JAMBI EKSPRES:
Hasil terbaru Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukan angka kurang gizi pada balita mengalami penurunan menjadi 17,9 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 18,4 persen. Namun, penduduk Indonesia dinilai masih mengalami ancaman masalah kelaparan tersembunyi (hidden hunger).
"Masalah nutrisi masih menjadi agenda besar di Indonesia. Selain tingginya angka gizi buruk dan gizi kurang, masalah micro nutrient (kekuarangan gizi mikro) atau yang sering disebut kelaparan tersembunyi (hidden hunger) masih kerap dijumpai di Indonesia," kata Koordinator Gizi Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Yulia Rimawatin pada acara Konferensi Pers Sari Husada dan Gizikita Sambut "Hari Gizi Nasional" Bersama 100 Anak Balita di Jakarta, Minggu (23/1/2011).
Pada kesempatan yang sama Yulia menjelaskan, ancaman kelaparan tersembunyi atau masalah gizi mikro terjadi karena zat gizi yang jumlahnya diperlukan oleh tubuh tidak terpenuhi. Hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan metabolisme dalam tubuh. Permasalahan gizi mikro yang masih banyak ditemui di Indonesia adalah kekurangan zat besi, kekurangan yodium dan vitamin A.
"Masalah kekurangan zat gizi mikro ini sangat beresiko bagi ibu dan anak-anak, khususnya pada ibu hamil dan menyusui," lanjut Yulia. Zat besi merupakan jenis mineral yang diperlukan selama masa kehamilan, menyusui dan anak-anak. Namun demikian prevelensi anak usia 1-4 tahun yang mengalami anemia masih berjumlah 27,7 persen.
Ia mengatakan, saat ini sekitar 50 persen rata-rata penduduk Indonesia masih mengalami kelaparan tersembunyi. Mengenai angka pasti data kelaparan tersembunyi Yulia menjelaskan, pihaknya tidak mempunyai data secara pasti. Diakuinya, mendapatkan data pasti hal ini memang menjadi satu permasalahan.
"Mengenai data, kami tidak bisa memberikan secara fix, tetapi sejauh ini kami membuat data melalui pendekatan prevelensi-prevelensi dampak lanjut kekurangan zat gizi mikro (Anemia, Yodium, dan Kekurangan Vitamin A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar