut disebabkan adanya peningkatan produktivitas sebesar 0,63 kuintal/ha. Sedangkan, luas panennya diperkirakan mengalami penurunan seluas 12,63 ribu ha atau 0,1%.

Meski mengalami penyusutan lahan, Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso kepada detikcom mengatakan, stok beras untuk nasional masih aman. Dan saat ini pemerintah sudah mengintruksikan impor beras sebanyak 1,5 juta ton dari Vietnam
dan Thailand. "Impor beras 1,5 juta ton hanya cadangan. Untuk berjaga-jaga saja," ujarnya.

Meski demikian, untuk ke depannya, Bulog juga berharap supaya penyusutan lahan pertanian, terutama padi bisa ditekan. Soalnya, kalau penyusutan itu dibiarkan maka lama-lama akan terjadi kerawanan pangan. Apalagi jika masyarakat masih
mengandalkan beras sebagai makanan pokoknya.

Saat ini, kata Alimoeso, di Sumatera sudah ribuan hektar sawah yang berganti dengan perkebunan sawit atau perkebunan industri. "Sayangnya, lahan sawah yang berubah itu menggunakan irigasinya teknis. Itu kan lahan produktif. Kalau lahannya sawahnya tadah hujan mungkin tidak begitu masalah," sesalnya.

Berdasarkan catatan yang diterima Bulog, penyusutan lahan pertanian mencapai 100 ribu hektar per tahun. Sementara pemerintah dalam setahun hanya mampu membuka lahan pertanian baru seluas 30 ribu hektar pertahun.

Sebenarnya, terang Alimoeso, untuk menekan alih fungsi lahan pertanian sudah dibuatkan Undang-Undang (UU) No 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Tapi UU tersebut bisa efektif atau tidak tergantung pemerintahan daerah.

"Sebab masalah Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) urusan daerah. Tinggal sejauh mana keinginan pemimpin daerah dalam menerapkan UU tersebut," pungkasnya.

ANATOMI KEKUASAAN SBY


JAMBI EKSPRES:


Jakarta - Hakikatnya pemerintahan SBY terlahir dari rahim reformasi. Partai Demokrat (PD) yang dinakhkodai SBY juga bukan partai masa lalu bentukan era Orde Baru, kendati personelnya banyak juga lompatan dari partai pra reformasi.

Pemerintahan SBY terdiri dari berbagai kelompok kepentingan yang berkomitmen melakukan perubahan. Kemenangan PD sangat fenomenal semula sekitar 7,45% di tahun 2004. Tapi di tahun 2009 melakukan lompatan besar mencapai perolehan dukungan tiga kali lipat suara hingga bisa mengalahkan seniornya, Partai Golkar & PDIP sekitar 20%.

Rahasia kemenanganya ditopang oleh tiga hal, yakni image (politik citra), uang (money politic), dan intelijen yang tersebar rapi dari pusat hingga daerah. Di samping itu dukungan yang meningkat juga adalah berkat kerja seriusnya dalam pengambilan keputusan berbasis data riset yang di-update secara intensif. Sehingga ketika ada kebijakan yang membuat rating dukungan terhadap SBY menurun segera dibuatkan kebijakan yang menaikkan rating SBY jelang-jelang pemilu.

Namun patut disayangkan, kekuasan SBY ditopang oleh pengusaha hitam dan birokrasi yang korup. Terbukti berbagai kasus korupsi di tubuh para penegak hukum dan pengusaha kakap kebal hukum, dan SBY kerap menghindari dan tidak mengomandoi secara langsung pemberantasan korupsi, alih-alih KPK dikorbankan.

Kekuasan SBY di-back up setgab sebagai pelembagaan partai koalisi pemerintah. Setgab dikomandoi Golkar, sebuah partai yang notabene tidak bisa hidup di luar kekuasaan. Dan, di tubuh Golkar sendiri banyak dikendalikan oleh para politisi pedagang yang tidak ideologis. Di Golkar tidak ada cerita tentang ideologi —atau bahkan 'idealisme'. Ideologi Golkar adalah pragmatisme.

Menariknya, PD lebih mesra dengan Golkar ketimbang dengan PAN, PPP, PKB dan PKS yang lebih dahulu berkoalisi. PAN, PPP, PKB dan PKS dinilai idiologis karenanya kerap tampak tidak bisa mesra, bahkan akhir-akhir ini para petinggi PD getol mewacanakan penyingkiran PKS. Sebagai antisipasi, PAN aktif bangun wacana konfederasi dengan parpol-parpol kecil. Adapun PPP dan PKB nothing to lose.

Setgab (Sekretariat Gabungan) dalam perjalanannya menjerat satu sama lain di antara parpol koalisi. SBY dijerat problem Centurygate. Golkar sendiri dijerat oleh kasus pajak Bakrie Groups, dan lain-lain. Akibatnya banyak keputusan yang finalnya di gedung DPR-MPR RI dikompromikan di Setgab. Inilah awal dari kepincangan transisi demokrasi di era SBY jilid kedua.

Pemegang saham terbesar PD adalah SBY. Karena SBY telah berkuasa dua kali, PD sepertinya kesulitan mencari figur sekuat SBY pasca 2 periode berkuasa mendatang. Test case berkali-kali dilakukan dengan melempar isu, semisal SBY diperpanjang 3 periode melalui amandemen kelima UUD 1945. Atau melempar wacana Ani Yudhoyono sebagai capres di 2014.

SBY kesulitan mempertahankan kebersinambungan kekuasan, bahkan bisa jadi akan dihinggap penyakit post power sindrome secara kolektif, sebab tanda-tanda ke arah itu mulai tampak, semisal melibatkan keluarga beramai-ramai, anak dan istri, dalam kekuasan. Semua turun gunung, tapi serba tampak dipaksakan.

Hal ini menimbulkan kecurigaan, sepertinya SBY tidak rela tampuk kekuasan bergeser ke Anas Urbaningrum yang memenangi kompetisi pemilihan ketua umum partai terbesar di Indonesia. Kemenangan Anas diwaspadai SBY karena dia didukung oleh HMI connection. Bila Anas diberi kewenangan yang luas di PD, maka Anas bisa jadi ancaman yang akan mengakhiri Dinasti SBY.

Efek politik citra di tengah-tengah kesenjangan kesejahteraan ekonomi di gress root berdampak pada terbentuknya masyarakat yang pragmatis dan apatis. Pragmatisme masyarakat kentara terlihat dalam pilkada dan pilgub, pemilih lebih realitis untuk memilih calon berduit daripada calon idealis tak berduit. Citra positif yang dipaksakan menjadi tuntutan dan dakwaan pada calon untuk siap membayar suara mereka.

Akibatnya banyak pengaduan pilkada dan pilgub yang sedikit banyak karena efek siraman uang panas. Bila hal ini dibiarkan, maka demokrasi semakin mahal dan merugi. Mahal, tidak saja pada fase berlangsungnya kampanye tapi juga para bupati, walikota, dan gubernur yang terpilih dijebloskan ke penjara akibat korupsi. Pilkada yang semula sebagai medium pesta rakyat telah memakan uang banyak itu berubah menikam rakyat sendiri. Orang yang dipilih rakyat dijebloskan ke penjara.

Adapun kelompok apatis tidak terlalu peduli dengan pemilu. Mereka kritis dan karenanya tidak mau menyumbangkan suara sama sekali pada salah satu kandidat. Jumlah mereka juga cukup fantastis bisa mencapai separoh dari calon pemilih, karena itu wajar jika berdampak pada kurang legitimate-nya pilkada, pilgub, dan pemilu.

'Ala kulli hal, SBY kendati di luar negeri dipuja-puji, tapi integritasnya patut dipertanyakan. Indonesia dibombardir oleh barang-barang China, AS dan Jepang tanpa proteksi pelaku usaha lokal secara signifikan. Ekspor bahan mentah kerap sekali gencar ketimbang ekspor hasil industri. Perlindungan pulau-pulau terluar lembek disikapi. Kasus-kasus penganiayaan TKI dan TKW di luar negeri tanpa solusi tegas.

Pengerukan tambang, batubara, minyak bumi, eksplorasi emas, nikel, tembaga dan lain-lain diberikan keleluasaan tanpa renegosiasi kontrak yang menguntungkan bangsa sendiri. Kendati begitu SBY tampaknya puas dengan gelar-gelar 'kesetaraan Indonesia-Amerika Serikat' dengan kehadiran Obama di tanah air, tanpa dibarengi dengan tindakan nyata yang menegaskan kedaulatan bangsa yang saat ini terpuruk akibat terhegemoni oleh kapitalisme global.

*) Rijalul Imam adalah Ketua Umum PP KAMMI.

KRISIS PANGAN : IBU JUAL ANAK DEMI MAKAN

JAMBI EKSPRES:



Krisis Pangan
Jangan Sampai Ibu Menjual Anaknya Untuk Makan

Jakarta - Ibu-ibu kini banyak yang mengeluhkan mahalnya kebutuhan pokok. Dengan uang Rp 30 ribu nyaris tidak dapat membeli apa-apa. Ibu yang bertugas mengatur kebutuhan keluarga kebingungan untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarganya. Mereka tidak berdaya menghadapi hajaran kenaikan harga.

Ny. Nia, di Depok, Jawa Barat, misalnya, merasa uang yang belanjanya kini tidak mencukupi untuk membeli kebutuhan sehari-hari. "Pernah saya mau beli sawi, masa sama penjualnya dijual per batang Rp 1.500. Terus saya mau masak apa? Semuanya mahal. Dengan uang Rp 40 ribu belanjaan kita nggak mbejaji (tidak mencukupi). Bingung saya," kata ibu tiga anak itu.

Ny Wati, yang tinggal di Cipete, memilih membeli beras dengan harga yang paling murah dan berusaha mencukup-cukupkan kebutuhannya. Suami Wati, Hadi, adalah pensiunan PNS yang kini bekerja serabutan. Untuk biaya hidup bagi suami, Wati dan satu anaknya, keluarga ini mengandalkan pendapatan dari uang pensiunan. Wati merasa beruntung karena dua anaknya yang lain sudah mandiri secara ekonomi.

"Ya itu untuk kebutuhan makan mah kita cukup-cukupkan. Apalagi harga beras sekarang kan naik terus. Ini saja saya baru beli beras yang seliternya Rp 5.500. Ini kalau di sini udah paling murah," jelas Wati, nenek 67 tahun.

Sutarjo seorang pedagang makanan di kawasan Jl Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat juga mengeluhkan harga pangan, seperti beras yang masih tinggi. Apalagi, ia memiliki usaha berjualan makanan, sehingga untuk menaikan harga jualnya kembali agak dilematis, menaikan harga masakannya atau pelanggan lari.

"Susah banget mas kalau kita naikin, pelanggan akan lari semua. Ya paling kita ngasih tahu pembeli, ini agak naik sekitar Rp 500 sampai Rp 1.000 misalnya. Tapi pembeli juga tahu kalau beras, misalnya juga naik," ungkapnya seraya mengatakan selalu membeli beras kualitas sedang dengan harga antara Rp 5.000 sampai Rp 6.000. Kadang Sutarjo juga meminta istrinya untuk mencari informasi di mana ada operasi pasar yang dilakukan Bulog.

"Ya kalau ada operasi pasar dari pemerintah agak enakan, kita bisa beli lebih murah dan banyak," ujar Sutarjo penjual Pecel Ayam, Lele serta Gado-gado ini.

Ketika ditanya akan ada krisis pangan di Indonesia. Sutarjo hanya tersenyum, "Saya nggak tahu itu mas, yang penting selama di warung-warung sama toko ada beras, itu artinya masih aman. Ya itu mah tanggung jawab pemerintah lah," jelasnya lagi.

Badan Pangan Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2010 telah telah memperingatkan tentang akan terjadinya krisis pangan dunia yang akan dimulai tahun 2011. Menteri Pertanian Suswono menjamin krisis pangan tidak akan sampai terjadi melanda Indonesia. Katanya, ketersediaan pangan di negeri kita masih cukup. Namun faktanya, memasuki awal tahun 2011, harga kebutuhan pangan langsung melambung.

Dengan harga yang melambung, masyarakat pun kesulitan untuk menjangkaunya. Meskipun pangan tersedia, masyarakat tidak mampu untuk membelinya. Data Badan Ketahanan Pangan Nasional mencatat 27,5 persen penduduk Indonesia terkena rawan pangan. Kondisi rawan pangan secara otomatis akan diikuti dengan masalah kesehatan. Wakil Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) Dr Tb Rachmat Sentika mengakui banyak sekali ditemukan kasus kurang gizi.

Rachmat pun menyampaikan data hasil Riset Kesehatan Dasar 2011 yang mengungkapkan terjadinya kasus gizi kurang sekitar 18,5 persen dan gizi buruk sekitar 5,4 persen dari jumlah balita sekitar 26 juta. Artinya ada sekitar 1,3 juta balita yang mengalami gizi buruk dan 3,6 juta balita mengalami gizi kurang, sehingga 5 juta balita mengalami rawan gizi. "Kalau tidak ada perbaikan dikhawatirkan akan menyebabkan gangguan perkembangan otak yang menetap, sehingga sulit belajar dan ini bisa menyebabkan lost generasi," ungkapnya.

Dari hasil penelitian itu juga, lanjut Rachmat, ada dua faktor yang menyebabkan persoalan gizi, yaitu kesehatan dan non kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2011 mencatat sekitar 11,5 persen kelahiran balita yang memiliki berat badan saat lahir rendah memiliki potensi gizi buruk dan kurang. Ditambah bila ada penyakit lainnya yang akan menjadi persoalan gizi.

Persoalan lainnya, terkait masalah kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan bergizi menjadi penyebab utama. Sebab, presentasi gizi buruk telah dijadikan ukuran kemiskinan di suatu daerah. "Saya tidak tahu apakah saat ini masyarakat kesulitan daya beli, sehingga kemampuan membeli makanan menjadi persoalan. Dari pantauan KPAI, kewenangan penanggulangan gizi saat ini sudah didesentralisasikan ke daerah, hanya saja baru sepertiganya saja daerah yang melakukan itu, itu sayangnya dan menjadi keprihatinan IDI juga," tandas Rachmat.

Oleh karena itu, sebelum terjadi krisis pangan yang sebenarnya, IDI menyarankan agar dilakukan identifikasi dan maping atau pemettaan di mana saja gizi buruk dan kurang itu terjadi. Selain itu agar ada peningkatan standar operasi pelayanan (SOP) Penanggulangan Gizi di sejumlah puskesmas atau rumah sakit.

Melihat kondisi ancaman krisis pangan ini, pemerintah dinilai panik dan langsung membebaskan bea impor pangan ke Indonesia. "Sayangnya perubahan iklim kurang direspon dengan kebijakan yang sistematis untuk mengantisipasi akan gagal panen. Maka yang terjadi adalah jalan pintas pembebasan biaya impor ini membuat usaha pertanian tidak diminati, karena tidak ada kebijakan yang jelas dan terarah," kata budayawan dari Setara Institut yang juga salah satu Ketua KWI, Romo Benny Susetyo kepada detikcom.

Romo Benny juga mengkritik manajemen pengelolaan pangan di Indonesia yang amburadul. Bahkan, kepekaan pemerintah atas kasus-kasus kekurangan gizi serta kasus busung lapar dan sebagainya yang terjadi di daerah relatif kurang diperhatikan. Oleh karena itu kasus busung lapar di NTT beberapa tahun silam serta kasus kelaparan di Yahokimo, Papua, justru menampar pemerintah pusat. "Bagaimana tidak, pemerintah selalu mengatakan kita berhasil panen dan mengalami surplus, tapi ada kasus kurang gizi, kesulitan makan," pungkasnya.

Kasus kelaparan di berbagai daerah semakin memperburuk daftar panjang kasus kemiskinan di negeri ini. Sayangnya, peringatan ini menurut Romo Benny tidak dibaca dengan baik. Kelaparan, gizi buruk, penyakit polio, busung lapar, dan seterusnya adalah pertanda agar bangsa ini bisa dan mau menyadari adanya polaritas yang amat tajam antara elite yang kaya raya dan rakyat jelata.

Indonesia mengalami bahaya kelaparan? Max Havelaar dalam bukunya 'Multatuli' tahun 1860, yang menceritakan kemiskinan dan kelaparan di Nusantara. "Di pulau Jawa yang subur dan kaya itu, bahaya kelaparan? Ya, saudara pembaca. Beberapa tahun yang lalu ada distrik-distrik yang seluruh penduduknya mati kelaparan, ibu-ibu menjual anak-anak untuk makan, ibu-ibu memakan anaknya sendiri," begitu kata Max Havelaar.

Jangan sampai fiksi Max Havelar menjadi kenyataan!


Menggantungkan Perut Pada Negara Lain



tiwul


Jakarta - Di tengah hiruk pikuk kasus Gayus Tambunan atau curhat gaji presiden, ada ancaman besar di depan mata yang kurang mendapat perhatian. Rakyat Indonesia terancam mengalami krisis pangan.

Badan Pangan Dunia (FAO) telah memperingatkan tahun 2011 ini akan terjadi krisis pangan dunia. Peringatan sudah disampaikan pada 2010 lalu. Sejak Desember 2010, harga pangan dunia telah melonjak bahkan telah mencapai rekor tertinggi indeks harga pangan FAO.

Pada akhir tahun lalu, indeks yang menghitung perubahan harga kumpulan bahan pangan seperti sereal, biji-bijian, minyak, susu, daging, dan gula rata-rata mencapai 214,7. Sedangkan rekor Juni 2008 hanya di level 213,5.

Meski sudah mendapatkan peringatan tahun lalu, Indonesia seperti biasanya tidak siap menghadapinya. Memasuki awal tahun 2011, warga kita langsung dihajar harga kebutuhan pangan yang terus melambung. Harga beras terus naik, harga cabai mencapai posisi yang tidak masuk akal, Rp 100 ribu per kilogram. Kebutuhan pokok lainya pun ikut terkerek naik. Di Jakarta, dengan uang Rp 30 ribu di tangan, seorang ibu rumah tangga kesulitan memenuhi gizi keluarganya.

Padahal jumlah orang miskin di Indonesia, seperti disampaikan Menko Perekonomian Hatta Rajasa mencapai 31,02 juta penduduk atau 13,5 persen. Jumlah ini kata Hatta turun dari tahun lalu. Tapi tetap saja angka itu masih sangat besar. Terlebih lagi ada data lain, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan ada 70 juta penduduk yang menerima beras miskin (raskin). Soal angka kemiskinan ini menjadi polemik soal kebohongan pemerintah SBY yang hingga kini belum usai.

Namun yang jelas kemiskinan selalu identik dengan rawan pangan. Maka dengan angka kemiskinan yang tinggi, angka rawan pangan pun tinggi. Data Badan Ketahanan Pangan Nasional, angka rawan pangan Indonesia tercatat 27,5 persen. Maka tidak aneh bila dengan mudah ditemukan data keluarga kurang gizi sampai kurang pangan.

Di Jepara, Jawa Tengah, lima bersaudara meninggal karena keracunan tiwul. Keluarga itu mengkonsumsi tiwul karena tidak mampu membeli beras lagi yang harganya semakin mahal.

Balita kurang gizi pun bisa ditemui di banyak tempat. Di Lebak, Banten, misalnya, dua anak kembar, Abdurahman dan Abdurrahim, kurus kering dengan perut buncit. Si kembar empat tahun itu pun bisu dan tuli. Di desa si kembar itu, masih banyak balita lainnya yang mengalami nasib yang sama. Bahkan di sejumlah daerah lainnya, Cirebon dan Kebumen misalnya, ada warga yang memilih bunuh diri karena miskin.

Bagaimana pemerintah menghadapi ancaman krisis pangan yang sudah memakan korban warganya ini? Menteri Pertanian Suswono menjamin krisis pangan dunia tidak akan sampai melanda Indonesia. Katanya persediaan pangan kita masih bisa terjamin. Tapi kalau stok masih terjamin, mengapa Bulog akan melakukan impor 1,5 juta ton beras?

Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso menegaskan negara kita masih sulit melepas ketergantungannya akan beras impor. Beras impor itu untuk menjaga stok cadangan beras nasional. Stok cadangan beras nasional ini sangat penting. Cadangan ini berfungsi untuk keperluan darurat seperti bencana alam, perang dan konflik sosial, serta untuk keperluan stabilisasi harga.

Tapi yang menyedihkan, dua negara yang menjadi sumber impor beras Indonesia yakni Thailand dan Vietnam akan menahan ekspornya. Kedua negara itu, di tengah ancaman krisis pangan dunia, tentu saja memilih mengamankan perut rakyatnya sendiri dibandingkan mengekspornya untuk negara lain.

Indonesia tentu dalam posisi bahaya. Indonesia tidak bisa lagi tergantung pada impor beras. Sementara surplus produksi di dalam negeri tidak mencukupi. Ibaratnya, kondisi Indonesia seperti menggantungkan perut pada negara lain. Bila negara lain sudah tidak bisa digantungi lagi, maka Indonesia akan kelabakan sendiri.

Kini rawan pangan sudah mencapai 27,5 persen penduduk kita. Bila tidak serius mengantisipasi rawan pangan ini, siap-siap saja terjadi krisis pangan nasional tidak lama lagi. Siap-siap saja, makin banyak balita kurang gizi, makin banyak orang meninggal karena mengkonsumsi makanan tidak layak dan makin banyak orang bunuh diri karena miskin. Siap-siap saja...

RELASI: TOKOH AGAMA DAN POLITIK

JAMBI EKSPRES:


Jakarta - Sejumlah tokoh agama belum lama ini melakukan tekanan politik ke pemerintah melalui gerakan menolak kebohongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kebohongan dimaksud merujuk sejumlah program Presiden yang belum sepenuhnya terealisasi hingga saat ini. Diantaranya pengurangan angka kemiskinan, pengangguran, jaminan keamanan nasional dan perlindungan kebebasan beragama.

Reaksi cepat diberikan Presiden dengan mengundang tokoh-tokoh tersebut untuk berdialog dan menjelaskan "kebohongan" versi mereka. Pro-kontra langsung muncul ke ranah publik pasca manuver para tokoh agama (plus beberapa aktivis LSM tersebut). Ada yang setuju, banyak pula yang menyangsikan kemurnian gerakan ini.

Penulis tidak akan menyoroti isu-isu yang mendasari tafsir 'kebohongan' versi gerakan tokoh agama, mengingat perdebatan tentang itu sudah terlalu riuh. Yang justru dilupakan dari momen ini, relasi antara agama dan politik, termasuk batas-batas yang dianggap patut.

Meminjam analisa Prof Ahmad Mubarok, politisi senior Partai Demokrat (PD), apa yang dilakukan tokoh-tokoh agama tersebut sangat disayangkan dan merendahkan tokoh agama sendiri. Ia meyakini bahwa tak seharusnya para tokoh agama yang posisinya tinggi di masyarakat, terlibat secara langsung dalam politik praktis. Selain memang bukan wilayahnya, masyarakat kini sejatinya lebih merindukan keteduhan dan pengayoman dari tokoh-tokoh agama, sehingga ummat merasa tokoh agama hadir dalam hidup mereka sehari-hari —tentu saja hadir sebagai spirit dan pembawa cahaya kebenaran.

Cahaya Moral

Agak berbeda dengan Mubarok, penulis melihat kritik tokoh agama kepada pemerintah bukanlah sesuatu yang dilarang. Bagaimana pun juga, tokoh agama juga adalah warga negara yang memiliki hak menyampaikan pendapat, dan itu dilindungi undang-undang. Hanya saja, semua itu sebaiknya dilakukan atas nama pribadi atau organisasi sosial-politik, dan bukan sebagai tokoh agama. Pasalnya, terlalu riskan jika melabelkan agama untuk gerakan politik tertentu. Sebab, walaupun hubungan agama dan politik dalam banyak keyakinan terkait, namun posisinya sama sekali berbeda.

Kaitan dimaksud adalah, agama sebagai cahaya moral berada di atas politik (praktis), dan mempengaruhi nilai-nilai individu dalam berpolitik. Posisi mulia agama ini tentu kurang tepat jika langsung dimasukkan ke politik sebagai gerakan mengatasnamakan (tokoh) agama. Tokoh-tokoh agama akan kehilangan kekuatan 'sucinya' jika harus berkubang dalam satu kolam politik bersama politisi yang mengusung kepentingan masing-masing.

Dan di sinilah mungkin kaitan gerakan menolak kebohongan Presiden SBY di atas, dimana sebagian tokoh agama yang aktif di gerakan tersebut juga sekaligus seorang politisi. Ada yang pernah mencalokan sebagai cawapres, ada pula sempat digadang-gadang akan maju para pilpres 2009 lalu. Itulah politik, di mana nilai benar-salah menjadi sangat relatif. Ini juga yang menjadi batasan antara agama dan politik, yang mana kebenaran agama adalah absolut.

Di luar itu, penulis melihat gerakan tokoh-tokoh agama ini kemungkinan (bisa benar atau salah) juga ditunggangi oleh kekuatan politik tertentu yang tidak mengharapkan pemerintahan SBY berjalan dengan lancar.

Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik, begitu satu idiom populer di dunia politik. Artinya, tunggang-menunggangi itu adalah hal biasa dan menjadi warna alami dalam politik. Yang mencemaskan adalah jika sampai tokoh-tokoh agama tertunggangi (baik sadar atau tidak), oleh kekuatan politik tertentu —baik kekuatan politik formal maupun non formal.

Benturan nilai kembali terjadi di sini, dimana agama merupakan milik seluruh umat —lintas aspirasi dan afiliasi politik— sementara politik adalah institusi yang ruangnya sangat kecil dan pengap dengan interests.

Kembali soal isu kebohongan sebuah pemerintahan, tema ini selalu menjadi perdebatan klasik yang tak pernah usai. Namun tak semua setuju dengan kata kebohongan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebohongan diterjemahkan sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Atau mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya.

Sebalinya, dalam sejumlah kesempatan Presiden SBY kerap mengulang-ulang pentingnya tell the truth, mengatakan kebenaran. Ini yang harus dipahami, bahwa tentu sangat tidak logis jika Presiden melakukan kebohongan kepada rakyatnya sendiri. Yang terjadi adalah, sejumlah program yang diklaim tokoh-tokoh itu adalah sesuatu yang belum berhasil atau dalam bahasa ekstrim, menemui kegagalan. Kegagalan ini juga tak serta-merta dapat dikatakan sebagai kebohongan, mengingat sebagai eksekutif, pemerintah telah berupaya, namun hasilnya memang belum sesuai harapan awal.

Jika semua program yang belum atau tidak berhasil dikatakan sebagai kebohongan, maka semua pemimpin di negeri ini telah melakukan kebohongan. Pada era Orde Baru, Presiden Suharto menetapkan era tinggal landas pembangunan, di mana saat itu diklaim fondasi ekonomi kita kokoh untuk menuju the new Asian tiger. Namun beberapa tahun kemudian, 1998, semua amblas tersapu angin krisis. Apakah Presiden Suharto melakukan kebohongan?

Lalu pada era Presiden BJ Habibie, kita dan pemerintah saat itu yakin opsi Otonomi Khusus akan menang dan rakyat Timor akan memilih Indonesia. Faktanya, Timor Timur lepas pada 1999. Apakah pemerintah saat itu melakukan kebohongan?

Presiden Gus Dur yang terpilih melalui pemilu 1999 awalnya digadang-gadang sebagai pemimpin transisi Indonesia yang kuat. Namun nasib berkata lain. Ia dituduh melakukan kebohongan dengan korupsi Bulog Gate, yang hingga kini juga tak terbukti. Siapa yang berbohong? Lalu Presiden Megawati yang melakukan banyak privatisasi BUMN dianggap melakukan kebohongan, karena itu semua sama sekali berbeda dengan ideologi partainya yang kerap dianggap nasionalis. Apakah Mega melakukan kebohongan juga?

Menyamakan Persepsi

Di sinilah kita harus menyamakan persepsi mengenai kebohongan dalam terminologi politik. Seperti pada kasus tewasnya aktivis HAM Munir, 2004 lalu, yang hingga kini masih gelap.

Negara sebesar Amerika Serikat (AS) juga menghadapi hal serupa saat Presiden JF Kennedy tertembak mati. Sampai saat ini kematian JFK belum bisa diungkap? Apakah Presiden Reagan, Bush hingga Obama melakukan kebohongan? Tentu yang pas, pemimpin-pemimpin itu gagal dalam mengungkap teror tersebut.

Ini juga yang terjadi di Indonesia saat ini, di mana beberapa program pemerintah belum sesuai target dan ini diakui Presiden SBY dalam sejumlah kesempatan. Namun demikian, kita harus adil mengatakan bahwa di antara beberapa catatan ketidakberhasilan, banyak juga capaian-capaian yang yang telah dicapai pemerintahan SBY.

Di antaranya, iklim demokrasi dan kebebasan yang kian bersemi. Tak ada yang meragukan hal tersebut, termasuk para pengkritik pemerintah dan masyarakat internasional.

Kedua, perdamaian Aceh juga prestasi yang patut diberikan apresiasi, mengingat daerah yang dilanda konflik puluhan tahun tersebut nyaris kehilangan trust terhadap Jakarta. SBY mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat Aceh sehingga NKRI tetap utuh.

Yang terbaru volume investasi di tanah air pada 2010 lalu mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah kita. Hal tersebut didasarkan realisasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang hampir menyentuh Rp 180 triliun.

Investasi tentu akan berdampak pada makin banyaknya lapangan kerja dan meningkatnya ekonomi. Bukankah ini merupakan keberhasilan pemerintah yang tidak selalu harus dilihat secara sinis?

Tapi itulah tantangan kita, dimana demokrasi yang terbuka sejak dua belas tahun lalu belum mengarah kepada tertib politik. Padahal, sebagaimana tesis Samuel P Huntington, transisi yang terkonsolidasi dan produktif, hanya bisa dicapai jika tertib politik tercipta. Dimana salah satunya adanya dukungan kepada pemerintah sehingga pembangunan dapat berjalan.

Tentu yang dimaksud dukungan dalam alam demokrasi adalah seluruh input (tuntutan, dukungan dan kritik). Hanya saja semua itu berada pada satu jalur dan menuju satu tujuan bersama: kepentingan nasional.

Semoga gerakan tokoh agama di atas masih termasuk ke dalam gerbong ini, demi Indonesia yang lebih baik di masa depan, wallahu a'lam.

Zaenal A Budiyono

SISI BAIK DAN BURUK OPERASI LAMBUNG BIAR KURUS

JAMBI EKSPRES:

img

Jakarta, Untuk menurunkan berat badan kini ada pilihan baru yang banyak dilakukan orang, yaitu dengan operasi pengecilan lambung. Tapi tak hanya bermanfaat, operasi ini juga bisa menimbulkan risiko kesehatan. Apa saja?

Operasi pengecilan lambung (bypass lambung) termasuk operasi besar yang mengubah anatomi lambung karena operasi ini harus dilakukan dengan merombak isi perut. Prinsipnya adalah mengecilkan kapasitas lambung sehingga perut terasa lebih cepat penuh.

Caranya adalah dengan membagi lambung menjadi 2, bagian atas yang lebih kecil dan bagian bawah yang lebih besar. Bagian bawah tidak digunakan, sedangkan bagian atas yang lebih kecil dibuatkan saluran langsung (bypass) ke usus kecil.

Dilansir Mayoclinic.com, Senin (10/1/2011), berikut plus minus melakukan operasi bypass lambung:

Plus atau manfaat melakukan operasi bypass lambung

1. Mengontrol dan menurunkan berat badan
Karena daya tampung lambung menjadi lebih kecil, jumlah makanan yang bisa disantap pasien menjadi terbatas. Demikian juga dengan tingkat pencernaannya, sehingga berat badan lebih terkontrol.

Selain mengontrol berat badan, operasi ini juga dapat menurunkan berat badan bagi orang yang mengalami obesitas atau kegemukan.

2. Menurunkan risiko penyakit berbahaya
Obesitas banyak berhubungan dengan berbagai penyakit berbahaya, seperti jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, stroke, kanker dan penyakit berbahaya lainnya. Oleh karena itu, menurunkan berat badan dengan melakukan operasi bypass lambung juga menjauhkan Anda dari penyakit berbahaya.

Risiko melakukan operasi bypass lambung

1. Anemia dan osteoporosis
Dalam bypass lambung, bagian dari usus yang banyak dan paling mudah menyerap mineral dan vitamin dilewati. Karena itu, orang mungkin akan mengalami kekurangan zat besi, kalsium, magnesium atau vitamin. Hal ini dapat menyebabkan masalah jangka panjang, seperti anemia (kurang darah) dan osteoporosis.

2. Infeksi perut
Kebocoran dari perut ke dalam rongga perut atau usus tempat sambungun dapat mengakibatkan infeksi yang disebut peritonitis.

3. Dumping syndrome
Bypass lambung juga dapat menyebabkan sindrom dumping, yaitu kondisi yang mana isi perut bergerak terlalu cepat melalui usus kecil, sehingga menyebabkan mual, muntah, pusing, diare dan berkeringat.

4. Darah menggumpal di paru-paru (pulmonary embolism)
5. Batu empedu
6. Dehidrasi
7. Pendarahan perut
8. Hernia di lokasi sayatan
9. Intoleransi terhadap makanan tertentu
10. Batu ginjal
11. Gula darah rendah (hipoglikemia)

Karena merupakan operasi besar dan memiliki risiko tertentu, tidak semua orang bisa melakukan operasi bypass lambung. Hanya orang-orang yang masuk kategori tertentu saja yang bisa melakukannya, yaitu:

1. Diet dan olahraga tidak berhasil menurunkan berat badan
2. Memiliki indeks masa tubuh (IMT) di atas 40 atau obesitas ekstrem
3. Memiliki IMT antara 35 hingga 39,9 namun disertai masalah kesehatan serius seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.

TERNYATA ORANG YANG BERKEPALA BESAR TAK GAMPANG PIKUN

JAMBI EKSPRES:

img


Jakarta, Punya ukuran kepala besar sering dianggap punya otak besar dan lebih pintar. Tapi di luar anggapan itu, orang yang punya kepala besar tidak gampang pikun di hari tuanya.

Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dari Southampton University, yang menunjukkan adanya kaitan yang erat antara ukuran tempurung kepala dan kecerdasaran di usia tua.

"Apa yang kami lakukan sangat jelas. Semakin besar kepala seseorang, maka penurunan kemampuan kognitifnya cenderung sedikit," jelas Dr Christopher Martyn, dari unit epidemiologi lingkungan Southampton University, dilansir Guardian, Selasa (11/1/2011).

Dalam melakukan penelitian tersebut, tim peneliti mempelajari 215 pria dan wanita berusia 75 hingga 80 tahun. Semua partisipan diminta untuk melakukan tes IQ awal dan tes memori, yang kemudian akan dilanjutkan tiga tahun kemudian.

Masing-masing partisipan juga diukur lingkar kepalanya. Peneliti juga melihat catatan medis partisipan saat lahir.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang jelas antara ukuran kepala dan kehilangan memori serta kemampuan kognitif di kemudian hari. Semakin besar kepala, semakin sedikit penurunan memori dan kemampuan kognitif yang terjadi.

Namun Dr Martyn menekankan, penelitian ini tidak menunjukkan bahwa orang yang terlahir dengan kepala kecil akan secara otomatis ditakdirkan untuk pikun lebih awal.

"Ini adalah pertumbuhan otak yang berlangsung sejak masa bayi dan masa kanak-kanak. Orang yang terlahir dengan lingkar kepala kecil belum tentu cepat pikun," jelas Dr Martyn.

Dr Martyn menjelaskan, selama tahun pertama kehidupan ukuran otak bayi akan berkembang dua kali lipat dan berat otak menjadi tiga kali lipat. Ini adalah tahun yang penting untuk menempatkan sel-sel otak dan hubungan saraf.

Dengan kata lain, terlahir dengan kepala besar tidak lebih penting daripada memiliki pertumbuhan yang baik di masa kanak-kanak.

"Makanan yang tepat pada awal kehidupan dan menyediakan lingkungan yang merangsang intelektual sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan otak yang maksimal," kata Dr Martyn.

Menurut Dr Martyn, pesan nyata dari penelitian ini adalah orangtua harus memastikan bayi dan anak-anaknya dibesarkan dalam kondisi yang mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan otak. Selain meningkatkan kecerdasan otak, hal ini juga dapat mengurangi risiko penurunan fungsi kognitif dan memori di usia tua.

KPK BLOKIR TIGA REKENING ANGGOTA DEWAN

JAMBI EKSPRES:


Jakarta - Sebagai salah satu upaya penindakan terhadap kasus suap Dewan Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), KPK memblokir rekening tiga tersangka anggota DPR periode 1999-2004. Ketiga tersangka tersebut yakni Ni Luh Mariani Tirtasari, Sutanto Pranoto dan Soewarno yang semuanya berasal dari FPDIP.

"Kami mendapat konfirmasi bahwa KPK telah memblokir rekening tersangka TC," ujar kuasa hukum para tersangka dari FPDIP Petrus Salestinus ketika berbincang dengan wartawan, di Gedung KPK, Jakarta, Senin (24/1/2011).

Petrus mengatakan, pemblokiran telah dilakukan sejak akhir tahun 2010. Petrus sendiri merasa pemblokiran sendiri terkesan janggal, karena pihak KPK tidak memberi tahu terlebih dahulu kepada kliennya.

Akibat dari pemblokiran ini, sambung dia kondisi ekonomi keluarga tiga tersangka tersebut menjadi carut marut. "Kita sudah mengirimkan surat klarifikasi ke KPK terkait pemblokiran ini, tapi tidak dikasih oleh KPK," kata dia.

KPK sendiri awalnya memang telah bergerak cepat untuk mengusut kasus suap pada pemilihan Deputi Gubernur Senior BI pada tahun 2004 ini. Empat anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 yakni Hamka Yandhu, Dudhie Makmun Murod, Endin Soefihara dan Udju Djuhaeri telah menjadi terpidana.

Majelis Hakim Pengadilan Tipikor memvonis keempatnya telah menerima duit suap berupa cek pelawat untuk memenangkan Miranda S Goeltom dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI pada tahun 2004.

Tak hanya itu, pada awal September silam, KPK menetapkan 26 anggota DPR 1999-2004 lainnya, sebagai tersangka atas kasus yang sama. Sampai saat ini ke 25-nya (salah satu tersangka Jeffrey Tongas Lumban Batu meninggal akibat serangan jantung) diperiksa secara bergiliran.

Begitu sigap dalam memburu penerima suap, langkah KPK tampak jauh berbeda ketika mengusut sang pemberi. Sampai saat ini tak satu pun orang dari pihak penyuap dapat diseret sebagai tersangka.

Nunun Nurbaeti, orang yang disinyalir sebagai penyebar cek pelawat tersebut, tak juga dapat dihadirkan ke hadapan penyidik KPK dengan alasan sakit lupa akut. Karena melayangkan izin sakit tiap kali absen menjalani pemeriksaan, KPK selalu dapat memaklumi absennya Nunun, meski keberadaanya juga belum dapat diketahui secara pasti.

BERITA LENGKAP KESEHATAN : SAYURAN SEGAR DAN BEKU SAMA BAIK NYA

JAMBI EKSPRES:

img


img
7 Hal yang Paling Sering Dikhawatirkan Orang

Jakarta, Beberapa kabar yang beredar di masyarakat kadang menimbulkan kekhawatiran karena diduga bisa merusak kesehatan. Tapi ada beberapa hal yang sebaiknya tak perlu dikhawatirkan lagi.

Seperti dikutip dari Health, Kamis (20/1/2011) ada beberapa mitos yang terbukti tidak benar sehingga tidak perlu dikhawatirkan lagi oleh masyarakat yaitu:

Minum 8 gelas air setiap hari
Pada tahun 1945 dewan makanan dan gizi Amerika Serikat mengungkapkan seseorang harus mengonsumsi 8 gelas air setiap hari, karenanya seseorang mengonsumsi air putih sebanyak 8 gelas sehari di luar makanan dan minuman lainnya.

Air memang bagus untuk tubuh, tapi hal yang benar adalah cairan dari jus, buah, teh atau susu juga bisa mencegah dehidrasi, jadi cairan ini juga perlu diperhatikan.

Makanan segar selalu lebih baik daripada beku
Makanan beku bisa sama baiknya dengan makanan segar, karena buah-buahan dan sayuran umumnya dipanen saat kandungan gizinya berada di puncak lalu dibekukan agar nutrisinya tidak hilang. Zat nutrisi bisa hilang jika terkena panas, tidak mendapat asupan air dan terlihat layu.

Telur bisa meningkatkan kolesterol
Studi baru menemukan bahwa lemak jenuh dan lemak trans dalam makanan lainnya lebih memungkinkan untuk meningkatkan risiko penyakit jantung.

Dalam satu telur kolesterol yang terkandung adalah 213 miligram, sedangkan anjurannya adalah tidak boleh lebih dari 300 miligram. Untuk itu jangan takut mengonsumsi telur karena mengandung protein, vitamin A dan D.

Udara dingin bisa menyebabkan pilek
Udara dingin tidak akan merusak kekebalan tubuh seseorang kecuali ia mengalami hipotermia. Hal yang membuat seseorang terkena flu saat musim dingin adalah pada kondisi ini orang lebih sering berada di dalam rumah sehingga virus cenderung terkurung di ruang tertutup dan mudah menular.

Membaca di tempat redup merusak mata
Hal yang benar adalah membaca di tempat redup bisa membuat mata menjadi tegang, sehingga orang akan menyipitkan mata dan memicu sakit kepala. Umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen. Tapi kondisi ini akan membuat mata kering, sakit dan mengganggu penglihatan.

Kopi benar-benar buruk untuk kesehatan
Kopi berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan yaitu bisa menyebabkan adiksi, menimbulkan rasa takut, jantung berdebar lebih kencang dan tidak teratur.

Tapi jika dikonsumsi secara normal, kopi baik untuk tubuh seperti memberikan antioksidan dan juga membuat orang lebih fokus.

Lipstik bisa membuat sakit
Beberapa lipstik diketahui mengandung timbal, tapi risiko seseorang sakit akibat timbal yang terkandung di dalam lipstik sangat kecil. Bahkan keracunan timbal yang paling sering justru diakibatkan oleh faktor lingkungan lain seperti cat dari rumah tua.


img
Nyeri dan Pegal Leher Itu Pertanda Apa?

Jakarta, Bantal yang terlalu tinggi sering jadi kambing hitam saat terbangun dengan leher terasa nyeri dan pegal. Padahal ada banyak penyebab nyeri dan pegal leher, mulai dari cedera bahu hingga sebab lain yang lebih serius misalnya gejala serangan jantung.

Berbagai penyebab nyeri dan pegal di leher seperti dikutip dari Emedicinehealth, Jumat (21/1/2011):

1. Kolesterol Tinggi
Rasa sakit atau pegal di tengkuk kepala bagian belakang adalah salah satu ciri kolesterol tinggi. Pegal ini juga sampai ke pundak, kaki bengkak dan mudah capai dan ngantuk.

2. Cedera tulang selangka (tulang yang menghubungkan bahu dengan lengan atas)
Jatuh dengan lengan terbuka bisa memicu retak atau patah pada tulang selangka. Cedera yang memicu nyeri di leher ini sering dialami pengendara sepeda saat jatuh dalam posisi memegang kemudi.

3. Serangan jantung
Salah satu gejala yang menyertai atau kadang mengawali serangan jantung adalah nyeri leher. Diduga jantung, leher dan bahu punya saraf-saraf yang saling terhubung melalui jaringan saraf di tulang belakang.

4. Gangguan kandung kemih
Teknik akupunktur mengenal titik-titik meridian yang memiliki saraf penghubung dengan organ atau sistem organ yang bermasalah, salah satunya adalah kandung kemih yang terhubung dengan salah titik di leher dan bahu kanan. Nyeri yang terjadi pada leher kanan bisa dicurigai sebagai pertanda adanya masalah di kandung kemih.

5. Cedera rotator cuff
Rotator cuff merupakan sekumpulan otot yang menggerakkan bahu dan terhubung dengan otot leher. Bagian ini akan terasa nyeri jika mengalami cedera saat mengangkat atau melempar sesuatu yang berat, atau melakukan banyak gerakan yang sama secara berulang-ulang.

6. Cedera lecutan (wiplash injury)
Nyeri leher sering dialami para pengendara mobil saat melakukan pengereman mendadak. Perubahan kecepatan secara tiba-tiba menyebabkan kepala terlempar ke arah depan dan menyebabkan otot leher dan persendian di dalamnya bergerak dengan kecepatan yang tidak wajar.


Ciri-ciri Kena Turun Berok

Jakarta, Turun berok atau dalam istilah medis disebut dengan hernia merupakan kondisi yang tak boleh disepelekan karena bisa menyebabkan matinya usus. Untuk itu ketahui apa saja ciri-ciri dari turun berok.

Turun berok adalah kondisi keluarnya organ usus dari tempat yang seharusnya. Penjelasan sederhananya adalah usus melorot lewat lubang locus minoris. Jika ada tekanan besar maka usus bisa keluar melalui lubang tersebut. Bila terus dibiarkan bisa menimbulkan bahaya karena usus yang melorot ini akan terperangkap atau terjepit hingga mati dan memberikan masalah yang besar.

Pada turun berok yang ringan, usus yang turun bisa masuk lagi ke perut jika dalam posisi tidur. Tapi kalau sudah parah, usus tidak akan bisa masuk lagi ke perut. Sedangkan kalau usus sudah terjepit, maka usus tidak mendapat suplai darah yang akhirnya mati dan membusuk.

Tak hanya laki-laki yang suka mengangkat beban berat saja yang bisa terkena turun berok, perempuan dan anak-anak pun bisa mengalaminya. Sedangkan turun berok yang banyak dialami oleh olahragawan terutama pesepakbola disebut dengan sport hernia.

Seperti dikutip dari eMedicinehealth.com, Kamis (20/1/2011) turun berok akan menimbulkan tonjolan pada dinding perut. Tonjolan akan semakin terlihat ketika otot-otot tersebut mengalami pengetatan sehingga meningkatkan tekanan dalam perut.

Setiap kegiatan yang meningkatkan tekanan di dalam perut bisa memperburuk kondisi hernia. Ciri-ciri yang timbul dari hernia ini bermacam-macam tergantung dari kondisinya, berikut ini ciri-cirinya:

1. Timbul nyeri di daerah perut bagian bawah
2. Rasa sakit atau nyeri ini akan sangat terasa ketika ada tekanan di dalam perut seperti saat batuk, mengejan atau mengangkat beban yang berat
3. Muncul benjolan di daerah selangkangan atau daerah perut, benjolan ini akan meningkat ukurannya ketika berdiri atau tekanan perut meningkat
4. Pada beberapa kasus timbul tonjolan tanpa disertai dengan rasa sakit yang jika terus dibiarkan bisa membuat hernia masuk ke dalam skrotum
5. Terkadang muncul rasa sakit yang disertai dengan demam
6. Jika usus sudah terjebak atau terjepit dalam jangka waktu lama bisa mengalami kerusakan yang ditandai dengan mual dan muntah
7. Timbul nyeri yang selalu hadir diikuti dengan gejala gangguan pencernaan


Jika tonjolan turun beroknya masih kecil maka ada kemungkinan bisa pulih sendiri, usahakan untuk tidak terlalu banyak melakukan kegiatan yang membuat tubuh mengedan misalnya mengangkat beban terlalu berat.

Namun jika hernia semakin membesar sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter apakah perlu dilakukan operasi atau tidak untuk mencegah matinya usus. Operasi yang dilakukan akan membantu mengembalikan usus ke posisi yang sebenarnya


Tipe-tipe Orang Penguras Energi

Jakarta, Setiap harinya seseorang pasti akan mengeluarkan energi dari dalam tubuh. Tapi ada beberapa tipe orang yang cenderung menguras tenaga dan energi orang lain atau disebut dengan emotional vampire.

Salah satu hal yang bisa menguras energi paling besar adalah hubungan dengan orang lain baik teman atau pasangan. Beberapa hubungan memang bisa positif dan meningkatkan suasana hati (mood). Tapi hubungan lainnya bisa menghisap optimisme dan ketenangan yang dimiliki seseorang, orang ini disebut dengan emotional vampire.

Tipe-tipe orang ini umumnya akan menguras energi fisik, pemikiran dan rasa percaya diri orang lain. Seperti dikutip dari Huffington Post, Kamis (20/1/2011) ada beberapa tipe orang yang termasuk emotional vampire yaitu:

1. Tipe Orang narsis
Moto yang dimiliki orang ini adalah harus menjadi yang pertama dan selalu mengenai dirinya. Tipe orang ini sangat haus akan kekaguman, perhatian dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Namun orang narsis umumnya tidak memiliki atau hanya sedikit rasa empati serta membutuhkan imbalan atas hal yang dilakukannya.

Karenanya seseorang harus bisa menjaga harapan realitasnya dan jangan pernah membuat harga diri serta perasaan bergantung dengan orang ini.

2. Tipe orang yang rendah diri
Tipe orang seperti ini lebih sering disebut sebagai 'korban' karena selalu memiliki alasan untuk rasa tidak bahagianya. Bila seseorang menawarkan solusi untuk masalahnya ia akan selalu berkata 'Ya, tapi...' sehingga selalu merasa dirinya tidak sanggup melakukan apapun.

Untuk melindungi diri dari orang seperti ini tetapkanlah batas yang adil dan tegas. Jika tipe orang ini mengeluarkan masalahnya maka berilah ia pengertian untuk mau mendengarkan dan membahas solusi yang diberikan.

3. Tipe orang pengendali
Orang-orang ini biasanya obsesif dengan mencoba mengendalikan orang lain dan menentukan bagaimana seseorang harus melakukan atau merasakan sesuatu. Tipe orang ini memiliki pendapat sendiri dan akan mempengaruhi orang lain yang memiliki pemikiran tak sejalan dengannya, umumnya ia akan mendominasi. Untuk melindungi diri dari orang ini buatlah pendirian yang tegas mengenai apa yang diyakini, serta percaya dengan diri sendiri.

4. Tipe orang yang selalu berbicara
Orang-orang ini umumnya tidak tertarik dengan perasaan orang lain dan hanya peduli dengan dirinya sendiri. Orang ini bergerak begitu dekat tapi umumnya tidak memberikan seseorang kesempatan untuk membuka pembicaraan dan tidak menanggapi isyarat non verbal.

Jika seseorang ingin bicara dengan orang ini sebaiknya langsung menginterupsi dan berbicara agar diberikan waktu bicara beberapa menit.

5. Tipe drama queen
Orang-orang ini memiliki bakat untuk membesar-besarkan insiden kecil dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Untuk mengatasi orang seperti ini usahakan tetap tenang dan ambil napas agar tidak terjebak dalam dramanya.


Kesalahan Kecil yang Bisa Menyebarkan Kuman


Jakarta, Berbagai cara dilakukan orang untuk menghindari penyebaran kuman dan menjaga tubuh tetap sehat. Tapi sebenarnya ada 4 kesalahan kecil yang dilakukan setiap hari dan bisa memicu penyebaran kuman.

Seseorang beranggapan dengan sering mencuci tangan, menutup hidung saat bersin dan batuk atau selalu menggunakan masker sudah cukup melindungi dan menghindarinya dari kuman. Padahal ada 4 kesalahan kecil yang tanpa sadar dilakukan setiap hari dan membuat seseorang rentan terhadap bakteri atau virus.

Seperti dikutip dari AOLHealth, Selasa (18/1/2011) ini dia 4 kesalahan kecil yang tetap dilakukan setiap hari yaitu:

1. Tidak mencuci kulit buah terlebih dahulu
Sebagian besar orang hanya mencuci buah yang kulitnya bisa dimakan, tapi untuk buah yang dikupas seperti pisang atau jeruk biasanya tidak dicuci. Kondisi ini membuat seseorang berpotensi memegang bakteri yang ada di kulit buah dan memasukkannya ke mulut. Untuk itu sebaiknya mencuci semua buah yang akan dikonsumsi.

2. Meletakkan sepatu di dalam rumah
Menyimpan atau meletakkan sepatu di dalam rumah menjadi masalah yang kontroversial. Beberapa orang tetap ingin mempertahankan sepatunya di dalam rumah, tapi sejumlah penelitian menunjukkan apa yang dibawa oleh sepatu dari jalan atau trotoar bisa membuat seseorang sakit. Sebagian ahli kesehatan menyarankan untuk membuka sepatu di luar pintu dan tidak menyimpannya di dalam rumah.

3. Kebiasaan menyentuh wajah
Semua orang pasti melakukannya seperti menggaruk pipi atau menggosok hidung, padahal setiap kali menyentuh wajah (terutama hidung, mulut dan mata) seseorang memberikan kuman tumpangan gratis ke dalam tubuh. Sebaiknya kurangi menyentuh wajah dan menghindari menggosok-gosok mata untuk mengurangi paparan, tapi jangan terlalu kompulsif.

4. Meletakkan gelas di kamar mandi
Beberapa orang meletakkan gelas di kamar mandi seperti di dekat wastafel untuk membantunya menggosok atau meletakkan sikat gigi. Tapi sayangnya banyak yang tidak memperhatikan kebersihan gelas seperti jarang mencucinya, padahal gelas ini bisa menjadi faktor penyebaran penyakit. Untuk itu cucilah gelas dengan sabun dan air hangat untuk membersihkannya.


BELANJA GILA
Jakarta, Berbelanja adalah kegiatan yang menyenangkan dan bisa menghilangkan stres terutama bagi kaum perempuan. Tapi saat orang berbelanja ternyata ada perang di otak.

Peneliti menemukan adanya tarikan perang saraf di otak ketika seseorang berbelanja. Belanja merupakan suatu kegiatan yang melibatkan interaksi berbagai faktor mulai dari genetik sampai tata letak dari suatu mal. Faktor-faktor ini mempengaruhi dorongan seseorang untuk membeli sesuatu.

Penelitian yang dipimpin oleh ahli saraf Profesor Brian Knutson dari California menuturkan adanya tarikan perang saraf di otak ketika seseorang berbelanja. Hasil penelitiannya dilaporkan dalam jurnal Neuron.

Hal yang terjadi di otak dan memainkan peran sentral ketika berbelanja adalah meningkatnya produksi neurotransmitter dopamin, yaitu respon menyenangkan yang berhubungan dengan makanan dan seks.

Tapi saat seseorang memikirkan harga dari barang tersebut otak akan mengaktifkan insula, yaitu suatu bagian dari korteks otak besar yang memainkan peran untuk merenungkan kerugian (untung ruginya).

"Ketika seseorang memutuskan untuk membeli sesuatu, maka ia akan membuat keputusan emosional dan rasional. Seseorang memiliki keinginan untuk percaya bahwa ia membuat keputusan yang rasional, walaupun kenyataanya tidak. Hal ini yang menyebabkan terjadinya perang saraf di otak," ujar psikolog Adam Ferrier, seperti dikutip dari ABC.net.au, Kamis (13/1/2011).

Berdasarkan laporan dalam Journal of Consumer Research apapun barang yang dipilih oleh seseorang baik saat membeli cokelat atau mobil sekalipun semuanya dipengaruhi oleh faktor genetik.

Selain itu jenis kelamin juga memberikan perbedaan dalam berbelanja. Perempuan memiliki afinitas pemikiran yang besar saat berbelanja, karenanya ia akan berjalan santai di setiap toko, memeriksa barang, membandingkan produk dan nilainya, berinteraksi dengan staf penjual, mengajukan pertanyaan, mencobanya hingga akhirnya melakukan pembelian.

Sedangkan pada laki-laki memiliki pemikiran yang berbeda, umumnya ia sudah tahu apa yang diinginkannya sehingga langsung mencari barang tersebut serta memiliki sedikit kesabaran untuk browsing.

Namun seseorang sebaiknya tidak belanja terlalu berlebihan, meskipun belanja bisa membakar kalori yang cukup besar tapi gila belanja termasuk kategori gangguan mental.

UNTUK APA ORANG MENDESAH ?

JAMBI EKSPRES:

img

Jakarta, Bisa jadi desahan petenis cantik asal Rusia Maria Sharapova adalah yang terbilang cukup fenomenal. Karena konon desahan yang bunyinya mencapai 101 desibel itu bisa merusak konsentrasi lawan main. Sebenarnya untuk apa orang mendesah?

Ternyata mendesah itu penting seperti bisa mengatur sistem pernapasan dengan volume oksigen yang lebih besar, suara desahan juga membuat bisa membuat orang merespons cepat hal-hal yang tak terduga, menghilangkan stres hingga membuat gembira.

Para peneliti mempelajari pola pernapasan seseorang dan berpikir bahwa alasan seseorang mendesah karena berhubungan dengan sistem pernapasannya.

Salah satu alasannya adalah untuk mengatur ulang pola pernapasan yang rusak dan juga menjaga sistem pernapasannya tetap fleksibel.

Peneliti dari University of Leuven di Belgia melakukan studi untuk mencari tahu perubahan tertentu selama seseorang mendesah serta untuk menentukan fungsi dari mendesah itu sendiri.

"Hasil kami menunjukkan bahwa dinamika pernapasan berbeda sebelum dan sesudah seseorang mendesah. Kami berhipotesis bahwa mendesah bertindak sebagai pengatur kembali sistem pernapasan secara umum," ujar Elke Vlemincx yang dilaporkan dalam jurnal Biological Psychology, seperti dikutip dari News.discovery.com, Senin (24/1/2011).

Hipotesis pengaturan kembali sistem pernapasan didasarkan pada gagasan bahwa bernapas adalah sistem yang dinamis dan tidak bisa terpisahkan. Yang dengan segala macam faktor internal dan eksternal berupaya mengubah berapa banyak oksigen yang dibutuhkan untuk menjaga paru-paru tetap sehat dan bisa bekerja.

Beberapa manfaat untuk apa orang mendesah:

1. Suara desahan yang keluar sangat penting karena memungkinkan tubuh untuk belajar bagaimana merespons secara fleksibel sesuatu yang tidak terduga. Mendesah didefinisikan dua kali lebih besar dari volume napas.

2. Orang mendesah untuk mengekspresikan perasaannya karena merasa frustasi atau stres, bosan dengan sesuatu, sedih, gembira, lelah atau saat seseorang sedang merasa sangat emosi, tergantung pada kondisi yang dialaminya saat itu.

3. Saat sedang stres maka desahan yang keluar bisa mengatur ulang sistem pernapasan dan melonggarkan kantung udara paru-paru atau alveoli yang disertai dengan sensasi lega.

4. Dan buat perempuan desahan sering dikaitkan dengan sesuatu yang sensual, karena akan membuat perempuan terlihat sifat sensualnya.

Namun di sisi lain mendesah terlalu banyak bisa menyebabkan kebisingan yang dapat membuat kerusakan sistem. Desahan yang terlalu banyak menunjukkan gejala hiperventialsi seperti pusing dan mati rasa pada kaki

ANGGARAN PERTANIAN JADI BAHAN TERTAWAAN

JAMBI EKSPRES:

Anggaran Untuk Pertanian Jadi Tertawaan

Jakarta - Setiap berkunjung ke daerah, Kaman Nainggolan selalu miris. Saat menjadi Kepala Badan Ketahanan Pangan Nasional, ia sering bertanya pada pejabat daerah tentang anggaran untuk pertanian. Dan jawabannya akan membuatnya mengurut dada. Nyaris tidak ada perhatiannya pemda terhadap petani. Tidak aneh bila petani selalu miskin. Inilah penyebab kerawanan pangan mayoritas menimpa petani.

Kaman, yang kini menjadi pengamat ekonomi pertanian, menuturkan dukungan sektor pertanian untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tinggi, yakni mencapai sekitar 20 persen. Tapi anehnya, dana tersebut tidak dikembalikan kepada petani. APBD selalu memberikan anggaran yang sangat kecil, yakni di bawah 5 persen untuk pertanian.

"Kalau kita lihat APBD atau APBN kita tertawa sendiri. Perhatian pemerintah kecil sekali. Total porsi dana untuk pertanian itu di bawah 5 persen. Ini menjawab sendiri mengapa terjadi rawan pangan itu," kata Kaman.

Merujuk data Badan Ketahanan Pangan Nasional, Kaman menyatakan 27,5 persen penduduk Indonesia mengalami rawan pangan. Kriteria rawan pangan itu bukan berpatokan pada ada tidaknya beras. Tapi asupan kalori atau gizi yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Untuk Indonesia, standar kalorinya sebesar 2.000 kalori per orang per hari.

Dari jumlah 27,5 persen tersebut, sebanyak 11,07 persen pemenuhan kalori mereka di bawah 70 persen atau mengalami rawan pangan kronis Sementara sisanya masuk kategori rawan pangan ringan karena berada di bawah 90 persen dari standar pemenuhan kalori.

"Kondisi masyarakat bisa dibilang rawan pangan jika asupan kalorinya di bawah 70 persen, atau makan dua kali sehari atau di bawahnya. Kalau rawan pangan ringan 90 persen dari standar, atau mengkonsumsi di bawah 1.800 kalori," terang Nainggolan.

Mereka yang mengalami rawan pangan akibat kemiskinan. Penduduk mengalami rawan pangan akibat tidak memiliki akses terhadap pangan. Penyebabnya, mereka tidak punya uang di kantong untuk membeli beras.

Nah, dengan kondisi cuaca ekstrim yang saat ini melanda dunia, bukan tidak mungkin jumlah masyarakat Indonesia yang mengalami rawan pangan bakal bertambah. Sebab akses terhadap pangan,terutama beras sudah barang tentu semakin sulit bagi rakyat miskin.

Ketua Pengurus Harian YLKI Sudaryatmo memprediksi, perang ke depan adalah memperebutkan komoditas pangan. Dan pertempuran-pertempuran ini sebenarnya sudah terjadi sejak 2008 lalu. Ke depan "pertempuran" ini akan semakin sengit karena
pertumbuhan jumlah penduduk dunia jauh lebih cepat dari pada pertumbuhan produksi produk pertanian.

Akibatnya, negara produsen beras tidak hanya akan membatasi ekspor, tetapi juga menghentikan ekspor dengan alasan untuk mengamankan kebutuhan domestik. Di sisi lain banyak negara yang punya uang sanggup membeli produk pangan dengan harga
berapapun.

"Kondisi ini bisa meningkatkan harga pangan di pasar global. Dan tentu saja masyarakat miskin semakin semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka," jelas Sudaryatmo.

Untuk mengatasinya, YLKI berharap pemerintah menciptakan kebijakan yang kondusif di sektor pangan. Bukan dengan cara membebaskan bea masuk bagi pangan impor. Sebab cara seperti ini menunjukan pemerintah malas untuk berfikir.

Ketua Harian HKTI Sutrisno Iwantono MA juga mengkritik kebijakan pemerintah membebaskan bea masuk bahan pangan. Menurut Sutrisno, langkah itu hanya untuk kepentingan jangka pendek untuk mempertahan citra, mencegah keresahan sosial dan gangguan politik yang mungkin timbul akibat kenaikan harga bahan pangan. Sementara di sisi lain, langkah itu sekaligus telah membuktikan kegagalan kita dalam pembangunan pertanian.

"Kalau kita berhasil memproduksi pangan dalam negeri secara mandiri, tentu tidak akan ada kenaikan harga pangan, tidak perlu menghapuskan bea masuk impor," kata Sutrisno.

Belajar dari kondisi global krisis pangan yang bakal terjadi pada tahun 2011, dimana masing-masing Negara akan sangat agresif mengakumulasi persediaan pangan untuk bangsanya sendiri, menurut Sutrisno, kuncinya adalah swasembada pangan nasional. "Untuk itu segala daya upaya harus difokuskan bagi upaya swasembada pangan," kata Sutrisno.

Sementara Ketua Bidang Koperasi HKTI Endang Setyawati Thohari menyarankan, untuk mengatasi rawan pangan pemerintah harus lebih memperhatikan petani sehingga para petani tetap setia menggarap lahan pertanian. Sebab berkurangnya lahan pertanian
bisa berdampak serius bagi ketahanan pangan. Akibatnya kita malah bergantung kepada impor beras dari negara lain.

Cara yang harus dilakukan pemerintah antara lain,dengan mempermudah para petani untuk mengakses perbankan, mendorong produksi makanan olahan dari berasa atau bahan makan pokok, sehingga para petani tidak lagi menjual produk dasar pertanian. Misalnya, petani menjual dalam bentuk tepung beras sehingga harganya relatif lebih tinggi. Untuk itu perlu penyerapan tepung beras petani di pasar.

"Saat ini petani selalu mengeluh dengan harga gabah yang jauh di bawah harga beras. Sehingga mereka malas untuk menjual gabahnya. Parahnya lagi sejumlah petani sekarang banyak yang jual sawahnya karena dianggap tidak menguntungkan,"
ujar Endang.

Endang juga memprediksi, jika pemerintah tidak segera berbenah dalam mengurusi sektor pertanian, kerawanan pangan yang ditakutkan bakal jadi kenyataan. Sebab para petani yang sehari-hari menanam padi, justru kesulitan untuk membeli beras
karena harganya yang mahal.

Namun kekhawatiran ini ditampik Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso. Menurutnya, ke depan ketahanan pangan di Indonesia masih aman-aman saja. Hanya saja dia berharap, masyarakat tidak hanya bergantung dengan beras sebagai
makanan pokok.

"Masalah rawan pangan ini bukan disebabkan masyarakat yang tidak makan beras. Melainkan kurangnya asupan gizi dan kalori. Dan sebenarnya kandungan itu tidak hanya ada di beras. Ubi,singkong dan sagu bisa dijadikan alternatif pemenuhan
gizi dan kalori," terangnya.

Tapi untuk mengalihkan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi beras, kata Alimoeso,bukan hanya tugas pemerintah. Menurutnya,perlu gerakan bersama untuk mengalihkan kebutuhan masyarakat dari beras ke makanan pokok yang lain.

Sementara untuk cadangan beras yang berasal dari impor, Alimoeso menjelaskan, sampai saat ini masih aman. Sebab Thailand dan Vietnam telah berjanji untuk mengalokasikan setidaknya 1 juta ton untuk Indonesia.

"Mereka sudah sepakat akan tetap komitmen mengalokasikan masing-masing 1 juta ton untuk kebutuhan Indonesia. karena mereka dulu juga kita bantu saat mereka masih mengalami devisit beras," ujarnya.

Meski demikian kondisi cuaca buruk yang melanda dunia bukan tidak mungkin akan mempengaruhi negara produsen beras. Kalau sudah begini akankah Thailand dan Vietnam tetap memegang komitmennya untuk mengekspor berasnya untuk Indonesia?

"Jangan pernah menggantungkan perut kita kepada orang lain. Kalau sama-sama lapar pasti setiap orang, setiap negara akan mengutamakan dirinya sendiri," kata Sutrisno memperingatkan.


Krisis Pangan
Mentan: Saya Jamin RI Tak Kena Krisis Pangan

Mentan
Jakarta - Food and Agriculture Organization (FAO) dan sejumlah negara yang tergabung dalam G20 telah memberikan warning akan adanya ancaman krisis pangan yang besar pada 2011 ini. Bahkan, ancaman krisis ini bisa menimbulkan kerusuhan di sejumlah negara. Bagaimana dengan Indonesia?

Selama ini Indonesia mengimpor beras ke Thailand dan Vietnam untuk memenuhi cadangan beras nasional. Cadangan beras ini diperlukan untuk mengatur harga beras nasional dan persediaan kalau terjadi kelangkaan pangan. Namun kedua negara ini juga akan menghentikan ekspor berasnya kesejumlah negara, termasuk Indonesa. Vietnam dan Thailand menyetop ekpor beras karena ingin mempertahankan pangan di dalam negerinya masing-masing. Cadangan beras mereka untuk kebutuhan di dalam negeri sudah menipis.

Menteri Pertanian Suswono menyatakan, kondisi pangan Indonesia sebetulnya relatif aman, dengan stok yang selalu tersedia dan ditambah surplus. Impor beras yang dilakukan justru hanya sektar 600.000 ton per tahun ini justru untuk memperkuat stok cadangan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk operasi pasar.

Suswono menerangkan, pada tahun 2010 lalu produksi beras Indonesia sekitar 38 juta ton, sementara kebutuhan konsumsi masyarakat sekitar 33 juta ton. Artinya, masih ada surplus beras sekitar 5 juta ton untuk tahun ini. Guna mengantisipasi
kerawaan pangan ini, pemerintah telah melalukan sejumlah langkah untuk mengantisipasinya baik yang disebabkan perubahan iklim atau pun persoalan lainnya.

"Saya kira untuk Indonesia, saya jamin dan pastikan tidak akan seperti yang dikhawatirkan itu," kata Suswono.

Suswono pun menjamin Indonesia tidak akan mengalami krisis pangan seperti yang diperingatkan oleh FAO.

Berikut wawancara detikcom dengan Menteri Pertanian Suswono di kediamannya, Jl Widya Chandra V No 28, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (23/1/2011) malam:

Kondisi pangan Indonesia bagaimana? Mengingat Vietnam dan Thailand menghentikan ekspor beras dan peringatan FAO soal krisis pangan dunia?

Persoalan ancaman krisis pangan ke depan memang sudah disadari oleh sejumlah negara dunia. Termasuk organisasi-organisasi pangan dunia, sepert Food and Agriculture Organization (FAO) pun telah memberikan warning kepada setiap negara agar masing-masing negara mengamankan ketahanan pangannya, termasuk Indonesia.

Tetapi dengan adanya fakta perubahan iklim yang menjadi bagian dari ancaman krisis pangan ke depan. Kita menyaksikan sendiri betapa perubahan iklim ini begitu nyata dirasakan semua negara, baik negara yang berada di subtropis maupun tropis. Kita saksikan Australia banjir besar, begitu juga di Brazil, turun salju di musim panas. Ini artinya ancaman dari perubahan iklim ini sangat nyata dan punya pengaruh dalam persoalan pangan.

Beberapa negara juga sebenarnya memberikan isyarat, misalnya India yang kini tidak lagi mengekspor gandum. Kemudian juga Vietnam dan Thailand mengisyaratkan mengurangi ekspor beras, yang kemungkinan bisa sampai pada tingkat menghentikan ekspor. Itu bisa terjadi, karena semua negara tentunya ingin mengamankan pangannya masing-masing. Tentu saja bagi Indonesia akan ada dampak tersendiri yang akan dirasakan terkait masalah ini.

Terkait perubahan iklim ini, di tahun 2010 kemarin Indonesia sangat merasakan betul persoalan ini. Sebab, sepanjang tahun 2010 tentu boleh dikatakan hanya satu musim saja, musim hujan. Dulu prediksi Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa bulan April sudah masuk musim kemarau, lalu dikoreksi bulan Juli, tapi tetnyata hujan masih turun. Lalu munculah apa yang disebut kemarau basah, dan faktanya hujan sepanjang satu tahun.

Tentu saja dengan hujan sepanjang tahun ini, ada plus dan minusnya bagi Indonesia. Di satu sisi, dengan hujan sepanjan tahun ada beberapa daerah tadah hujan yang hanya bisa menamam sekali, ternyata bisa dua kali. Akhirnya karena hujan sepanjang tahun, orientasinya menanam padi, karena air yang cukup berlimpah. Tapi di sisi lainnya, dengan menanam padi sepanjang tahun, tanpa pemutusan dengan diselingi menanam varietas lainnya, seperti tanaman hortikultural atau palawija, tentu saja menimbulkan penyakit tanaman.

Sehingga betapa pun luasnya lahan panen terus bertambah karena hujan setahun, tapi dari sisi produksi tidak meningkat secara signifikan. Proses fotosintesis dan pembungaan tidak berjalan dengan baik, karena mendung terus, sehingga hasilnya tidak optimal dan ditambah muncul penyakit tanaman. Oleh karena itu, kenaikan produksi di tahun 2010 sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) hanya menambah 2,46 persen saja.

Artinya, terjadi kenaikan produksi sekitar 4,1 juta ton ditambah dengan stok di akhir tahun sebelumnya menjadikan surplus kita di 2010 sekitar 5,6 juta ton. Sedangkan untuk total produksi beras tahun 2010 sekitar 38 juta ton. Sementara kebutuhan kita sekitar 33 juta ton , sehingga surplus sekitar 5 juta ton.

Tentunya angka 5 juta ton beras bagi Indonesia yang memiliki total jumlah penduduk sekitar 237 juta orang memang sangat riskan. Sebab, jumlah 5 juta ton itu hanya mencukupi dua bulan saja. Karena kebutuhan beras kita itu setiap bulannya sekitar 2,7 juta ton.

Sebetulnya bila dibandingkan dengan Thailand, produktivitas Indonesia di atas negara itu. Kita itu sekitar 5,1 ton per hektar, sedangkan Thailand sekitar 3,5 ton per hektar. Cuma persoalannya, Thailand ini memiliki lahan yang cukup luas,
walau produktivitas padinya 3,5 ton per hektar, dia bisa menghasilkan 27 juta ton beras, kebutuhan Thailand hanya 10 juta ton, surplusnya 10 juta ton, lalu 6 juta ton sebagai cadangan pangan, dan 4 juta ton diekspor. Demikian pula dengan Vietnam yang produksi beras mencapai 17 juta ton, kebutuhannya sekitar 9 juta ton beras, surplus 8 juta ton.

Persoalannya kenapa Indonesia membutuhkan cukup besar beras, karena memang konsumsi perkapita, boleh dikatakan terbesar di dunia. Kebutuhan perkapita kita sekitar 139 kilogram perkapita per tahun. Sedangkan Thailand sekitar 70 kilogram perkapita per tahun, Malaysia sekitar 80 kilogram perkapita per tahun. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang akan kita lakukan dan akan siapkan langkah agar produksi kita tetap aman.

Langkah yang disiapkan untuk mengamankan pangan itu seperti apa?

Pertama yang akan kita lakukan dalam rangka beradaptasi dengan perubahan iklim ini. Kita siapkan benih tanaman padi yang lebih unggul, yang adaptif terhadap perubahan iklim. Untuk dareah yang banyak genangan dan air cukup tinggi, kita
sudah ada varietas yang dikenal varietas Inpara.

Untuk daerah yang sedikit airnya, kering atau tadah hujan ada varietas Inpago atau yang dikenal Padi Gogo. Dan untuk menghadapi hama wereng yang merajalela, kita sudah ada varietas yang tahan hama itu namanya Inpari-13, untuk varietas
ini ada Inpari-2, Inpari-3, Inpari-6 dan Inpari-13. Ini dari sisi benihnya.

Kedua, tentu juga kita siapkan pengelolaan dan pemeliharaan tanaman itu sendiri. Kita pun sudah meminta agar petani bisa menyesuaikan dengan perubahan iklim melalui sekolah-sekolah lapang. Sekolah lapang ini kita adakan yang kita kenal
dengan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Juga ada Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan Sekolah Lapang Iklim (SLI). Sekolah ini kita adakan agar para petani bisa belajar langsung di lapangan terkait apa yang mesti dia lakukan dalam situasi dan kondisi seperti itu.

Ketiga dari sisi infrastruktur, kita ada program pembenahan. Pekerjaan Umum (PU) saat ini sedang mengerjakan primer dan sekundernya. Tersiernya merupakan tanggung jawab Kementerian Pertanian, jadi ada perbaikan irigasi teknis tersier.
Di antaranya melalui pembenahan Jaringan Irgasi Desa (Jides), kemudian Jaringan Irigasi Tatausaha Tani (Jitut). Untuk daerah pasang surut, kita kenal Tata Air Mikro. Ini upaya-upaya pengendalian air agar bisa optimal.

Sementara untuk daerah tadah hujan dan kering, kita siapkan rencana membangun Embung, semacam cek dam atau dam kecil. Kita akan membangun sekitar 2.700 Embung, yang akan menampung air di saat musim hujan, yang sewaktu-waktu di musim kemarau, air masih tetap tersedia.

Selain itu kita lakukan Gerakan Pemberantasan Hama. Kita siapkan dengan obat-obatan. Begitu juga saat pasca panennya, ini pun kita amankan saat panen. Ketika merontokan padi tidak banyak yang lost, terbuang dan tercecer. Lalu saat pengeringan, apalagi mendung dan hujan terus menerus akan menurunkan kualitas gabah padi, maka kita siapkan alat pengering. Ini upaya-upaya yang akan maksimal kita lakukan.

Langkah lainnya yang dilakukan di daerah bagaimana?

Sebetulnya bicara soal ketahanan pangan juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (Pemda). Peran terdepan sebetulnya adalah pemda, oleh karena itu kesigapan dari aparatur pemda sangat penting. Pemerintah pusat ini posisinya adalah berjaga-jaga ketika daerah itu tidak sanggup menangani, kita akan back up mereka. Ketahanan pangan ini sebetulnya meliputi tiga aspek.

Pertama, dari sisi ketersediaannya. Jadi kita akan mengoptimalkan bagaiman produk-produksi itu optimal disediakan dari dalam negeri, bukan luar negeri. Makanya tahun 2011 kita targetkan surplusnya tidak hanya 5 juta ton, tapi mampu surplus sampai 10 juta ton. Langkah agar target ini terpenuhi, pertama bagaimana kita meningkatkan Indeks Pertanaman (IP). Rata-rata IP kita sekarang 1,8 lalu ditingkatkan menjadi di atas 2. Misalnya IP itu, karena ada hujan panen sekali.

Yang tidak kalah pentingnya saat ini perlunya ekstensifikasi (perluasan) tambahan lahan panen melalui tambahan sawah baru. Sebab tanpa tambahan areal sawah baru, karena salah satu ancaman yang terjadi saat ini adalah konversi lahan. Di Jawa saja
setiap tahun konversi lahan terus dilakukan tanpa ada pengendalian yang baik dari pimpinan daerah. Banyak perumahan-perumahan dibuat di areal pertanian. Jadi salah satu yang akan dilakukan adalah pencetakan sawah baru.

Tahun 2011 ini kita targetkan 70.000 hektar sawah baru, diharapkan sampai 2014 bisa menambahkan areal lahan tanaman pangan sampai 2 juta hektar. Kedua adalah aksesibilitas, artinya kemampuan masyarakat untuk membeli bahan pangan. Makanya ketika ada orang menggugat kita, katanya produksi surplus, tapi kenapa impor? Orang ini tidak ngerti padahal dia katanya orang ahli. Tapi menurut saya itu terlalu naif mengatakan seperti itu.

Kalau bicara soal ketersedian, faktanya ada tidak, anda melihat sejumlah warung, toko dan lain sebagainya berasnya kosong sampai orang ngantre. Ada tidak? Tidak pernah kan. Cuma harganya tinggi, ini kan persoalan harga dan daya beli masyarakat, ini persoalan yang berbeda.

Persoalan harga tinggi ini kan bisa dipermainkan pedagang, seperti kasus naiknya harga Cabe. Di petani harganya cuma Rp 20.000 perkilogram, kok di pedagang bisa Rp 100.000 per kilogram. Impor (beras) yang kita lakukan kemarin ini atau yang
masih dilakukan adalah untuk memperkuat stok pangan di Badan Urusan Logistik (Perum Bulog). Jadi untuk memperkuat, daripada suatu waktu kita kekurangan, harga tinggi karena dipermainkan pedagang, Bulog bisa melakukan Operasi Pasar.

Pertanyaannya kenapa Bulog tidak menyerap beras dari dalam negeri?

Pada saat panen raya pada bulan Maret-April tahun lalu, Bulog tidak bisa membeli beras dalam negeri, karena kualitas gabah atau berasnya di bawah standar yang telah ditentukan. Kalau Bulog tetap membeli ini berarti bisa menjadi temuan Kejaksaan, banyak orang Bulog yang akan dipanggil Kejaksaan. Ini menjadi masalah, jadi alasannya itu. Setiap tahun panen selalu ada, kenapa Bulog tidak beli juga dari dalam negeri. Harganya di atas harga pembelian pemerintah (HPP), karena Bulog dipatok dengan dua syarat, yaitu kualitas memenuhi syarat dan HPP-nya terjangkau.

Bulog itu mematok harga Rp 2.640 perkilogram gabah kering, karena harga ini sangat menguntungkan bagi petani. Kebutuhan impor juga untuk kebutuhan beras bagi keluarga miskin (Raskin). Persoalannya, banyak masyarakat yang tidak mau juga, selain itu banyak pedagang yang justru malah memborong ini. Salah satu kendala lainya, juga banyak petani justru menyimpan sendiri hasil panennya untuk kebutuhan mereka sendiri, dan dijual kalau mereka memerlukan saja.

Persoalan tengkulak, pengusaha besar yang berjualan beras, kenapa tidak ditertibkan?

Begini, memang banyak yang berjualan komoditas lainnya seperti Kedelai, Kacang, Jagung atau Padi. Pada umumnya, orientasi kenapa mereka berdagang hanya untuk mencari keuntungan yang besar. Jadi motifnya itu tidak politis atau yang lainnya. Cuma pengendalian atau penertiban terhadap para pedagang yang mempermainkan harga di pasaran itu bukan tataran Kementerian Pertanian yang hanya mengurusi lahan, bibit dan pengelolaan tanaman sampai panen saja.

Sementara untuk pengendalian harga sudah menjadi kewenangan institusi atau kementerian yang lainnya untuk menangani soal perniagaan ini. Jadi motifnya hanya mencari untung saja.

Bagimana dengan program Food Estate di Papua?

Oh iya, Food Estate ini sebenarnya adalah salah satu solusi yang digunakan pemerintah untuk mengatasi ancaman krisis pangan. Di antaranya bagaimana mengembangkan daerah di luar Jawa, dalam hal ini Papua bagian selatan, seperti di Meurauke.

Dipilihnya Merauke sebagai lokasi pengembangan food estate karena beberapa hal. Pertama, kawasan mampu memasok pangan untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor beras sebesar 1,95 juta ton per tahun, jagung sekitar 2,20 juta ton, kedelai sekitar 167.000 ton. Pengembangan kawasan budi daya tanaman pangan dan energi skala luas di Merauke akan mengoptimalkan fungsi lahan cadangan yang areanya cukup luas yang selama ini berstatus lahan tidur menjadi lahan produktif, dan bernilai tambah ekonomi.

Katanya Food estate yang berbasis kearifan lokal, tapi justru memaksakan menanam padi?

Sebenarnya ini kan sudah dimulai sejak lama, sejak pemerintahan sebelumnya. Kita ini pas kena puncaknya kena imbas dari kebijakan-kebijakan pemerintahan sebelumnya. Memang sudah lama masyarakat Papua ada yang menanam padi dan memakan
beras. Nah, sekarang kalau disuruh balik lagi makan singkong atau umbi-umbian demi alasan kearifan lokal, mereka pasti tidak mau dan akan menolak.

Ini sama kondisinya seperti di Ambon, di mana masyarakatnya sejak dulu makan sagu, lalu atas kebijakan pemerintah di masa lalu diminta menanam padi, lalu sekarang dipaksa balik lagi makan sagu. Ini akan sulit, karena sudah terbiasa.

Kembali soal warning FAO tentang ancaman krisis pangan yang bisa memicu kerusuhan di suatu negara atau dunia?

Itu memang menjadi kekhawatiran kita semua, termasuk di Indonesia. Begini, persoalan pangan itu memang sangat fundamental, karena ini kebutuhan langsung kehidupan masyarakatnya. Kalau ini tidak dikelola dengan baik, memang akan memunculkan gejolak-gejolak di masyarakat. Kita bisa lihat ada Presiden yang digulingkan dan jatuh kepempimpinannya gara-gara persoalan pangan ini. Persoalan pangan bisa menyebabkan perang juga, kalau memang sudah sangat parah.

Namun begitu, saya kira untuk Indonesia, saya jamin dan pastikan tidak akan seperti yang dikhawatirkan itu. Karena apa? Stok pangan kita masih bisa terjamin persediaannya. Produktivitas pertanian kita masih besar, bahkan bisa surplus, walau memang perlu untuk ditingkatkan supaya bisa berjaga-jaga bila ada kelangkaan pangan. Saya kira kelangkaan ini juga kan karena ulah para pedagang di pasar.

Soal stok beras kita masih banyak, coba anda perhatikan di Pasar Induk Jatinegara, Jakarta Timur. Apakah kosong atau langka? Anda bayangkan sampai sekarang saja di Pasar Induk Jatinegara setiap harinya memasok sekitar 100.000 ton beras. Oleh karena itu, tidak perlu terlalu kkawatir dengan kondisi saat ini. Mudah-mudahan, apa yang menjadi warning itu tidak sampai ke Indonesia.

MERUBAH SINAR MATAHARI MENJADI ENERGI KOMPOR


JAMBI EKSPRES:

Ropiudin, Mengubah Sinar Matahari Menjadi Bahan Bakar Kompor


Jakarta - Bentuknya seperti penggorengan besar yang ditaruh diatas tiang. Lantas tiang tersebut dialirkan dengan sebuah pipa dengan berbagai alat mekanik lalu ke dalam dapur. Dari sinilah lalu keluar suhu panas di atas kompor yang bisa memasak kebutuhan rumah tangga.

"Indonesia pada akhir 2005 telah menjadi negara berstatus "net oil importer country". Sedangkan, penggunaan sumber-sumber energi untuk memasak selain kayu bakar dan minyak relatif sedikit. Inilah yang mengilhami riset pembuatan alat ini," kata peneliti Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, Ropuidin, kepada detikcom, Senin, (24/1/2011).

Lebih lanjut Ropiudin menjelaskan teknologi pemasak surya tipe parabola PSC-2009a merupakan teknologi alternatif yang hemat energi dan ramah lingkungan. Penggunaan teknologi ini diharapkan mampu membantu masyarakat pedesaan untuk mengurangi biaya energi, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak, dan mengurangi polusi lingkungan akibat aktivitas memasak.

Menurut dia, teknologi yang memanfaatkan energi surya ini cocok diterapkan pada masyarakat pedesaan dalam rangka pengembangan desa mandiri energi.

"Apalagi Indonesia memiliki potensi energi surya yang cukup besar, tersedia sepanjang tahun, dan belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, pengembangan dan pemanfaatan surya termal sebagai teknologi energi di pedesaan juga belum optimal," bebernya.

Pemanfaatan teknologi PSC-2009a ini dapat mengurangi biaya energi memasak hingga 75 persen. Selain itu, kata dia, teknologi ini memiliki bentuk dan cara kerja sederhana sehingga tidak memerlukan pengetahuan tinggi.

"Bahkan, masyarakat pun dapat membuatnya sendiri dengan peralatan sederhana. Hanya saja, untuk alat multireflektor, sedang kami ajukan hak paten," jelas dosen Fakultas Pertanian ini.

Salah satu keunggulan teknologi PSC-2009 dibanding teknologi tenaga surya lain yaitu memiliki prinsip kerja yang memungkinkan kegiatan memasak tetap berlangsung di dalam ruangan. Sementara teknologi sejenis yang ada selama ini, lanjutnya, tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan memasak di dalam ruangan.

"Kami berencana untuk mengembangkan alat penyimpan energi surya (solar thermal storage) sehingga alat ini dapat digunakan pada malam hari," bebernya.

Sebagai kelinci percobaan, 30 rumah warga Desa Watu Agung, Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah telah mencicipi kompor tenaga surya ini dengan bantuan dana dari Kementerian Riset dan Teknologi. Sayangnya teknologi ini masih terkendala dalam sistem penyimpanan energi. Sehingga hanya dapat dimanfaatkan pada siang hari dalam kondisi cuaca cerah.

Untuk harga satuan, karena masih berupa protoype maka masih cukup terbilang mahal untuk harga sebuah kompor. 1 unitnya dipatok Rp 3,6 juta. " Kalau sudah dibuat secara massal dan dikomersialkan, pasti bisa jauh lebih murah," tutur Ropuidin mantap.

TOKOH AGAMA OASE BARU DI TENGAH KETIDAK PERCAYAAN KEPADA PARTAI POLITIK

JAMBI EKSPRES:



Jakarta - Publik kembali dihadapkan pada satu sekuel drama politik baru. Jika sebelumnya pihak pemerintah sering kebakaran jenggot akibat sikap kritis tanpa tedeng aling-aling yang diperankan oleh partai oposisi (PDI Perjuangan) dan beberapa partai di tubuh koalisi pemerintahan SBY-Budiono.

Sebutlah misalnya saat Wasekjen PKS, Mahfudz Sidiq, menebar jala wacana menggalang kekuatan partai tengah yang tergabung dalam Sekretariat Gabungan (SETGAB) untuk membentuk aliansi politik baru bernama Koalisi Partai Tengah.

Namun kini guncangan baru justru datang dari ruang yang lebih besar dan luas, mewakili seluruh masyarakat Indonesia. Bukan atas nama partai politik yang kini mulai diragukan komitmennya, tapi artikulasi baru ini datang dari suara suci pemimpin Masjid, Gereja, Vihara dan Pura yang memiliki integritas kuat dan menjadi anutan di tengah-tengah masyarakat.

Politik Yang Dirindukan


Polemik politik baru ini bermula saat sejumlah tokoh lintas agama melangsungkan pertemuan di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah di Menteng pada Senin (10/1/2011). Seperti dilansir beberapa media, pertemuan saat itu dihadiri oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia Mgr Martinus Situmorang, Andreas Yewangoe, Buya Syafii Maarif, Franz Magnis Suseno, KH Salahuddin Wahid, dan Biku Sri Pannyavaro.

Para ulama lintas agama ini berteriak lantang ke public dan menuding pemerintahan SBY “berbohong” dengan membawa sejumlah data pendukung. 18 kebohongan yang terdiri dari sembilan kebohongan lama dan sembilan kebohongan baru tersebut, tentu sebuah ancaman yang cukup telak bagi istana. Betapa tidak, repsentasi dari seluruh agama yang ada di Indonesia ini, juga menjadi representasi masyarakat.

Mengutip apa yang dikatakan oleh Burhanudin Muhtadi bahwa kritik atas kebohongan SBY menurut ulama lintas agama tersebut memiliki bobot tinggi karena dua hal. Pertama, adalah sumber kritik. Bahwa para tokoh agama sebagai sumber yang menggulirkan wacana tersebut memiliki integritas di mata publik. Sebagai penjaga moral, dan ketokohan yang kuat mewakili kelompok agama masing-masing.

Kedua, soal materi kebohongan. Ketika para tokoh agama menyebut kata 'bohong', itu ibarat menyuarakan kebenaran publik. Hal tersebut langsung menyerang integritas SBY dan pemerintah. Sehingga dua hal ini menjadi potensi untuk memicu timbulnya public pressure yang mengancam singgasana SBY.

Jika melihat kebelakang, hal ini bisa menjadi akumulasi kekecewaan atas kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada rakyat, serta kebosanan masyarakat dengan lakon politik transaksional yang sudah menjadi gaya politisi negeri ini.

Sebut misalnya kasus baill out Bank Century yang berakhir dengan transaksi politik berupa pembentukan Sekretariat Gabungan (SETGAB), dan memberi kuasa pada partai Golkar sebagai ketua. Belum lagi kasus mafia pajak Gayus Tambunan yang juga diseret ke ranah politik. Rekening gendut Polri yang tenggelam, serta kasus KPK-Polri yang tidak tuntas.

Kenyataan tersebut menyakiti esepektasi masyarakat akan janji-janji politik SBY-Budiono di masa kampanye Pilpres 2009, sehingga suara ulama yang dipandang sebagai ruh suci di dalam masyarakat, menjadi sesuatu yang dirindukan. Sebagai sandaran moral bagi politisi dan pemimpin negeri ini.

Namun disisi lain perlua adanya kewaspadaan jika keadaan ini kemudian dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mencari popularitas. Sehingga dalam hal ini tokoh lintas agama tersebut harus waspada jangan sampai menjadi bahan eksploitasi dan 'dipolitisasi' sehingga justru hilang wibawanya di mata publik.

Dan gejala ini nampaknya sudah muncul karena Senin (17/1) sejumlah politisi dari beberapa partai yang selama ini getol mengkritik SBY, justru hadir dalam acara “100 Tokoh Pergerakan” di Gedung Joang Jakarta yang secara terang benderang ingin memakzulkan SBY.

Sebut saja misalnya Yuddy Chrisnandi (Hanura), Permadi (Gerindra), Ahmad Yani (PPP), Mahfudz Siddiq (PKS), Indra J. Piliang (Golkar), Fuad Bawazier (Hanura), Firman Djaya Daeli (PDIP) dan Effendy Choirie (PKB). Dalam hal ini, tokoh lintas agama yang lebih dahulu mewacanakan hal tersebut, harus menjaga kesucian moral dan tidak terkooptasi pada arus konspirasi politik baru.

Delegitimasi Kuasa SBY dan Ancaman Impeachment Gerakan “Tokoh Lintas Agama” yang kemudian disusul oleh gerakan “100 Tokoh Pergerakan” , serta aliansi nasional 11 gerakan mahasiswa bisa menjadi pintu impeachment. Hal ini bisa kita baca dari gerakan 100 tokoh, di dalamnya terdapat sejumlah politisi dari partai yang selama ini vokal dalam mengkritik pemerintah.

Dalam hal ini, adalah putusan MK yang menganulir persyaratan persetujuan pengajuan hak menyatakan pendapat (HMP) anggota DPR pada Undang-Undang Nomor 27/2009 tentang MPR, DPR, DPD bisa menjadi pintu gerbang konstitusional.

Pada pasal 184 ayat 4 UU No 27 Tahun 2009,berbunyi, "Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi menjadi Hak Menyatakan Pendapat DPR apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri paling sedikit 3/4 dengan persetujuan paling sedikit 3/4 dari jumlah anggota DPR yang hadir".

Gerakan tokoh lintas agama yang kemudian disusul oleh gerakan 100 tokoh pergerakan ini, bisa menjadi pintu impeachment. Bukan tidak mungkin, 18 kebohongan SBY versi tokoh lintas agama menjadi bahan dan fakta pendukung untuk selanjutnya dibawa ke paripurna atas nama hak menyatakan pendapat ataupun bentuk langkah poltisi lainnya.

Oase Politik Moral

Pasca reformasi bergulir tahun 1998 dan membuka kran demokratisasi, ulama ataupun tokoh agama yang ingin memberi sumbangsih kepada pemerintah, pun ramai-ramai terjun ke dunia politik praktis. Bergabung di dalam salah satu partai politik, sebagaimana logika yang lazim berlaku dalam demokrasi.

Akan tetapi, masuknya ulama ke partai politik justru menimbulkan resistensi bagi umat. Karena logika publik mengatakan bahwa politisi adalah milik partai politiknya, milik kelompok tertentu. Sehingga secara otomatis, langkah politik seperti itu melunturkan kharisma ke’ulama’an seseorang pemuka agama.

Hal ini bisa kita lihat dari upaya transformasi nilai-nilai agama ke dalam partai politik yang berbasis agama, namun menjadi absurd di mata public. Partai Islam misalnya ada PKS, PPP, PBR, PKNU, PKB, dan PMB, untuk partai Kristiani ada PDS.

Disetiap partai tersebut, ulama ataupun tokoh agama memiliki posisi sentral. Namun apa daya, ternyata partai yang secara terang-terangan berbasis agama dengan sejumlah tokoh agama di dalamnya, toh gagal meraih suara signifikan. Artinya bahwa masyarakat melihat ulama sebagai kelompok suci milik seluruh umat yang tidak boleh diklaim oleh sekelompok fihak atas nama partai politik.

Jika kita menelisik lebih jauh, tampilnya ulama yang tergabung dalam "Tokoh Lintas Agama" ini, menjadi warna baru dalam jagad politik bangsa Indonesia. Dalam konteks kepemimpinan, ulama adalah pemimpin informal yang memiliki kekuatan massa dan secara langsung bersentuhan dengan masyarakat.

Representasi dan penjaga moral umat beragama di Indonesia. Dan hadirnya ulama melakukan kontruksi demokrasi dalam bentuk kritik, menjadi teguran moral. Setidaknya mengobati dahaga oase demokrasi atas praktek politik transaksional dan imaging (pencitraan) yang mengaburkan makna politik ataupun kekuasaan yang selama ini diprkatekkan.

Mengutip Arbi Sanit, bahwa ulama memiliki akar yang kuat di tengah-tengah masyarakat dan dibangun dari kontruksi emosional-ideologis. Untuk konteks ini, term-term demokrasi dalam prakteknya di Indonesia tidak lagi berlaku.

Jika melihat konsep demokrasi di Republik Islam Iran, dimana kepemimpian tertingginya di bawah kendali ulama, maka peran tokoh lintas agama di Indonesia, dari sekedar sebagai guru spiritual dan pemberi fatwa serta peran-peran politis sekunder di musim pemilihan umum dan kepala daerah, kedepan bisa saja bergeser menjadi tokoh sentral untuk mengontrol republik ini.

Tentunya tanpa harus mengikuti "kegagalan" kelompok ulama sebelumnya yang bergabung dengan partai politik.

Jusman Dalle

LBH: PEMDA PRIORITASKAN UNTUK PEMISKINAN WARGA YANG TELAH MISKIN

JAMBI EKSPRES:



LBH Jakarta menilai Pemerintah DKI Jakarta lebih memprioritaskan program pemiskinan masyarakat kota dibandingkan kesehatan masyarakat. Hal ini setidaknya tercermin pada Perda DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta. Pada APBD 2011, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk penggusuran lahan sebesar Rp 1,2 triliun. Angka ini meliputi biaya program pengadaan lahan sebesar sekitar Rp 22 miliar, pengadaan lahan Rp 126 miliar, pembebasan lahan Rp 1,1 miliar.

Sementara itu, anggaran untuk program peningkatan kesejahteraan, seperti pemenuhan hak kesehatan, mencapai Rp 517 miliar, atau setengah dari anggaran penggusuran. "Pemprov DKI Jakarta perlu segera merevisi APBD 2011 dengan mengalokasikan lebih banyak dana bagi pelayanan publik yang dirasakan langsung oleh masyarakat miskin, seperti kesehatan, pendidikan, penyediaan lapangan pekerjaan, dan sebagainya, dan memuat perumusan program yang spesifik sehingga bisa dibaca oleh masyarakat," kata Restaria dari LBH Jakarta pada jumpa pers di Kantor LBH Jakarta, Minggu (23/1/2011).

LBH Jakarta berpendapat, program pembebasan yang dicanangkan Pemda berpotensi melanggar hak atas kepemilikan, hak atas tempat tinggal, hak atas kesehatan, dan hak atas pendidikan. Terlebih, Pemda DKI Jakarta belum memiliki standar penggusuran paksa yang sesuai dengan prinsip HAM.

Dikatakan, jika Pemda harus melakukan penggusuran, ada tahapan-tahapan yang perlu dilakukan tanpa disertai pemaksaan, diskriminatif, dan memerhatikan HAM. Selain itu, LBH menemukan banyak duplikasi program yang berakibat pada penganggaran ganda (double budgeting), seperti program peningkatan kerja yang diduplikasi hingga 11 kali. Selain itu, tidak ada informasi program secara spesifik pada APBD sehingga memperbesar potensi program rekayasa.

"Berdasarkan ini, kami menyimpulkan program-program pada APBD yang melibatkan Pemda DKI Jakarta jauh dari semangat menyejahterakan rakyat," kata Restaria.

Pada kesempatan tersebut, hadir Hartono dari Paguyuban Korban Pembongkaran Paksa Papanggo (Taman BMW). Hartono mengatakan, ketika Taman BMW di Jakarta Utara dibebaskan sekitar dua tahun lalu, pemda mengatakan, lahan tersebut akan dipergunakan untuk ruang terbuka hijau. Namun nyatanya, hingga kini lahan tersebut hanya dipagari dan tak dimanfaatkan.

KISAH TERUNGKAPNYA PENJUALAN ABG DI FACEBOOK

JAMBI EKSPRES:



Andai LCS tidak memacari lelaki itu, sindikat prostitusi ABG (anak baru gede) di situs jejaring sosial Facebook tidak akan terungkap (Baca: Perdagangan ABG Lewat Facebook). Cinta monyet antara LCS dan seorang lelaki membuat persahabatan tujuh ABG retak.

Ketujuh ABG itu adalah "peliharaan" seorang mucikari bernama Dede. Mereka adalah KKS (15), AC (15), VYL (13), ZV (l5), LCS (15), NF (16), dan AS (15). Ketujuh ABG itu tinggal di satu kampung di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Dede adalah tetangga mereka.

Persahabatan LCS dengan keenam temannya retak karena LCS memacari seorang lelaki yang merupakan sahabat keenam temannya itu. Pada suatu hari, keenam teman LCS meminta pertanggungjawaban.

"Ketika LCS dimintai penjelasan soal pacarnya itu, enam teman LCS mengeroyoknya di luar Pasaraya Manggarai hingga babak belur. Anak saya VYL ikut juga menghajar LCS," tutur DD di rumahnya di Kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (23/1/2011).

Selanjutnya, melihat wajah anaknya membiru, orangtua LCS melaporkan hal ini kepada guru LCS di sebuah SMP swasta di Jalan Pariaman. Sang guru kemudian memeriksa identitas LCS di akun Facebook. Ia curiga melihat beberapa foto LCS bersama enam temannya dan Dede di dalam kamar sebuah hotel.

Beberapa hari kemudian, pihak sekolah mengundang semua orangtua, termasuk petugas Kepolisian Sektor Metro Setiabudi. "Saya tadinya dipanggil untuk kasus pengeroyokan. Awalnya, polisi menyampaikan kasus perkelahian remaja. Kemudian, sang guru membeberkan foto-foto muridnya yang terlibat prostitusi via Facebook," ujar DD.

Setelah itu, polisi menyingkirkan kasus perkelahian remaja dan beralih ke kasus lain, yaitu penjualan anak di bawah umur. Petugas menanyakan Dede ke para orangtua yang hadir, apakah ia benar tinggal di sana. "Saya jawab, ia benar sekali. Dede itu tetangga saya," kata DD yang diamini beberapa orangtua lainnya.

Suatu hari, polisi meminta DD menunjukkan rumah Dede dan mengawasi pergerakannya. Beberapa jam kemudian, ujar DD, ada lima petugas Polsek Setiabudi datang ke rumah Dede dan menanyakan hubungannya dengan tujuh gadis di dalam foto itu. "Kepada polisi, dia (Dede) bilang anak-anaknya saja yang bandel. Polisi terus mencecar pertanyaan hingga ia mengaku mengirim L dan kawan-kawan ke sebuah apartemen di Kemayoran," ucap DD.

Akhirnya, Dede dibawa paksa ke kantor polisi. Mengingat TKP berada di Kemayoran, polisi menyerahkan penanganan kasus tersebut kepada Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat.