JAMBI EKSPRES:
DPR Juga Undang LPI Siang Ini
DPR akan menyoroti beda penafsiran Statuta FIFA antara pemerintah dan PSSI.
Selasa, 1 Maret 2011, 10:26 WIB
Setelah mengundang Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Selasa hari ini, 1 Maret 2011, giliran PSSI dan Liga Primer Indonesia yang diundang oleh Komisi X DPR.
Jika PSSI diundang pukul 10.00 WIB, pengurus LPI diundang siang harinya. "Jadi tidak bersamaan," kata Wakil Ketua Komisi X Heri Akhmadi kepada VIVAnews. Komisi X membidangi antara lain sektor olahraga dan merupakan mitra langsung Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga.
DPR, kata Heri, ingin mengetahui seluk-beluk persoalan PSSI secara utuh, sebelum bersikap. “Kami ingin tahu posisi PSSI seperti apa. Kami ingin tahu apa yang menjadi keinginan semua pihak, karena pada dasarnya DPR menyerap aspirasi masyarakat tanpa kecuali,” Heri menjelaskan.
Menurut dia, sejumlah poin dalam rapat dengan Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga kemarin perlu dikonfirmasi kepada pihak-pihak terkait, terutama PSSI. Komisi X berharap ada titik temu antara berbagai pihak yang terlibat konflik saat ini.
“Secara khusus, kami juga mendesak pemerintah mengambil peran aktif dalam menyelesaikan kemelut sepakbola nasional,” ujar Heri.
Komisi X juga meminta pemerintah memaksimalkan fungsi moderasinya. “Ini demi kemajuan sepakbola nasional,” kata politisi PDIP itu.
Dia menekankan, poin penting yang akan ditanyakan Komisi X kepada PSSI dalam rapat pukul 10.00 pagi ini adalah tentang perbedaan penafsiran sejumlah pasal di Statuta FIFA.
Dalam rapat antara DPR dengan Mennegpora kemarin, dihasilkan sejumlah rekomendasi terkait kisruh PSSI. Pertama, pemerintah didesak bersikap bijaksana dan tegas dalam menerapkan kebijakan sistem olahraga nasional tanpa harus mengorbankan kepentingan nasional. Kedua, pemerintah didesak memerintahkan KONI untuk melakukan komunikasi secepatnya dengan PSSI guna menyelesaikan permasalahan terkait Kongres PSSI. Ketiga, pemerintah didesak melakukan komunikasi secepatnya dengan FIFA untuk mengklarifikasi statuta PSSI, sekaligus menjelaskan posisi pemerintah dan persoalan organisasi PSSI.
Hari ini juga, FIFA akan membahas kemelut PSSI dalam Sidang Komite Asosiasi FIFA di Zurich, Swiss. Secara umum, sidang FIFA ini membahas berbagai masalah yang dialami anggota FIFA di seluruh dunia. Kemelut PSSI masuk ke dalam agenda sidang, setelah Komite Banding menganulir seluruh kandidat Ketua Umum PSSI yang ditetapkan oleh Komite Pemilihan. Rapat Komite Eksekutif PSSI pun memutuskan menyerahkan permasalahan ini kepada FIFA.
Laman
Selasa, 01 Maret 2011
PEMERINTAH YANG MELANGGAR STATUTA FIFA BUKAN NURDIN
JAMBI EKSPRES:
"Pemerintah Langgar Statuta FIFA"
Untuk menjaga keutuhan sepakbola nasional, PSSI tidak akan melaporkan ke FIFA.
Selasa, 1 Maret 2011, 12:25 WIB
Nurlin Halid
Ketua Umum PSSI Nurdin Halid memenuhi panggilan Komisi X DPR siang ini, Selasa, 1 Maret 2011. Dalam keterangannya, Nurdin menyampaikan sejumlah kemelut yang dialami sepakbola nasional, termasuk intervensi pemerintah terhadap PSSI.
Menurut Nurdin, apa yang dilakukan pemerintah dengan menulis surat terkait ancaman ataupun intervensi sangat bertentangan dengan Statuta FIFA pasal 13 tentang Kewajiban Anggota, disebutkan bahwa seluruh anggota FIFA harus selalu melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi secara independen, dan wajib memastikan bahwa seluruh aktivitas organisasi tidak diintervensi atau bebas dari campur tangan pihak ketiga. "To manage their affairs independently and ensure that their own affairs are not influenced by any third parties."
Kewajiban menjaga independensi organisasi itu, kata Nurdin, juga ditekankan dalam statuta FIFA pasal 17 ayat dua tentang independensi anggota FIFA. Pada ayat ini diatur bahwa Setiap anggota harus mengelola semua urusannya secara independen dan tanpa pengaruh dari pihak ketiga. "Each Member shall manage its affairs independently and with no influence from third parties."
Karena adanya pelanggaran atas azas independensi itulah, maka berdasarkan statuta FIFA, PSSI dapat dikenai ganjaran pembekuan sementara keanggotan FIFA. Pada pasal 14 ayat satu Statuta FIFA disebutkan bahwa, Kongres FIFA bertanggung jawab untuk membekukan status keanggotaan.
"Bila sudah demikian, alangkah malunya kita yang akan menyelenggarakan Sea Games 2011 bisa tidak boleh ikut jadi peserta. Bahkan, kita tidak boleh menyelenggarakan tanding internasional," kata Nurdin Halid.
Selain itu, lanjut Nurdin, dampak lain bagi PSSI bila status keanggotannya dibekukan oleh FIFA, adalah untuk anggota FIFA dari negara lain dilarang melakukan hubunganolahraga maupun kompetisi dengan anggota yang sedang dibekukan keanggotaannya.
Karena itulah, untuk menjaga keutuhan sepakbola nasional, PSSI tidak akan melaporkan bentuk intervensi yang dilakukan pemerintah ke FIFA.
"Walaupun sebenarnya, ancaman dari Menteri itu melanggar pasal 13 dan 17 statuta FIFA. Dimana di sana tidak ada ancaman atau desakan dari pemerintah atau pihak manapun dan PSSI bukan bagian otonom yang sesuai dengan perundang-undangan. Tetapi PSSI merupakan bagian dari FIFA," lanjut Nurdin.
Beberapa waktu lalu Menegpora Andi Mallarangeng mengingatkan PSSI untuk melakukan peninjauan terhadap hasil verifikasi calon ketua umum PSSI 2011-2015.
Dalam suratnya, Mennegpora menjelaskan bahwa pemerintah dan KONI mendesak, untuk meninjau ulang pemilihan Ketua Umum PSSI, dan juga mendesak Komite Banding mengkoreksi komite pemilihan. Apabila desakan tidak dijalankan, pemerintah dan KONI akan mengambil tindakan tegas kepada pengurus-pengurus PSSI.
"Pemerintah Langgar Statuta FIFA"
Untuk menjaga keutuhan sepakbola nasional, PSSI tidak akan melaporkan ke FIFA.
Selasa, 1 Maret 2011, 12:25 WIB
Nurlin Halid
Ketua Umum PSSI Nurdin Halid memenuhi panggilan Komisi X DPR siang ini, Selasa, 1 Maret 2011. Dalam keterangannya, Nurdin menyampaikan sejumlah kemelut yang dialami sepakbola nasional, termasuk intervensi pemerintah terhadap PSSI.
Menurut Nurdin, apa yang dilakukan pemerintah dengan menulis surat terkait ancaman ataupun intervensi sangat bertentangan dengan Statuta FIFA pasal 13 tentang Kewajiban Anggota, disebutkan bahwa seluruh anggota FIFA harus selalu melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi secara independen, dan wajib memastikan bahwa seluruh aktivitas organisasi tidak diintervensi atau bebas dari campur tangan pihak ketiga. "To manage their affairs independently and ensure that their own affairs are not influenced by any third parties."
Kewajiban menjaga independensi organisasi itu, kata Nurdin, juga ditekankan dalam statuta FIFA pasal 17 ayat dua tentang independensi anggota FIFA. Pada ayat ini diatur bahwa Setiap anggota harus mengelola semua urusannya secara independen dan tanpa pengaruh dari pihak ketiga. "Each Member shall manage its affairs independently and with no influence from third parties."
Karena adanya pelanggaran atas azas independensi itulah, maka berdasarkan statuta FIFA, PSSI dapat dikenai ganjaran pembekuan sementara keanggotan FIFA. Pada pasal 14 ayat satu Statuta FIFA disebutkan bahwa, Kongres FIFA bertanggung jawab untuk membekukan status keanggotaan.
"Bila sudah demikian, alangkah malunya kita yang akan menyelenggarakan Sea Games 2011 bisa tidak boleh ikut jadi peserta. Bahkan, kita tidak boleh menyelenggarakan tanding internasional," kata Nurdin Halid.
Selain itu, lanjut Nurdin, dampak lain bagi PSSI bila status keanggotannya dibekukan oleh FIFA, adalah untuk anggota FIFA dari negara lain dilarang melakukan hubunganolahraga maupun kompetisi dengan anggota yang sedang dibekukan keanggotaannya.
Karena itulah, untuk menjaga keutuhan sepakbola nasional, PSSI tidak akan melaporkan bentuk intervensi yang dilakukan pemerintah ke FIFA.
"Walaupun sebenarnya, ancaman dari Menteri itu melanggar pasal 13 dan 17 statuta FIFA. Dimana di sana tidak ada ancaman atau desakan dari pemerintah atau pihak manapun dan PSSI bukan bagian otonom yang sesuai dengan perundang-undangan. Tetapi PSSI merupakan bagian dari FIFA," lanjut Nurdin.
Beberapa waktu lalu Menegpora Andi Mallarangeng mengingatkan PSSI untuk melakukan peninjauan terhadap hasil verifikasi calon ketua umum PSSI 2011-2015.
Dalam suratnya, Mennegpora menjelaskan bahwa pemerintah dan KONI mendesak, untuk meninjau ulang pemilihan Ketua Umum PSSI, dan juga mendesak Komite Banding mengkoreksi komite pemilihan. Apabila desakan tidak dijalankan, pemerintah dan KONI akan mengambil tindakan tegas kepada pengurus-pengurus PSSI.
JANGAN DI PUTAR BALIK : INSIDEN CIKEUSIK INI KESIMPULAN TPF MUI
JAMBI EKSPRES:
Insiden Cikeusik, Ini Kesimpulan TPF MUI
TPF MUI menyatakan insiden ini murni bentrok.
Selasa, 1 Maret 2011, 06:04 WIB
Tim Pencari Fakta (TPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah merampungkan pengusutan insiden berdarah di Cikeusik, Pandeglang, Banten pada Minggu 6 Februari 2011. Hasilnya, TPF MUI menyatakan insiden ini bukan penyerangan warga terhadap jemaah Ahmadiyah, melainkan murni bentrok.
"TPF menemukan bahwa warga Ahmadiyah yang hari itu memulai dengan kedatangan dua mobil dan melempar batu," kata Ketua MUI Amidhan saat dihubungi , Senin malam 28 Februari 2011.
TPF MUI, kata dia, telah menyerahkan hasil pencarian fakta ini kepada Mabes Polri sebagai second opinion dalam penyidikan kasus kekerasan itu. "Secara umum, kami mempertanyakan kenapa ada dua mobil itu datang (dari Jakarta) dan membawa kameraman, kemudian persenjataan," kata dia.
Menurutnya, tim di lapangan menemukan bahwa warga Ahmadiyah itu membawa senjata berupa batu, tombak, samurai, dan pedang. Masalah ini, kata dia, lantas bergeser, tidak lagi masalah agama tapi soal gengsi. "Orang Banten itu sama seperti orang Sulawesi Selatan, Aceh, Madura. Adatnya keras. Mendapat perlakuan seperti itu, jawara di sana pun terpicu," kata dia.
MUI berharap pengadilan bisa seobjektif mungkin dalam pengusutan kasus ini sehingga bisa didapat keadilan yang terima semua pihak. Dia pun meminta agar Pemerintah mencari solusi yang dapat menyelesaikan perbedaan masalah Ahmadiyah ini selamanya. "Masalah Ahmadiyah ini kan sudah berlarut-larut. Harus diselesaikan tuntas."
MUI, sambungnya, tetap menyerukan damai di Indonesia dalam menyelesaikan perbedaan yang ada.
Dalam insiden bentrok itu, tiga warga jemaah Ahmadiyah tewas mengenaskan dan lima lainnya luka parah. Kepolisian sendiri telah menetapkan 12 tersangka dalam kasus ini.
Yenny Wahid:
Indonesia Model Toleransi Agama, Pantaskah?
Hasil survei Wahid Institute, tahun 2010, tingkat kekerasan berbau agama cukup tinggi.
Senin, 28 Februari 2011, 17:17 WIB
Rumah Suparman, anggota Jamaah Ahmadiyah yang diserang
Tiga hari di bulan Februari 2011 menjadi momentum kelabu dalam sejarah Kebhinekaan Indonesia. Pada Minggu 6 Februari rusuh berdarah di Cikeusik menewaskan tiga jemaah Ahmadiyah. Selang dua hari kemudian, ricuh di muka Pengadilan Temanggung meluber ke kota. Tiga gereja dirusak dan disulut api.
Rentetan kekerasan tersebut adalah ironi, karena terjadi di Indonesia yang dikenal rukun. Tak kurang dari Presiden AS, Barack Obama ingin menjadikan Indonesia sebagai model kehidupan pluralis dan toleran.
"Apakah Indonesia masih pantas dijadikan model pluralisme beragama?" Direktur Wahid Institute Yenny Zannuba Wahid melontarkan pertanyaan dalam diskusi bertajuk "Ritus Kekerasan Berbasis Agama, Mengapa Terus Terjadi?" di Wahid Institute, Jakarta, Senin 28 Februari 2011.
Yenny menilai, yang terjadi belakangan ini justru kekerasan atas nama keyakinan makin meningkat. Bahkan berujung pada pembunuhan. Ditambahkan dia, dari hasil survei Wahid Institute, tahun 2010, tingkat kekerasan berbau agama cukup tinggi. "Bahkan ada ormas yang melakukan kekerasan 10 kali dalam sehari," imbuhnya.
Kekerasan karena perbedaan keyakinan, bukan hanya menimpa kelompok Ahmadiyah, tetapi banyak kelompok minoritas lain. Menurut putri Gus Dur ini, negara tidak berada pada posisi yang netral dalam menyelesaikan masalah ini.
"Negara bingung kalau menghadapi organisasi yang katanya mewakili umat Islam. Padahal, mayoritas umat Islam tidak suka dengan kekerasan," tegas Yenny.
Sementara, sosiolog Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tamagola menyatakan, kekerasan berbau agama di Indonesia akibat ketidaktegasan pemerintah. Ketidaktegasan termasuk menentukan status negara Indonesia.
"Negara harus ditegaskan, apakah kita sebagai negara sekuler atau negara agama. Kalau negara kita sekuler, tegaskan bahwa negara kita bukan negara agama," ujarnya.
Selain itu juga, Thamrin melihat, agama, politik dan ekonomi memiliki kekuatan yang sama kuat. Sehingga, kekuatan ini, jika tidak diimbangi oleh konstitusi yang kuat, maka negara tidak akan berdaya dalam menghadapi kekuatan ketiganya.
"Kalau bicara power, konstitusi sebagai landasan negara harus punya power juga," tegasnya.
Perda Ahmadiyah Jangan Berlawanan dengan SKB
Kemendagri belum melakukan kajian dan koreksi menyeluruh pada Perda terkait Ahmadiyah ini.
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menegaskan pihaknya akan mencoret peraturan daerah (Perda) Ahmadiyah jika tak sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri mengenai Ahmadiyah.
"Kalau perda itu memperkuat SKB, silakan saja. Tapi kalau di luar kewenangan, akan dicoret," kata Gamawan di Gedung DPR, Senin 28 Februari 2011.
Namun, Gamawan mengakui Kementerian Dalam Negeri belum melakukan kajian dan koreksi menyeluruh terhadap perda-perda yang dibuat daerah terkait Ahmadiyah ini. Saat ini, kata dia, Pemerintah tengah melakukan tindakan preventif untuk memperkuat SKB sesuai koridor hukum.
Mengenai kekerasan yang berkaitan Ahmadiyah, kata Gamawan, pemerintah telah memiliki mekanisme hukum untuk mengusutnya. Lagipula, sambungnya, Presiden SBY telah menginstruksikan pengusutan. "Hal ini masih diproses dan akan segera ditindak," kata dia.
Minggu, 6 Februari lalu, sekelompok orang menyerang rumah kediaman salah satu warga Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Dalam insiden ini, tiga warga Ahmadiyah tewas mengenaskan dan lima lainnya luka parah.
Sampai saat ini, sudah 12 tersangka yang ditahan kepolisian. Dua tersangka terakhir menyerahkan diri hari ini.
Laporan: Ronito Kartika Suryani, umi
Insiden Cikeusik, Ini Kesimpulan TPF MUI
TPF MUI menyatakan insiden ini murni bentrok.
Selasa, 1 Maret 2011, 06:04 WIB
Tim Pencari Fakta (TPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah merampungkan pengusutan insiden berdarah di Cikeusik, Pandeglang, Banten pada Minggu 6 Februari 2011. Hasilnya, TPF MUI menyatakan insiden ini bukan penyerangan warga terhadap jemaah Ahmadiyah, melainkan murni bentrok.
"TPF menemukan bahwa warga Ahmadiyah yang hari itu memulai dengan kedatangan dua mobil dan melempar batu," kata Ketua MUI Amidhan saat dihubungi , Senin malam 28 Februari 2011.
TPF MUI, kata dia, telah menyerahkan hasil pencarian fakta ini kepada Mabes Polri sebagai second opinion dalam penyidikan kasus kekerasan itu. "Secara umum, kami mempertanyakan kenapa ada dua mobil itu datang (dari Jakarta) dan membawa kameraman, kemudian persenjataan," kata dia.
Menurutnya, tim di lapangan menemukan bahwa warga Ahmadiyah itu membawa senjata berupa batu, tombak, samurai, dan pedang. Masalah ini, kata dia, lantas bergeser, tidak lagi masalah agama tapi soal gengsi. "Orang Banten itu sama seperti orang Sulawesi Selatan, Aceh, Madura. Adatnya keras. Mendapat perlakuan seperti itu, jawara di sana pun terpicu," kata dia.
MUI berharap pengadilan bisa seobjektif mungkin dalam pengusutan kasus ini sehingga bisa didapat keadilan yang terima semua pihak. Dia pun meminta agar Pemerintah mencari solusi yang dapat menyelesaikan perbedaan masalah Ahmadiyah ini selamanya. "Masalah Ahmadiyah ini kan sudah berlarut-larut. Harus diselesaikan tuntas."
MUI, sambungnya, tetap menyerukan damai di Indonesia dalam menyelesaikan perbedaan yang ada.
Dalam insiden bentrok itu, tiga warga jemaah Ahmadiyah tewas mengenaskan dan lima lainnya luka parah. Kepolisian sendiri telah menetapkan 12 tersangka dalam kasus ini.
Yenny Wahid:
Indonesia Model Toleransi Agama, Pantaskah?
Hasil survei Wahid Institute, tahun 2010, tingkat kekerasan berbau agama cukup tinggi.
Senin, 28 Februari 2011, 17:17 WIB
Rumah Suparman, anggota Jamaah Ahmadiyah yang diserang
Tiga hari di bulan Februari 2011 menjadi momentum kelabu dalam sejarah Kebhinekaan Indonesia. Pada Minggu 6 Februari rusuh berdarah di Cikeusik menewaskan tiga jemaah Ahmadiyah. Selang dua hari kemudian, ricuh di muka Pengadilan Temanggung meluber ke kota. Tiga gereja dirusak dan disulut api.
Rentetan kekerasan tersebut adalah ironi, karena terjadi di Indonesia yang dikenal rukun. Tak kurang dari Presiden AS, Barack Obama ingin menjadikan Indonesia sebagai model kehidupan pluralis dan toleran.
"Apakah Indonesia masih pantas dijadikan model pluralisme beragama?" Direktur Wahid Institute Yenny Zannuba Wahid melontarkan pertanyaan dalam diskusi bertajuk "Ritus Kekerasan Berbasis Agama, Mengapa Terus Terjadi?" di Wahid Institute, Jakarta, Senin 28 Februari 2011.
Yenny menilai, yang terjadi belakangan ini justru kekerasan atas nama keyakinan makin meningkat. Bahkan berujung pada pembunuhan. Ditambahkan dia, dari hasil survei Wahid Institute, tahun 2010, tingkat kekerasan berbau agama cukup tinggi. "Bahkan ada ormas yang melakukan kekerasan 10 kali dalam sehari," imbuhnya.
Kekerasan karena perbedaan keyakinan, bukan hanya menimpa kelompok Ahmadiyah, tetapi banyak kelompok minoritas lain. Menurut putri Gus Dur ini, negara tidak berada pada posisi yang netral dalam menyelesaikan masalah ini.
"Negara bingung kalau menghadapi organisasi yang katanya mewakili umat Islam. Padahal, mayoritas umat Islam tidak suka dengan kekerasan," tegas Yenny.
Sementara, sosiolog Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tamagola menyatakan, kekerasan berbau agama di Indonesia akibat ketidaktegasan pemerintah. Ketidaktegasan termasuk menentukan status negara Indonesia.
"Negara harus ditegaskan, apakah kita sebagai negara sekuler atau negara agama. Kalau negara kita sekuler, tegaskan bahwa negara kita bukan negara agama," ujarnya.
Selain itu juga, Thamrin melihat, agama, politik dan ekonomi memiliki kekuatan yang sama kuat. Sehingga, kekuatan ini, jika tidak diimbangi oleh konstitusi yang kuat, maka negara tidak akan berdaya dalam menghadapi kekuatan ketiganya.
"Kalau bicara power, konstitusi sebagai landasan negara harus punya power juga," tegasnya.
Perda Ahmadiyah Jangan Berlawanan dengan SKB
Kemendagri belum melakukan kajian dan koreksi menyeluruh pada Perda terkait Ahmadiyah ini.
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menegaskan pihaknya akan mencoret peraturan daerah (Perda) Ahmadiyah jika tak sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri mengenai Ahmadiyah.
"Kalau perda itu memperkuat SKB, silakan saja. Tapi kalau di luar kewenangan, akan dicoret," kata Gamawan di Gedung DPR, Senin 28 Februari 2011.
Namun, Gamawan mengakui Kementerian Dalam Negeri belum melakukan kajian dan koreksi menyeluruh terhadap perda-perda yang dibuat daerah terkait Ahmadiyah ini. Saat ini, kata dia, Pemerintah tengah melakukan tindakan preventif untuk memperkuat SKB sesuai koridor hukum.
Mengenai kekerasan yang berkaitan Ahmadiyah, kata Gamawan, pemerintah telah memiliki mekanisme hukum untuk mengusutnya. Lagipula, sambungnya, Presiden SBY telah menginstruksikan pengusutan. "Hal ini masih diproses dan akan segera ditindak," kata dia.
Minggu, 6 Februari lalu, sekelompok orang menyerang rumah kediaman salah satu warga Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Dalam insiden ini, tiga warga Ahmadiyah tewas mengenaskan dan lima lainnya luka parah.
Sampai saat ini, sudah 12 tersangka yang ditahan kepolisian. Dua tersangka terakhir menyerahkan diri hari ini.
Laporan: Ronito Kartika Suryani, umi
DEMO: BER INDIKASI MENGIRING INDONESIA SEPERTI MESIR DAN LIBYA
JAMBI EKSPRES:
1.000 Orang Anti-Ahmadiyah Padati Bundaran HI
Massa membawa spanduk berisi tuntutan kepada pemerintah agar membubarkan Ahmadiyah.
Selasa, 1 Maret 2011, 14:14 WIB
Aksi Demonstrasi Anti Ahmadiyah
Sekitar seribu orang menggelar demonstrasi menuntut pembubaran Ahmadiyah. Massa yang mengklaim berasal dari 89 organisasi kemasyarakatan itu mulai memenuhi Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Massa yang berdemonstrasi tergabung dalam ormas Forum Umat Islam(FUI), Pemuda Ka'bah PPP, Pemuda Bulan Bintang, Anshorut Tauhid dan Front Pembela Islam ini mulai melakukan unjuk rasa sejak pukul 13.30 WIB, Selasa 1 Maret 2011.
"Tuntutan kami hanya satu, pemerintah bubarkan Ahmadiyah," kata Ketua Pengkaderan FUI Pusat, Abdul Jabbar, kepada VIVAnews.com di lokasi demonstrasi. Dalam aksi siang ini Abdul Jabbar mengaku mengerahkan 5.000 massa dari 89 ormas se-Jabodetabek. Rencananya, usai berorasi di Bundaran HI, pada sore hari, massa akan berunjuk rasa ke Istana Presiden.
"Kami akan menginap di depan Istana hingga tuntutan kami dipenuhi. Kami sudah mempersiapkan massa selama 10 hari untuk menginap, jika pemerintah tidak segera memenuhi tuntutan kami" ujar Abdul Jabbar.
Akibat aksi ini, lalu lintas sekitar Bundaran HI padat merayap. Karena massa yang mayoritas berpakaian serba putih ini mulai memenuhi jalur jalan. Saat berunjuk rasa, massa membawa spanduk dan pamflet berisi tuntutan kepada pemerintah agar segera mengambil keputusan membubarkan Ahmadiyah.
"Bubarkan Ahmadiyah atau revolusi" isi salah satu spanduk. Sementara itu, menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, ratusan personel kepolisian sudah berjaga-jaga di lokasi.
Islam Nusantara, Apa Pula?
Senin, 28 Februari 2011 | 19:24 WIB
Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif (kiri) dan guru besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis-Suseno (tengah), didampingi moderator Julianto, menjadi pembicara dalam seminar Islam, Nasionalisme, dan Konsolidasi Ideologis Partai Politik di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (17/4). Diskusi antara lain membahas ideologi partai politik yang lemah akan mengancam demokrasi.
Oleh Edy M. Ya`kub
Itulah istilah yang diperbincangkan dalam seminar bertema "NKRI, Aswaja, dan Masa Depan Islam Nusantara" yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di Surabaya (22/2).
Dalam seminar untuk memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-88 NU itu, PWNU Jatim "membedah" Islam Nusantara melalui sejumlah pembicara dari kalangan politisi, tokoh agama, dan kalangan akademisi.
Politisi yang diundang adalah Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua DPP PPP KH Noer Iskandar SQ, dan parpol lain sebagai peserta aktif.
Dari kalangan tokoh agama ada Habib Rizieq (Ketua Umum Front Pembela Islam/FPI), Ustadz Ja`far Umar Thalib (mantan Panglima Laskar Jihad), dan KH Said Aqiel Siradj (Ketua Umum PBNU).
Sementara itu, kalangan akademisi antara lain Prof Yudi Latief (Universitas Paramadina, Jakarta), Prof Ali Haidar (peneliti NU dari Unesa Surabaya), dan akademisi lain sebagai peserta aktif.
Agaknya, istilah Islam Nusantara yang dilontarkan NU itu tidak terlepas dari fenomena ideologis dengan hadirnya kelompok "baru" Islam di Jatim seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), FPI, Ikatan Ahlil Bait Indonesia (IJABI), Ahmadiyah, dan sebagainya.
Dalam pengantar seminar, Rais Syuriah PBNU KH Hasyim Muzadi selaku pembicara utama menegaskan bahwa tiga sumbangan besar NU yang telah diakui dunia adalah menata hubungan negara dan agama, mabadi khoiro umma (umat yang berkarakter baik), dan penguatan sipil.
"NU membawa Islam dalam konsep seperti yang didakwahkan para Walisongo di kawasan Nusantara hingga konsep Islam ala NU itu kini dikenal dunia di seantero dunia," kata Presiden Agama-agama Dunia itu.
Dalam menata hubungan negara dan agama, NU mementingkan agama dalam konteks nilai-nilai, sehingga Indonesia bukan negara sekuler dan bukan negara agama, tapi agama dan nilai-nilai agama pun berkembang dengan baik.
"Bahkan, nilai-nilai agama itu akhirnya mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga agama tidak sekedar ritual, tapi ada dalam kehidupan masyarakat sebagai Rahmatan Lil Alamin," katanya.
Oleh karena itu, kata pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam di Malang dan Depok itu, para pemimpin Indonesia yang ingin mempertahankan NKRI, maka ia hendaknya membesarkan NU dan pesantren.
Rahmatan Lil Alamin
Pernyataan Hasyim Muzadi itu "diamini" Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) dan Ketua Umum FPI Habib Rizieq, bahkan keduanya mengaku merasa aman dengan NU.
"Saya merasa tenang dan nyaman berada di NU, karena itu saya setuju dengan pernyataan Pak Hasyim Muzadi (Islam Rahmatan Lil Alamin yang mengedepankan nilai-nilai), bahkan saya berharap NU berkembang di seluruh Indonesia seperti di Jatim," kata Ical.
Di hadapan 500-an pengurus NU se-Jatim, mantan Menko Kesra itu mengaku gundah menyikapi kehidupan berbangsa yang penuh intrik dan fitnah serta kekerasan.
"Intrik, fitnah, dan kekerasan membuat hidup kita tidak enak, karena itu saya berharap NU menjadi penjaga bangsa, garda bangsa yang mengedepankan nilai-nilai agama sehingga NU menjadi perekat kemajemukan," katanya.
Senada dengan itu, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan NU merupakan "jangkar persatuan" dalam kemajemukan masyarakat Indonesia dalam suku, budaya, bahasa, dan sebagainya.
"Kalau konsisten pada tradisi berpikir, NU akan menjadi pilar bagi eksitensi Indonesia, sehingga kita akan maju dalam politik yang diarahkan pada dua hal yakni kemajuan ekonomi dan karakter. Saya kira NU berperan besar dalam pendidikan karakter lewat pesantren," katanya.
Hal itu juga diakui Ketua Umum FPI Habib Rizieq. "NU adalah `rumah besar Aswaja` di dunia dan pimpinan NU adalah orang tua sendiri. Kami sangat mencintai NU, karena NU itu rumah besar kami dan pimpinannya adalah orang tua kami," katanya.
Oleh karena itu, ia mengajak NU dan para ulama untuk menjaga Indonesia dari intervensi pihak luar yang memasukkan aliran sesat dan pikiran liberal.
"Islam sampai sekarang tetap damai dan toleran. Istilah bahwa Islam radikal, kekerasan agama (Islam), teroris (Islam), dan fundamentalis (Islam) itu hanya diskriminasi yang sengaja menyudutkan Islam, sebab kalau pemberontak di Filipina selatan dan Thailand itu non-Islam atau Israel mengebom tidak disebut teroris," katanya.
Pandangan agak berbeda datang dari Prof Ali Haidar. "Islam politik tidak mungkin berkembang bagus di Indonesia seperti di Timur Tengah, karena Islam berkembang di Indonesia melalui budaya, sehingga Islam politik tidak mengakar di Indonesia," tandasnya.
Namun, Guru Besar Universitas Paramadina Jakartam, Prof Yudi Latief, melihat NU memiliki keunggulan. "Islam secara politik di Indonesia memang kurang bernasib bagus, tapi Islam secara kekuatan sipil cukup bagus. Buktinya, aturan tentang zakat, pernikahan, perbankan, dan sebagainya berkembang tanpa masalah," katanya.
Agaknya, Islam Nusantara yang dilontarkan NU adalah Islam yang pernah dikembangkan para Walisongo yakni bukan Islam politik seperti konsep "negara Islam", namun mengembangkan nilai-nilai Islam untuk mewujudkan "masyarakat Islam" sehingga tidak terjadi benturan budaya, karena Islam justru menjadi "Rahmatan Lil Alamin" (rahmat bagi seluruh alam)
Konferensi Tahunan Islam
Temukan Kembali Jati Diri Islam Nusantara
Konferensi Tahunan Kajian Islam ke-10 atau The 10th Annual Converence on Islamic Studies (ACIS) dibuka secara resmi oleh Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin, Senin (1/11/2010) malam, di Gedung Sultan Suriansyah, Kota Banjarmasin.
Selain dari dalam negeri, kegiatan yang berlangsung hingga 4 November ini menghadirkan sejumlah pembicara inti dari luar negeri, antara lain dari Amerika Serikat, Thailand, Australia, Filipina, Jepang, Mesir, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Muhammad Ali dalam sambutannya mengatakan, ada 80 makalah yang akan dipresentasikan dan disirkulasikan selama konferensi dari total 357 makalah yang masuk ke panitia.
Adapun tema yang diangkat dalam kegiatan ini adalah "Menemukan Kembali Jatidiri Islam Nusantara" dalam arti tidak hanya menyangkut Indonesia, tapi juga Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura sebagai nusantara.
"Tujuan konferensi ingin melakukan kembali pengkajian tentang bagaimana hakikat dari Islam yang dipraktikkan Muslim di Nusantara. Harapannya kita bisa mendapatkan gambaran tentang Islam Nusantara, mengambil pokok-pokok pikiran untuk disumbangkan ke dunia," ujarnya.
1.000 Orang Anti-Ahmadiyah Padati Bundaran HI
Massa membawa spanduk berisi tuntutan kepada pemerintah agar membubarkan Ahmadiyah.
Selasa, 1 Maret 2011, 14:14 WIB
Aksi Demonstrasi Anti Ahmadiyah
Sekitar seribu orang menggelar demonstrasi menuntut pembubaran Ahmadiyah. Massa yang mengklaim berasal dari 89 organisasi kemasyarakatan itu mulai memenuhi Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Massa yang berdemonstrasi tergabung dalam ormas Forum Umat Islam(FUI), Pemuda Ka'bah PPP, Pemuda Bulan Bintang, Anshorut Tauhid dan Front Pembela Islam ini mulai melakukan unjuk rasa sejak pukul 13.30 WIB, Selasa 1 Maret 2011.
"Tuntutan kami hanya satu, pemerintah bubarkan Ahmadiyah," kata Ketua Pengkaderan FUI Pusat, Abdul Jabbar, kepada VIVAnews.com di lokasi demonstrasi. Dalam aksi siang ini Abdul Jabbar mengaku mengerahkan 5.000 massa dari 89 ormas se-Jabodetabek. Rencananya, usai berorasi di Bundaran HI, pada sore hari, massa akan berunjuk rasa ke Istana Presiden.
"Kami akan menginap di depan Istana hingga tuntutan kami dipenuhi. Kami sudah mempersiapkan massa selama 10 hari untuk menginap, jika pemerintah tidak segera memenuhi tuntutan kami" ujar Abdul Jabbar.
Akibat aksi ini, lalu lintas sekitar Bundaran HI padat merayap. Karena massa yang mayoritas berpakaian serba putih ini mulai memenuhi jalur jalan. Saat berunjuk rasa, massa membawa spanduk dan pamflet berisi tuntutan kepada pemerintah agar segera mengambil keputusan membubarkan Ahmadiyah.
"Bubarkan Ahmadiyah atau revolusi" isi salah satu spanduk. Sementara itu, menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, ratusan personel kepolisian sudah berjaga-jaga di lokasi.
ISLAM NUSANTARA MANUVER APAPULA INI ?
Islam Nusantara, Apa Pula?
Senin, 28 Februari 2011 | 19:24 WIB
Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif (kiri) dan guru besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis-Suseno (tengah), didampingi moderator Julianto, menjadi pembicara dalam seminar Islam, Nasionalisme, dan Konsolidasi Ideologis Partai Politik di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (17/4). Diskusi antara lain membahas ideologi partai politik yang lemah akan mengancam demokrasi.
Oleh Edy M. Ya`kub
Itulah istilah yang diperbincangkan dalam seminar bertema "NKRI, Aswaja, dan Masa Depan Islam Nusantara" yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di Surabaya (22/2).
Dalam seminar untuk memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-88 NU itu, PWNU Jatim "membedah" Islam Nusantara melalui sejumlah pembicara dari kalangan politisi, tokoh agama, dan kalangan akademisi.
Politisi yang diundang adalah Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua DPP PPP KH Noer Iskandar SQ, dan parpol lain sebagai peserta aktif.
Dari kalangan tokoh agama ada Habib Rizieq (Ketua Umum Front Pembela Islam/FPI), Ustadz Ja`far Umar Thalib (mantan Panglima Laskar Jihad), dan KH Said Aqiel Siradj (Ketua Umum PBNU).
Sementara itu, kalangan akademisi antara lain Prof Yudi Latief (Universitas Paramadina, Jakarta), Prof Ali Haidar (peneliti NU dari Unesa Surabaya), dan akademisi lain sebagai peserta aktif.
Agaknya, istilah Islam Nusantara yang dilontarkan NU itu tidak terlepas dari fenomena ideologis dengan hadirnya kelompok "baru" Islam di Jatim seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), FPI, Ikatan Ahlil Bait Indonesia (IJABI), Ahmadiyah, dan sebagainya.
Dalam pengantar seminar, Rais Syuriah PBNU KH Hasyim Muzadi selaku pembicara utama menegaskan bahwa tiga sumbangan besar NU yang telah diakui dunia adalah menata hubungan negara dan agama, mabadi khoiro umma (umat yang berkarakter baik), dan penguatan sipil.
"NU membawa Islam dalam konsep seperti yang didakwahkan para Walisongo di kawasan Nusantara hingga konsep Islam ala NU itu kini dikenal dunia di seantero dunia," kata Presiden Agama-agama Dunia itu.
Dalam menata hubungan negara dan agama, NU mementingkan agama dalam konteks nilai-nilai, sehingga Indonesia bukan negara sekuler dan bukan negara agama, tapi agama dan nilai-nilai agama pun berkembang dengan baik.
"Bahkan, nilai-nilai agama itu akhirnya mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga agama tidak sekedar ritual, tapi ada dalam kehidupan masyarakat sebagai Rahmatan Lil Alamin," katanya.
Oleh karena itu, kata pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam di Malang dan Depok itu, para pemimpin Indonesia yang ingin mempertahankan NKRI, maka ia hendaknya membesarkan NU dan pesantren.
Rahmatan Lil Alamin
Pernyataan Hasyim Muzadi itu "diamini" Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) dan Ketua Umum FPI Habib Rizieq, bahkan keduanya mengaku merasa aman dengan NU.
"Saya merasa tenang dan nyaman berada di NU, karena itu saya setuju dengan pernyataan Pak Hasyim Muzadi (Islam Rahmatan Lil Alamin yang mengedepankan nilai-nilai), bahkan saya berharap NU berkembang di seluruh Indonesia seperti di Jatim," kata Ical.
Di hadapan 500-an pengurus NU se-Jatim, mantan Menko Kesra itu mengaku gundah menyikapi kehidupan berbangsa yang penuh intrik dan fitnah serta kekerasan.
"Intrik, fitnah, dan kekerasan membuat hidup kita tidak enak, karena itu saya berharap NU menjadi penjaga bangsa, garda bangsa yang mengedepankan nilai-nilai agama sehingga NU menjadi perekat kemajemukan," katanya.
Senada dengan itu, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan NU merupakan "jangkar persatuan" dalam kemajemukan masyarakat Indonesia dalam suku, budaya, bahasa, dan sebagainya.
"Kalau konsisten pada tradisi berpikir, NU akan menjadi pilar bagi eksitensi Indonesia, sehingga kita akan maju dalam politik yang diarahkan pada dua hal yakni kemajuan ekonomi dan karakter. Saya kira NU berperan besar dalam pendidikan karakter lewat pesantren," katanya.
Hal itu juga diakui Ketua Umum FPI Habib Rizieq. "NU adalah `rumah besar Aswaja` di dunia dan pimpinan NU adalah orang tua sendiri. Kami sangat mencintai NU, karena NU itu rumah besar kami dan pimpinannya adalah orang tua kami," katanya.
Oleh karena itu, ia mengajak NU dan para ulama untuk menjaga Indonesia dari intervensi pihak luar yang memasukkan aliran sesat dan pikiran liberal.
"Islam sampai sekarang tetap damai dan toleran. Istilah bahwa Islam radikal, kekerasan agama (Islam), teroris (Islam), dan fundamentalis (Islam) itu hanya diskriminasi yang sengaja menyudutkan Islam, sebab kalau pemberontak di Filipina selatan dan Thailand itu non-Islam atau Israel mengebom tidak disebut teroris," katanya.
Pandangan agak berbeda datang dari Prof Ali Haidar. "Islam politik tidak mungkin berkembang bagus di Indonesia seperti di Timur Tengah, karena Islam berkembang di Indonesia melalui budaya, sehingga Islam politik tidak mengakar di Indonesia," tandasnya.
Namun, Guru Besar Universitas Paramadina Jakartam, Prof Yudi Latief, melihat NU memiliki keunggulan. "Islam secara politik di Indonesia memang kurang bernasib bagus, tapi Islam secara kekuatan sipil cukup bagus. Buktinya, aturan tentang zakat, pernikahan, perbankan, dan sebagainya berkembang tanpa masalah," katanya.
Agaknya, Islam Nusantara yang dilontarkan NU adalah Islam yang pernah dikembangkan para Walisongo yakni bukan Islam politik seperti konsep "negara Islam", namun mengembangkan nilai-nilai Islam untuk mewujudkan "masyarakat Islam" sehingga tidak terjadi benturan budaya, karena Islam justru menjadi "Rahmatan Lil Alamin" (rahmat bagi seluruh alam)
Konferensi Tahunan Islam
Temukan Kembali Jati Diri Islam Nusantara
Konferensi Tahunan Kajian Islam ke-10 atau The 10th Annual Converence on Islamic Studies (ACIS) dibuka secara resmi oleh Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin, Senin (1/11/2010) malam, di Gedung Sultan Suriansyah, Kota Banjarmasin.
Selain dari dalam negeri, kegiatan yang berlangsung hingga 4 November ini menghadirkan sejumlah pembicara inti dari luar negeri, antara lain dari Amerika Serikat, Thailand, Australia, Filipina, Jepang, Mesir, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Muhammad Ali dalam sambutannya mengatakan, ada 80 makalah yang akan dipresentasikan dan disirkulasikan selama konferensi dari total 357 makalah yang masuk ke panitia.
Adapun tema yang diangkat dalam kegiatan ini adalah "Menemukan Kembali Jatidiri Islam Nusantara" dalam arti tidak hanya menyangkut Indonesia, tapi juga Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura sebagai nusantara.
"Tujuan konferensi ingin melakukan kembali pengkajian tentang bagaimana hakikat dari Islam yang dipraktikkan Muslim di Nusantara. Harapannya kita bisa mendapatkan gambaran tentang Islam Nusantara, mengambil pokok-pokok pikiran untuk disumbangkan ke dunia," ujarnya.
HARI INI FUI ANCAM TIDUR DI ISTANA NEGARA
JAMBI EKSPRES:
Anti Ahmadiyah Ancam Menginap di Istana
Pengujuk rasa akan bertahan bila tidak ada keputusan dari pemerintah.
Selasa, 1 Maret 2011, 16:07 WIB
Pengujuk rasa melakukan konvoi dengan kendaraan bermotor
Setelah melakukan aksi lebih dari dua jam di Bundaran Hotel Indonesia (HI), sekitar seribu orang yang berunjuk rasa menuntut pembubaran Ahmadiyah bergerak menuju Istana Negara di Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Massa dari Forum Umat Islam (FUI) yang merupakan gabungan dari 89 organisasi Islam itu mulai bergerak menuju Istana dengan long march.
Aksi ini menutup jalur kendaraan di kawasan Thamrin dan membuat antrean panjang di belakang massa pengunjuk rasa. Sepanjang perjalanan, mereka terus melakukan orasi mendesak pembubaran ajaran Ahmadiyah.
Ketua Pengkaderan FUI Pusat, Abdul Jabbar menjelaskan, aksi ini sebagai desakan agar pemerintah mengambil langkah tegas untuk membubarkan Ahmadiyah yang dinilainya menyebabkan banyak masalah. "Ini sesuai dengan janji kami sebelumnya. Bila tidak ada tindak lanjut massa akan bertahan di depan Istana menunggu ketegasan pemerintah," ujar Jabbar, Selasa, 1 Maret 2011.
Disampaikan Jabar, FUI telah menyiapkan sejumlah orang yang akan tetap bertahan di Istana Negara menunggu pemerintah memberikan keputusan. Mereka yang disiapkan ini akan bertahan selama 10 hari.
Dari pantauan VIVAnews.com, terlihat ratusan petugas keamanan dari Kesatuan Samapta dan Lalulintas Polda Metro Jaya mengawal massa yang bergerak menuju Istana.
Massa FUI terdiri dari Pemuda Ka'bah PPP, Pemuda Bulan Bintang, Anshorut Tauhid dan Front Pembela Islam (FPI) mulai melakukan unjuk rasa sejak pukul 13.30 WIB.
Anti Ahmadiyah Ancam Menginap di Istana
Pengujuk rasa akan bertahan bila tidak ada keputusan dari pemerintah.
Selasa, 1 Maret 2011, 16:07 WIB
Pengujuk rasa melakukan konvoi dengan kendaraan bermotor
Setelah melakukan aksi lebih dari dua jam di Bundaran Hotel Indonesia (HI), sekitar seribu orang yang berunjuk rasa menuntut pembubaran Ahmadiyah bergerak menuju Istana Negara di Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Massa dari Forum Umat Islam (FUI) yang merupakan gabungan dari 89 organisasi Islam itu mulai bergerak menuju Istana dengan long march.
Aksi ini menutup jalur kendaraan di kawasan Thamrin dan membuat antrean panjang di belakang massa pengunjuk rasa. Sepanjang perjalanan, mereka terus melakukan orasi mendesak pembubaran ajaran Ahmadiyah.
Ketua Pengkaderan FUI Pusat, Abdul Jabbar menjelaskan, aksi ini sebagai desakan agar pemerintah mengambil langkah tegas untuk membubarkan Ahmadiyah yang dinilainya menyebabkan banyak masalah. "Ini sesuai dengan janji kami sebelumnya. Bila tidak ada tindak lanjut massa akan bertahan di depan Istana menunggu ketegasan pemerintah," ujar Jabbar, Selasa, 1 Maret 2011.
Disampaikan Jabar, FUI telah menyiapkan sejumlah orang yang akan tetap bertahan di Istana Negara menunggu pemerintah memberikan keputusan. Mereka yang disiapkan ini akan bertahan selama 10 hari.
Dari pantauan VIVAnews.com, terlihat ratusan petugas keamanan dari Kesatuan Samapta dan Lalulintas Polda Metro Jaya mengawal massa yang bergerak menuju Istana.
Massa FUI terdiri dari Pemuda Ka'bah PPP, Pemuda Bulan Bintang, Anshorut Tauhid dan Front Pembela Islam (FPI) mulai melakukan unjuk rasa sejak pukul 13.30 WIB.
BOLA: CRISTIANO RENALDO LAMAR MODEL RUSIA
JAMBI EKSPRES:
Cristiano Ronaldo Lamar Model Rusia
Ronaldo melamar kekasihnya itu dengan berlutut dan membawa sekuntum bunga mawar.
Selasa, 1 Maret 2011, 16:34 WIB
Cristiano Ronaldo sangat serius menjalin hubungan dengan model cantik, Irina Shayk. Pesepakbola ini dikabarkan telah resmi melamar wanita cantik dari negeri beruang merah ini.
Ronaldo sudah lama mengenal Irina. Tapi dia memerlukan 10 bulan untuk memantapkan pilihan, lalu melamar sang kekasih.
Seperti dikutip dari Now Magazine, pesepakbola yang kini merumput di Real Madrid ini sengaja terbang dari Spanyol ke New York pada Hari Valentine lalu demi memberi kejutan kepada sang pacar.
Ronaldo membawa sekuntum bunga mawar merah dan mengajak Shayk untuk makan malam romantis bersamanya. Dan di tengah-tengan acara makan malam tersebut, pesepakbola asal Portugal ini mengejutkan sang kekasih. Ia tiba-tiba berlutut dan melamar Shayk dengan cara yang romantis.
"Mereka sangat bahagia dan memang sudah membahas masalah pernikahan. Ini adalah langkah yang sangat penting dalam hidup Ronaldo," kata seorang teman kepada majalah Spanyol, Que Me Dices.
Setelah peristiwa itu, Irina yang berprofesi sebagai model pakaian dalam itu terlihat menggunakan cincin berlian mewah di jari manisnya. Kabarnya, pernikahan pasangan ini akan dilangsungkan pada musim panas tahun ini.
Tetapi, saat dikonfirmasi soal pertunangan mereka, agen Shayk, Lorenzo Martone tak memberikan jawaban pasti. Martone tidak mengiyakan dan juga tidak membantah kabar tersebut.
Cristiano Ronaldo Lamar Model Rusia
Ronaldo melamar kekasihnya itu dengan berlutut dan membawa sekuntum bunga mawar.
Selasa, 1 Maret 2011, 16:34 WIB
Cristiano Ronaldo sangat serius menjalin hubungan dengan model cantik, Irina Shayk. Pesepakbola ini dikabarkan telah resmi melamar wanita cantik dari negeri beruang merah ini.
Ronaldo sudah lama mengenal Irina. Tapi dia memerlukan 10 bulan untuk memantapkan pilihan, lalu melamar sang kekasih.
Seperti dikutip dari Now Magazine, pesepakbola yang kini merumput di Real Madrid ini sengaja terbang dari Spanyol ke New York pada Hari Valentine lalu demi memberi kejutan kepada sang pacar.
Ronaldo membawa sekuntum bunga mawar merah dan mengajak Shayk untuk makan malam romantis bersamanya. Dan di tengah-tengan acara makan malam tersebut, pesepakbola asal Portugal ini mengejutkan sang kekasih. Ia tiba-tiba berlutut dan melamar Shayk dengan cara yang romantis.
"Mereka sangat bahagia dan memang sudah membahas masalah pernikahan. Ini adalah langkah yang sangat penting dalam hidup Ronaldo," kata seorang teman kepada majalah Spanyol, Que Me Dices.
Setelah peristiwa itu, Irina yang berprofesi sebagai model pakaian dalam itu terlihat menggunakan cincin berlian mewah di jari manisnya. Kabarnya, pernikahan pasangan ini akan dilangsungkan pada musim panas tahun ini.
Tetapi, saat dikonfirmasi soal pertunangan mereka, agen Shayk, Lorenzo Martone tak memberikan jawaban pasti. Martone tidak mengiyakan dan juga tidak membantah kabar tersebut.
SUSNO BISIKI KAPOLRI LALU ACUNGI JEMPOL
JAMBI EKSPRES:
Susno Bisiki Kapolri Lalu Acungkan Jempol
Dia duduk satu meja bersama para pemimpin Polri, termasuk Kapolri Jenderal Timur Pradopo
Selasa, 1 Maret 2011, 11:00 WIB
Setelah keluar dari Rumah Tahanan Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Komisaris Jenderal Pol. Susno Duadji kembali beraktivitas di Mabes Polri meski masih berstatus sebagai terdakwa. Jabatannya baru, yakni sebagai Penasehat Koordinator Staf Ahli Kapolri.
Hari ini, Selasa, 1 Maret 2011, saat Komisaris Jenderal Pol. Nanan Soekarna dilantik menjadi Wakil Kapolri menggantikan Komisaris Jenderal Pol. Jusuf Manggabarani, Susno berbaur dengan para perwira tinggi Polri lainnya. Dia tampak berdiri di barisan jenderal-jenderal bintang tiga.
Usai serah terima jabatan, Susno bahkan duduk melingkar di satu meja bersama para pemimpin Polri, termasuk: Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Kabareskrim Komjen Pol. Ito Sumardi, Kabaharkam Komjen Pol. Fajar Prihantoro, Kalemdikpol Komjen Pol. Imam Sudjarwo, dan Kabaintelkam Komjen Pol. Wahyono.
Sementara Nanan dan Jusuf sibuk menerima ucapan selamat setelah upacara serah terima, pemandangan di meja utama itu langsung menyedot perhatian wartawan yang hadir meliput.
Yang menarik, adalah peristiwa saat Susno beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Jenderal Timur yang duduk di hadapannya. Susno terlihat berbisik kepada Timur dan kembali ke tempat duduknya semula. Setelah itu, dia mengacungkan jempolnya sembari tersenyum lebar ke arah Timur. Tak jelas, apa maksudnya.
Tak lama kemudian, Jusuf Manggabarani dan Nanan Soekarna bergabung dalam lingkaran jenderal itu. Mereka pun terlibat perbincangan hangat. Namun, perhatian Susno seolah tak fokus dengan apa yang sedang dibicarakan. Dia sesekali membuang pandangan ke sekeliling.
Meski sudah keluar dari tahanan, Susno belum benar-benar bebas. Dia masih harus menghadapi dua kasus yang menjeratnya: kasus gratifikasi PT Salma Arowana Lestari dan tuduhan korupsi dana pengamanan pemilihan gubernur Jawa Barat 2008. Dia dituntut tujuh tahun penjara dalam perkara tersebut. Susno dibebaskan sejak 18 Februari yang lalu, karena masa tahanannya habis.
Susno Bisiki Kapolri Lalu Acungkan Jempol
Dia duduk satu meja bersama para pemimpin Polri, termasuk Kapolri Jenderal Timur Pradopo
Selasa, 1 Maret 2011, 11:00 WIB
Setelah keluar dari Rumah Tahanan Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Komisaris Jenderal Pol. Susno Duadji kembali beraktivitas di Mabes Polri meski masih berstatus sebagai terdakwa. Jabatannya baru, yakni sebagai Penasehat Koordinator Staf Ahli Kapolri.
Hari ini, Selasa, 1 Maret 2011, saat Komisaris Jenderal Pol. Nanan Soekarna dilantik menjadi Wakil Kapolri menggantikan Komisaris Jenderal Pol. Jusuf Manggabarani, Susno berbaur dengan para perwira tinggi Polri lainnya. Dia tampak berdiri di barisan jenderal-jenderal bintang tiga.
Usai serah terima jabatan, Susno bahkan duduk melingkar di satu meja bersama para pemimpin Polri, termasuk: Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Kabareskrim Komjen Pol. Ito Sumardi, Kabaharkam Komjen Pol. Fajar Prihantoro, Kalemdikpol Komjen Pol. Imam Sudjarwo, dan Kabaintelkam Komjen Pol. Wahyono.
Sementara Nanan dan Jusuf sibuk menerima ucapan selamat setelah upacara serah terima, pemandangan di meja utama itu langsung menyedot perhatian wartawan yang hadir meliput.
Yang menarik, adalah peristiwa saat Susno beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Jenderal Timur yang duduk di hadapannya. Susno terlihat berbisik kepada Timur dan kembali ke tempat duduknya semula. Setelah itu, dia mengacungkan jempolnya sembari tersenyum lebar ke arah Timur. Tak jelas, apa maksudnya.
Tak lama kemudian, Jusuf Manggabarani dan Nanan Soekarna bergabung dalam lingkaran jenderal itu. Mereka pun terlibat perbincangan hangat. Namun, perhatian Susno seolah tak fokus dengan apa yang sedang dibicarakan. Dia sesekali membuang pandangan ke sekeliling.
Meski sudah keluar dari tahanan, Susno belum benar-benar bebas. Dia masih harus menghadapi dua kasus yang menjeratnya: kasus gratifikasi PT Salma Arowana Lestari dan tuduhan korupsi dana pengamanan pemilihan gubernur Jawa Barat 2008. Dia dituntut tujuh tahun penjara dalam perkara tersebut. Susno dibebaskan sejak 18 Februari yang lalu, karena masa tahanannya habis.
KRIMINALISASI WARGA AHMADIYAH SUDAH DI RENCANAKAN LBH MENYESALINYA
JAMBI EKSPRES:
Massa perusuh memukuli warga Jemaat Ahmadiyah
LBH Sesalkan Kriminalisasi Warga Ahmadiyah
LBH Jakarta dan YLBHI mendesak agar penyidikan polisi tidak berhenti pada pelaku lapangan.
Selasa, 1 Maret 2011, 13:27 WIB
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta menyesalkan kriminalisasi aparat kepolisian terhadap Deden, seorang warga Ahmadiyah, dalam kasus penyerangan Cikeusik. Deden dijadikan tersangka dengan tuduhan telah menghasut dan melawan perintah pejabat negara.
"Polisi mencari aman dengan mengakomodir semua pihak, pihak penyerang dan massa Ahmadiyah. Ini bukan adil tapi bias," kata Direktur LBH Jakarta Nurcholis Hidayat di Jakarta, Selasa, 1 Maret 2011.
Nurcholis mengatakan arah penyidikan polisi dipaksakan. Pasalnya, dari 12 orang yang ditetapkan sebagai tersangka, satu di antaranya adalah warga Ahmadiyah yang menurut dia justru adalah korban yang seharusnya dilindungi aparat.
"Sebagian besar saksi dari Ahmadiyah diperiksa polisi, digiring pada suatu kesaksian yang justru akan menjerat mereka," ujar Nurcholis.
LBH Jakarta dan YLBHI mendesak agar penyidikan polisi tidak berhenti pada pelaku lapangan saja. Polisi didesak mengembangkan penyidikan untuk mengungkap dalang, pemberi dana, dan pembuat skenario di balik penyerangan. "Kalau polisi berhenti hanya pada 12 orang tersangka, berarti polisi telah melakukan impunitas," katanya.
Polantas Dikeroyok, 2 Mahasiswa Diperiksa
Arief Riyadi dan Yusril Hasnah masih dimintai keterangan sebagai saksi.
Polda Metro Jakarta Raya
Dua mahasiswa yang diduga terlibat dalam pengeroyokan tiga anggota Polisi Brigadir Motor (BM) Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya masih dimintai keterangan.
Pemeriksaan dilakukan terhadap Arief Riyadi dan Yusril Hasnah yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) yang diduga ikut melakukan pemukulan dan pengerusakan kendaraan milik petugas.
"Tersangka belum ada. Keduanya masih dimintai keterangan sebagai saksi," ujar Kepala Humas Polda Metro Jaya, Boy Rafli Amar, Rabu 19 Mei 2010.
Aksi anarkis itu berawal saat ketiga petugas, bernama, Bripka Sugeng, Bripda Handoyo dan Bripda Anwar, sedang jaga di putaran Gedung Aryo Bimo, Jalan Rasuna Said, Kuningan, tiba-tiba datang metro mini yang ditumpangin pengunjuk rasa dan melintasi jalur busway.
"Jalur sedang diamankan untuk menunggu rombongan Wapres. Tiba-tiba lima metromini dan sejumlah motor menerobos masuk jalur busway," kata Sugeng usai memberikan laporan di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya.
Ketiga petugas itu kemudian menghentikan rombongan mahasiswa dan meminta sopir keluar dari jalur busway. Tapi tiba-tiba sejumlah pengunjuk rasa turun dan meneriakan kata-kata kasar kepada petugas. "Polisi Keparat, sandera polisi," ujar Sugeng menirukan salah satu dari mereka.
Tidak puas, pengunjuk rasa semakin brutal dan memukuli ketiga polisi itu. Akibatnya, mereka menderita luka memar pada wajah dan tubuhnya. Baju dan atribut yang dikenakan juga ikut dilepaskan massa. Tidak hanya itu, satu kendaraan juga ikut dirusak. Para mahasiswa itu pergi setelah ketiga polisi itu melarikan diri.
Tapi sejumlah warga dan beberapa polisi yang mengetahui kejadian itu barhasil mengamankan dua pengendara motor Scorpio B 6996 KHJ yang turut dalam kelompok itu.
Direktur Lalu lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Condro Kirono mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti aksi anarkis tersebut.
Selanjutnya kasus ini diserahkan ke Ditreskrimum untuk diproses hukum sesuai dengan pasal yang berlaku.
Massa perusuh memukuli warga Jemaat Ahmadiyah
LBH Sesalkan Kriminalisasi Warga Ahmadiyah
LBH Jakarta dan YLBHI mendesak agar penyidikan polisi tidak berhenti pada pelaku lapangan.
Selasa, 1 Maret 2011, 13:27 WIB
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta menyesalkan kriminalisasi aparat kepolisian terhadap Deden, seorang warga Ahmadiyah, dalam kasus penyerangan Cikeusik. Deden dijadikan tersangka dengan tuduhan telah menghasut dan melawan perintah pejabat negara.
"Polisi mencari aman dengan mengakomodir semua pihak, pihak penyerang dan massa Ahmadiyah. Ini bukan adil tapi bias," kata Direktur LBH Jakarta Nurcholis Hidayat di Jakarta, Selasa, 1 Maret 2011.
Nurcholis mengatakan arah penyidikan polisi dipaksakan. Pasalnya, dari 12 orang yang ditetapkan sebagai tersangka, satu di antaranya adalah warga Ahmadiyah yang menurut dia justru adalah korban yang seharusnya dilindungi aparat.
"Sebagian besar saksi dari Ahmadiyah diperiksa polisi, digiring pada suatu kesaksian yang justru akan menjerat mereka," ujar Nurcholis.
LBH Jakarta dan YLBHI mendesak agar penyidikan polisi tidak berhenti pada pelaku lapangan saja. Polisi didesak mengembangkan penyidikan untuk mengungkap dalang, pemberi dana, dan pembuat skenario di balik penyerangan. "Kalau polisi berhenti hanya pada 12 orang tersangka, berarti polisi telah melakukan impunitas," katanya.
Polantas Dikeroyok, 2 Mahasiswa Diperiksa
Arief Riyadi dan Yusril Hasnah masih dimintai keterangan sebagai saksi.
Polda Metro Jakarta Raya
Dua mahasiswa yang diduga terlibat dalam pengeroyokan tiga anggota Polisi Brigadir Motor (BM) Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya masih dimintai keterangan.
Pemeriksaan dilakukan terhadap Arief Riyadi dan Yusril Hasnah yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) yang diduga ikut melakukan pemukulan dan pengerusakan kendaraan milik petugas.
"Tersangka belum ada. Keduanya masih dimintai keterangan sebagai saksi," ujar Kepala Humas Polda Metro Jaya, Boy Rafli Amar, Rabu 19 Mei 2010.
Aksi anarkis itu berawal saat ketiga petugas, bernama, Bripka Sugeng, Bripda Handoyo dan Bripda Anwar, sedang jaga di putaran Gedung Aryo Bimo, Jalan Rasuna Said, Kuningan, tiba-tiba datang metro mini yang ditumpangin pengunjuk rasa dan melintasi jalur busway.
"Jalur sedang diamankan untuk menunggu rombongan Wapres. Tiba-tiba lima metromini dan sejumlah motor menerobos masuk jalur busway," kata Sugeng usai memberikan laporan di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya.
Ketiga petugas itu kemudian menghentikan rombongan mahasiswa dan meminta sopir keluar dari jalur busway. Tapi tiba-tiba sejumlah pengunjuk rasa turun dan meneriakan kata-kata kasar kepada petugas. "Polisi Keparat, sandera polisi," ujar Sugeng menirukan salah satu dari mereka.
Tidak puas, pengunjuk rasa semakin brutal dan memukuli ketiga polisi itu. Akibatnya, mereka menderita luka memar pada wajah dan tubuhnya. Baju dan atribut yang dikenakan juga ikut dilepaskan massa. Tidak hanya itu, satu kendaraan juga ikut dirusak. Para mahasiswa itu pergi setelah ketiga polisi itu melarikan diri.
Tapi sejumlah warga dan beberapa polisi yang mengetahui kejadian itu barhasil mengamankan dua pengendara motor Scorpio B 6996 KHJ yang turut dalam kelompok itu.
Direktur Lalu lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Condro Kirono mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti aksi anarkis tersebut.
Selanjutnya kasus ini diserahkan ke Ditreskrimum untuk diproses hukum sesuai dengan pasal yang berlaku.
POLISI TEWAS DI KEROYOK
JAMBI EKSPRES:
Diteriaki 'Rampok', Polisi Tewas Dikeroyok
Yang meneriaki mantan kakak iparnya. Massa pun berdatangan dan menghajarnya.
Seorang anggota polisi berpangkat Brigadir Kepala (Bripka) tewas dikeroyok massa di Desa Belanting, Kecamatan Sambalia, Lombok Timur.
Bripka Mukmin yang sehari-hari bertugas di Polsek Lingsar Lombok Barat ini tewas dengan luka disekujur tubuhnya akibat dikeroyok massa.
Peristiwa pengeroyokan anggota polisi itu terjadi ketika Mukmin bertandang ke rumah bekas kakak iparnya bernama H Athar di Dusun Mangkung Desa Belanting, Kecamatan Sambalia.
Menurut Camat Sambalia, Muhammad Takdir, peristiwa pengeroyokan itu dipicu H Athar yang meneriaki Mukmin, 'perampok'.
Begitu mendengar teriakan Athar, warga langsung mengepung rumah H Athar. Tanpa bertanya apa yang terjadi, mereka langsung mengeroyok Mukmin. "Dia menjadi korban," kata Takdir kepada wartawan Rabu 6 Oktober 2010.
Sebelumnya aparat kepolisian dari Polsek Sambalia yang dibantu aparat desa setempat berhasil menyelamatkan korban dan mengamankannya di kantor desa.
Namun upaya itu malah membuat massa yang berjumlah ratusan orang menjadi tambah emosi. Massa bahkan melempari kantor desa dengan batu sebagai protes terhadap upaya pengamanan Mukmin.
Melihat hal itu massa semakin brutal dan terus menyerang kantor Desa tersebut. Personel polisi yang jumlahnya kalah banyak dari massa kewalahan menangani aksi. Mukmin kembali menjadi bulan-bulanan massa.
Aksi pengeroyokan itu terhenti setelah melihat korban tidak bergerak lagi. "Petugas langsung melarikan Mukmin ke Puskesmas terdekat,"ujarnya.
Sementara itu Kapolsek Sambalia, Ipda Suparno membantah Mukmin adalah perampok. Menurutnya aksi pengeroyokan itu terjadi ketika Mukmin dan Athar terlibat cekcok.
Antara keduanya diketahui pernah terjalin hubungan keluarga lantaran Mukmin menikahi adik Athar. "Kami masih menyelidiki kasus ini dengan memeriksa sejumlah saksi,"ujar Suparno.
Kini jazad Mukmin berada di Rumah Sakit Bhayangkara. Sementara situasi di Dusun Mangkung Desa Belanting kembali tenang. Warga sudah kembali beraktivitas seperti biasa. (Laporan: Edy Gustan| NTB,
Diteriaki 'Rampok', Polisi Tewas Dikeroyok
Yang meneriaki mantan kakak iparnya. Massa pun berdatangan dan menghajarnya.
Seorang anggota polisi berpangkat Brigadir Kepala (Bripka) tewas dikeroyok massa di Desa Belanting, Kecamatan Sambalia, Lombok Timur.
Bripka Mukmin yang sehari-hari bertugas di Polsek Lingsar Lombok Barat ini tewas dengan luka disekujur tubuhnya akibat dikeroyok massa.
Peristiwa pengeroyokan anggota polisi itu terjadi ketika Mukmin bertandang ke rumah bekas kakak iparnya bernama H Athar di Dusun Mangkung Desa Belanting, Kecamatan Sambalia.
Menurut Camat Sambalia, Muhammad Takdir, peristiwa pengeroyokan itu dipicu H Athar yang meneriaki Mukmin, 'perampok'.
Begitu mendengar teriakan Athar, warga langsung mengepung rumah H Athar. Tanpa bertanya apa yang terjadi, mereka langsung mengeroyok Mukmin. "Dia menjadi korban," kata Takdir kepada wartawan Rabu 6 Oktober 2010.
Sebelumnya aparat kepolisian dari Polsek Sambalia yang dibantu aparat desa setempat berhasil menyelamatkan korban dan mengamankannya di kantor desa.
Namun upaya itu malah membuat massa yang berjumlah ratusan orang menjadi tambah emosi. Massa bahkan melempari kantor desa dengan batu sebagai protes terhadap upaya pengamanan Mukmin.
Melihat hal itu massa semakin brutal dan terus menyerang kantor Desa tersebut. Personel polisi yang jumlahnya kalah banyak dari massa kewalahan menangani aksi. Mukmin kembali menjadi bulan-bulanan massa.
Aksi pengeroyokan itu terhenti setelah melihat korban tidak bergerak lagi. "Petugas langsung melarikan Mukmin ke Puskesmas terdekat,"ujarnya.
Sementara itu Kapolsek Sambalia, Ipda Suparno membantah Mukmin adalah perampok. Menurutnya aksi pengeroyokan itu terjadi ketika Mukmin dan Athar terlibat cekcok.
Antara keduanya diketahui pernah terjalin hubungan keluarga lantaran Mukmin menikahi adik Athar. "Kami masih menyelidiki kasus ini dengan memeriksa sejumlah saksi,"ujar Suparno.
Kini jazad Mukmin berada di Rumah Sakit Bhayangkara. Sementara situasi di Dusun Mangkung Desa Belanting kembali tenang. Warga sudah kembali beraktivitas seperti biasa. (Laporan: Edy Gustan| NTB,
APA SIH SALAHNYA NURDIN FIFA KAN SETUJU ?
JAMBI EKSPRES:
Kongres PSSI
Anggota DPR Minta Nurdin Tak Calonkan Lagi
Ada kesan Nurdin berupaya menghalang-halangi calon lain dalam kongres PSSI mendatang.
Selasa, 1 Maret 2011, 15:02 WIB
Nurdin Halid (kiri) dan Nugraha Besoes di Kongres PSSI
Sejumlah anggota dewan Komisi X mendesak Ketua Umum PSSI Nurdin Halid tidak mencalonkan lagi dalam bursa pemilihan ketua umum pada kongres PSSI mendatang.
Anggota Komisi X DPR RI Didi Wahidi dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meminta Nurdin Halid tidak mencalonkan lagi sebagai ketua umum PSSI pada Kongres PSSI .
"Saya minta untuk kongres besok, Pak Nurdin tidak lagi mencalonkan sebagai ketua, itu akan lebih terhormat, daripada maju tapi rakyat tak menghendaki," kata Didi Wahidi berbicara dalam rapat Komisi X dengan jajaran pengurus PSSI, Selasa, 1 Maret 2011.
Bahkan menurut Wahidi, Nurdin terkesan berupaya menghalang-halangi calon lain dalam kongres PSSI mendatang. Itu telihat dari rencana awal PSSI menggelar kongres di Pulau Bintang, harus dipindah ke Bali.
Meski, PSSI beralasan pemindahan tidak terlepas dari desakan langsung dari Presiden Asosiasi Sepakbola Asia (AFC) Mohamed Bin Hammam. Lokasi Pulau Bintan yang harus ditempuh dengan menggunakan perahu disebut Bin Hammam terlalu menyulitkan. "Apakah ini bukan upaya mempersulit calon lain dan terlihat memang Nurdin ingin maju lagi,"
Tak hanya Nurdin, Sekjen PSSI Nugraha Besoes pun tak lepas dari sorotan. Besoes juga diminta tidak lagi berkecimpung sebagai pengurus sepakbola nasional pada kongres mendatang.
"Saya ingat betul, sejak main bola masih memakai 'celana kolor' doang, kenapa sekjen-nya dari dulu sampai sekarang masih saja Nugraha. Karena itu, saya lebih senang kalau Nugraha juga ikut mundur,"
"Jadi tolong Pak Nurdin dan Nugraha nyatakan tidak lagi bersedia dan bersumpah berhenti mengurusi sepakbola yang milik rakyat ini,"
Senada dikatakan Angelina Sondakh, anggota fraksi Partai Demokrat, sangat terhormat bila Nurdin tidak lagi maju mencalonkan diri sebagai ketua umum.
"Akan jadi panggung menarik bila Nurdin bersedia tidak lagi mencalonkan sebagai ketua umum," ujar Angelina.
Bila terus dipaksakan, kata Angelina, kasihan keluarga Nurdin Halid dirumah. "Saya sebetulnya tidak ingin Pak Nurdin dilecehkan orang lain, diinjak-injak fotonya, dibakar, dihina. Jadi kami minta pak Nurdin untuk mundur (Mencalonkan kembali sebagai ketua umum)," imbuhnya.
Mendengar desakan tersebut, Nurdin belum memberikan penjelasan. Namun, saat memberikan komentar pembukaan sidang, Nurdin menyampaikan bahwa kepengurusan yang dipimpinnya tidak bisa menyimpang dari garis kebijakan FIFA, sebagai induk olahraga sepakbola. "Kami sudah kirim surat ke FIFA semalam untuk meminta arahan," kata Nurdin.
Kantor PSSI Kembali Digeruduk Pendemo
Aksi massa ini tertahan 100 meter di luar pagar kantor PSSI. Aparat kepolisian menghadang.
Selasa, 1 Maret 2011, 13:58 WIB
Demo di PSSI
Ratusan orang yang menamakan diri 'Gerakan Revolusi PSSI' mendatangi kantor Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Senayan Jakarta. Mereka menuntut agar Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid turun.
Pantauan VIVAnews.com, Selasa 1 Maret 2011, massa membawa slayer sejumlah nama klub sepakbola seperti Persibo, Persitara, dan Persija. Namun,aksi mereka tertahan 100 meter di luar pagar kantor PSSI.
Aparat kepolisian lengkap dengan pakaian anti huru-hara berbaris menahan langkah mereka di luar kantor PSSI. Selain itu, kepolisian juga menempatkan Barracuda untuk menghadang massa.
Tak habis akal, pendemo lantas membuat pagar manusia dan berteriak menuntut agar mereka diberi jalan agar bisa demo di depan PSSI. Namun, kepolisian tetap tak mengizinkan massa lewat.
Selain menuntut dibukakan jalan untuk demo, massa juga meneriakkan agar Nurdin Halid turun dari kursi Ketua Umum PSSI.
Aksi ini merupakan demo kesekian kalinya menuntut Nurdin mundur dari Ketua Umum PSSI. Sejak seleksi calon Ketua Umum PSSI digelar, aksi demo kerap diselenggarakan di depan kantor PSSI.
Kongres PSSI
Anggota DPR Minta Nurdin Tak Calonkan Lagi
Ada kesan Nurdin berupaya menghalang-halangi calon lain dalam kongres PSSI mendatang.
Selasa, 1 Maret 2011, 15:02 WIB
Nurdin Halid (kiri) dan Nugraha Besoes di Kongres PSSI
Sejumlah anggota dewan Komisi X mendesak Ketua Umum PSSI Nurdin Halid tidak mencalonkan lagi dalam bursa pemilihan ketua umum pada kongres PSSI mendatang.
Anggota Komisi X DPR RI Didi Wahidi dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meminta Nurdin Halid tidak mencalonkan lagi sebagai ketua umum PSSI pada Kongres PSSI .
"Saya minta untuk kongres besok, Pak Nurdin tidak lagi mencalonkan sebagai ketua, itu akan lebih terhormat, daripada maju tapi rakyat tak menghendaki," kata Didi Wahidi berbicara dalam rapat Komisi X dengan jajaran pengurus PSSI, Selasa, 1 Maret 2011.
Bahkan menurut Wahidi, Nurdin terkesan berupaya menghalang-halangi calon lain dalam kongres PSSI mendatang. Itu telihat dari rencana awal PSSI menggelar kongres di Pulau Bintang, harus dipindah ke Bali.
Meski, PSSI beralasan pemindahan tidak terlepas dari desakan langsung dari Presiden Asosiasi Sepakbola Asia (AFC) Mohamed Bin Hammam. Lokasi Pulau Bintan yang harus ditempuh dengan menggunakan perahu disebut Bin Hammam terlalu menyulitkan. "Apakah ini bukan upaya mempersulit calon lain dan terlihat memang Nurdin ingin maju lagi,"
Tak hanya Nurdin, Sekjen PSSI Nugraha Besoes pun tak lepas dari sorotan. Besoes juga diminta tidak lagi berkecimpung sebagai pengurus sepakbola nasional pada kongres mendatang.
"Saya ingat betul, sejak main bola masih memakai 'celana kolor' doang, kenapa sekjen-nya dari dulu sampai sekarang masih saja Nugraha. Karena itu, saya lebih senang kalau Nugraha juga ikut mundur,"
"Jadi tolong Pak Nurdin dan Nugraha nyatakan tidak lagi bersedia dan bersumpah berhenti mengurusi sepakbola yang milik rakyat ini,"
Senada dikatakan Angelina Sondakh, anggota fraksi Partai Demokrat, sangat terhormat bila Nurdin tidak lagi maju mencalonkan diri sebagai ketua umum.
"Akan jadi panggung menarik bila Nurdin bersedia tidak lagi mencalonkan sebagai ketua umum," ujar Angelina.
Bila terus dipaksakan, kata Angelina, kasihan keluarga Nurdin Halid dirumah. "Saya sebetulnya tidak ingin Pak Nurdin dilecehkan orang lain, diinjak-injak fotonya, dibakar, dihina. Jadi kami minta pak Nurdin untuk mundur (Mencalonkan kembali sebagai ketua umum)," imbuhnya.
Mendengar desakan tersebut, Nurdin belum memberikan penjelasan. Namun, saat memberikan komentar pembukaan sidang, Nurdin menyampaikan bahwa kepengurusan yang dipimpinnya tidak bisa menyimpang dari garis kebijakan FIFA, sebagai induk olahraga sepakbola. "Kami sudah kirim surat ke FIFA semalam untuk meminta arahan," kata Nurdin.
Kantor PSSI Kembali Digeruduk Pendemo
Aksi massa ini tertahan 100 meter di luar pagar kantor PSSI. Aparat kepolisian menghadang.
Selasa, 1 Maret 2011, 13:58 WIB
Demo di PSSI
Ratusan orang yang menamakan diri 'Gerakan Revolusi PSSI' mendatangi kantor Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Senayan Jakarta. Mereka menuntut agar Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid turun.
Pantauan VIVAnews.com, Selasa 1 Maret 2011, massa membawa slayer sejumlah nama klub sepakbola seperti Persibo, Persitara, dan Persija. Namun,aksi mereka tertahan 100 meter di luar pagar kantor PSSI.
Aparat kepolisian lengkap dengan pakaian anti huru-hara berbaris menahan langkah mereka di luar kantor PSSI. Selain itu, kepolisian juga menempatkan Barracuda untuk menghadang massa.
Tak habis akal, pendemo lantas membuat pagar manusia dan berteriak menuntut agar mereka diberi jalan agar bisa demo di depan PSSI. Namun, kepolisian tetap tak mengizinkan massa lewat.
Selain menuntut dibukakan jalan untuk demo, massa juga meneriakkan agar Nurdin Halid turun dari kursi Ketua Umum PSSI.
Aksi ini merupakan demo kesekian kalinya menuntut Nurdin mundur dari Ketua Umum PSSI. Sejak seleksi calon Ketua Umum PSSI digelar, aksi demo kerap diselenggarakan di depan kantor PSSI.
DUA PENYERANG DISKOTIK MILENIUM DI TANGKAP POLISI
JAMBI EKSPRES:
FPI Unjuk Rasa
Dua Penyerang Diskotek Millenium Ditangkap
Keduanya ditangkap polisi hari ini di Jakarta.
Selasa, 1 Maret 2011, 12:17 WIB
Ilustrasi Diskotek
Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Pusat menangkap dua tersangka penyerangan Diskotek Millenium yang berada di Gajah Mada Plaza, Jalan Gajah Mada Plaza yang terjadi Minggu 27 Februari 2011 lalu.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar mengungkapkan, tersangka yang diamankan masing-masing berinisial KNB, 30 tahun dan JM, 28 tahun. "Keduanya ditangkap hari ini di Jakarta," ujarnya saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 1 Maret 2011.
Baharudin mengatakan, polisi masih mengembangkan kasus ini untuk menangkap pelaku lainnya yang diperkirakan mencapai delapan orang.
Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Besar Tony Surya Putra, penyerangan terjadi setelah adanya ketegangan antara petugas keamanan dan kelompok pemuda yang memesan minuman tanpa membayar. "Sekuriti Millenium menegur dan ditanggapi kasar pelaku," jelas Tony.
Kemudian terjadilah perkelahian menyebabkan empat orang mengalami luka bacok. Mereka adalah Bambang, 40 tahun, Fahmi, 23 tahun, Sofian, 46 tahun dan Junaedi, 40 tahun. Bambang adalah petugas keamanan diskotek, sedangkan ketiga lainnya adalah petugas keamanan gedung Gajah Mada Plaza.
Hingga kini petugas Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Pusat dan Polsek Gambir masih menyelidiki cara para pelaku membawa senjata tajam ke dalam lokasi yang memiliki pengamanan ketat itu.
FPI Unjuk Rasa
Dua Penyerang Diskotek Millenium Ditangkap
Keduanya ditangkap polisi hari ini di Jakarta.
Selasa, 1 Maret 2011, 12:17 WIB
Ilustrasi Diskotek
Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Pusat menangkap dua tersangka penyerangan Diskotek Millenium yang berada di Gajah Mada Plaza, Jalan Gajah Mada Plaza yang terjadi Minggu 27 Februari 2011 lalu.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar mengungkapkan, tersangka yang diamankan masing-masing berinisial KNB, 30 tahun dan JM, 28 tahun. "Keduanya ditangkap hari ini di Jakarta," ujarnya saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 1 Maret 2011.
Baharudin mengatakan, polisi masih mengembangkan kasus ini untuk menangkap pelaku lainnya yang diperkirakan mencapai delapan orang.
Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Besar Tony Surya Putra, penyerangan terjadi setelah adanya ketegangan antara petugas keamanan dan kelompok pemuda yang memesan minuman tanpa membayar. "Sekuriti Millenium menegur dan ditanggapi kasar pelaku," jelas Tony.
Kemudian terjadilah perkelahian menyebabkan empat orang mengalami luka bacok. Mereka adalah Bambang, 40 tahun, Fahmi, 23 tahun, Sofian, 46 tahun dan Junaedi, 40 tahun. Bambang adalah petugas keamanan diskotek, sedangkan ketiga lainnya adalah petugas keamanan gedung Gajah Mada Plaza.
Hingga kini petugas Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Pusat dan Polsek Gambir masih menyelidiki cara para pelaku membawa senjata tajam ke dalam lokasi yang memiliki pengamanan ketat itu.
FPI DI JADIKAN SEBAGAI ALAT BIANG KERUSUHAN NEGERI INI
JAMBI EKSPRES:
FPI Unjuk Rasa
Ribuan Orang FPI Demo Ahmadiyah
FPI mengklaim akan membawa 10 ribu orang dalam aksi yang digelar pukul 12.00 WIB nanti.
Selasa, 1 Maret 2011, 11:07 WIB
FPI Unjuk Rasa
Front Pembela Islam (FPI) akan menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat menuntut pembubaran ajaran Ahmadiyah. Mereka mengklaim akan membawa 10 ribu orang dalam aksi yang digelar pukul 12.00 WIB.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) FPI DKI Jakarta, Habib Salim Alatas yang dihubungi VIVAnews.com, Selasa 1 Maret 2011 menyatakan, aksi penolakan Ahmadiyah merupakan demo umat Islam yang dilakukan secara murni dan tidak terkait politik. "Kami kumpul dan orasi terlebih dahulu di Bundaran HI kemudian di depan Istana," ungkap dia.
FPI mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) tentang larangan Ahmadiyah. "Saat ini sudah ada Surat Keputusan Bersama (SKB) para menteri, namun kami mendesak ada Keppres," ujar Habib.
Tokoh Islam yang akrab dipanggil Habib Selon itu, menyatakan, pihaknya menuntut Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo mengeluarkan keputusan larangan Ahmadiyah di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Alasannya karena Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Banten sudah terlebih dulu melarang ajaran Ahmadiyah. "Kami mendukung penuh keputusan Gubernur Jawa Timur yang melarang Ahmadiyah," imbuhnya.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar menyebutkan, pihaknya sudah menurunkan 1.750 personel polisi untuk mengamankan aksi FPI. "Polisi telah menerima pemberitahuan rencana aksi FPI yang jumlahnya ratusan orang," kata Baharudin.
Polda Metro Jaya juga telah mengatur jalur lalu lintas alternatif, jika massa aksi berdampak pada penutupan jalan.
FPI Unjuk Rasa
Ribuan Orang FPI Demo Ahmadiyah
FPI mengklaim akan membawa 10 ribu orang dalam aksi yang digelar pukul 12.00 WIB nanti.
Selasa, 1 Maret 2011, 11:07 WIB
FPI Unjuk Rasa
Front Pembela Islam (FPI) akan menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat menuntut pembubaran ajaran Ahmadiyah. Mereka mengklaim akan membawa 10 ribu orang dalam aksi yang digelar pukul 12.00 WIB.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) FPI DKI Jakarta, Habib Salim Alatas yang dihubungi VIVAnews.com, Selasa 1 Maret 2011 menyatakan, aksi penolakan Ahmadiyah merupakan demo umat Islam yang dilakukan secara murni dan tidak terkait politik. "Kami kumpul dan orasi terlebih dahulu di Bundaran HI kemudian di depan Istana," ungkap dia.
FPI mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) tentang larangan Ahmadiyah. "Saat ini sudah ada Surat Keputusan Bersama (SKB) para menteri, namun kami mendesak ada Keppres," ujar Habib.
Tokoh Islam yang akrab dipanggil Habib Selon itu, menyatakan, pihaknya menuntut Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo mengeluarkan keputusan larangan Ahmadiyah di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Alasannya karena Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Banten sudah terlebih dulu melarang ajaran Ahmadiyah. "Kami mendukung penuh keputusan Gubernur Jawa Timur yang melarang Ahmadiyah," imbuhnya.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar menyebutkan, pihaknya sudah menurunkan 1.750 personel polisi untuk mengamankan aksi FPI. "Polisi telah menerima pemberitahuan rencana aksi FPI yang jumlahnya ratusan orang," kata Baharudin.
Polda Metro Jaya juga telah mengatur jalur lalu lintas alternatif, jika massa aksi berdampak pada penutupan jalan.
DEMO JANGAN LAGI ANARKIS TEMBAK DI TEMPAT
JAMBI EKSPRES:
1.000 Orang Anti-Ahmadiyah Padati Bundaran HI
Massa membawa spanduk berisi tuntutan kepada pemerintah agar membubarkan Ahmadiyah.
Selasa, 1 Maret 2011, 14:14 WIB
Aksi Demonstrasi Anti Ahmadiyah
Sekitar seribu orang menggelar demonstrasi menuntut pembubaran Ahmadiyah. Massa yang mengklaim berasal dari 89 organisasi kemasyarakatan itu mulai memenuhi Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Massa yang berdemonstrasi tergabung dalam ormas Forum Umat Islam(FUI), Pemuda Ka'bah PPP, Pemuda Bulan Bintang, Anshorut Tauhid dan Front Pembela Islam ini mulai melakukan unjuk rasa sejak pukul 13.30 WIB, Selasa 1 Maret 2011.
"Tuntutan kami hanya satu, pemerintah bubarkan Ahmadiyah," kata Ketua Pengkaderan FUI Pusat, Abdul Jabbar, kepada VIVAnews.com di lokasi demonstrasi. Dalam aksi siang ini Abdul Jabbar mengaku mengerahkan 5.000 massa dari 89 ormas se-Jabodetabek. Rencananya, usai berorasi di Bundaran HI, pada sore hari, massa akan berunjuk rasa ke Istana Presiden.
"Kami akan menginap di depan Istana hingga tuntutan kami dipenuhi. Kami sudah mempersiapkan massa selama 10 hari untuk menginap, jika pemerintah tidak segera memenuhi tuntutan kami" ujar Abdul Jabbar.
Akibat aksi ini, lalu lintas sekitar Bundaran HI padat merayap. Karena massa yang mayoritas berpakaian serba putih ini mulai memenuhi jalur jalan. Saat berunjuk rasa, massa membawa spanduk dan pamflet berisi tuntutan kepada pemerintah agar segera mengambil keputusan membubarkan Ahmadiyah.
"Bubarkan Ahmadiyah atau revolusi" isi salah satu spanduk. Sementara itu, menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, ratusan personel kepolisian sudah berjaga-jaga di lokasi.
1.000 Orang Anti-Ahmadiyah Padati Bundaran HI
Massa membawa spanduk berisi tuntutan kepada pemerintah agar membubarkan Ahmadiyah.
Selasa, 1 Maret 2011, 14:14 WIB
Aksi Demonstrasi Anti Ahmadiyah
Sekitar seribu orang menggelar demonstrasi menuntut pembubaran Ahmadiyah. Massa yang mengklaim berasal dari 89 organisasi kemasyarakatan itu mulai memenuhi Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Massa yang berdemonstrasi tergabung dalam ormas Forum Umat Islam(FUI), Pemuda Ka'bah PPP, Pemuda Bulan Bintang, Anshorut Tauhid dan Front Pembela Islam ini mulai melakukan unjuk rasa sejak pukul 13.30 WIB, Selasa 1 Maret 2011.
"Tuntutan kami hanya satu, pemerintah bubarkan Ahmadiyah," kata Ketua Pengkaderan FUI Pusat, Abdul Jabbar, kepada VIVAnews.com di lokasi demonstrasi. Dalam aksi siang ini Abdul Jabbar mengaku mengerahkan 5.000 massa dari 89 ormas se-Jabodetabek. Rencananya, usai berorasi di Bundaran HI, pada sore hari, massa akan berunjuk rasa ke Istana Presiden.
"Kami akan menginap di depan Istana hingga tuntutan kami dipenuhi. Kami sudah mempersiapkan massa selama 10 hari untuk menginap, jika pemerintah tidak segera memenuhi tuntutan kami" ujar Abdul Jabbar.
Akibat aksi ini, lalu lintas sekitar Bundaran HI padat merayap. Karena massa yang mayoritas berpakaian serba putih ini mulai memenuhi jalur jalan. Saat berunjuk rasa, massa membawa spanduk dan pamflet berisi tuntutan kepada pemerintah agar segera mengambil keputusan membubarkan Ahmadiyah.
"Bubarkan Ahmadiyah atau revolusi" isi salah satu spanduk. Sementara itu, menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, ratusan personel kepolisian sudah berjaga-jaga di lokasi.
PERANGI ANARKISME : DENSUS SUDAH SELAYAKNYA PAKAI SENJATA API
JAMBI EKSPRES:
Densus Anti Anarki Dilengkapi Senjata Api
Polri tidak akan sembarangan menerjunkan detasemen ini dalam penanganan aksi massa brutal.
Selasa, 1 Maret 2011, 15:21 WIB
MOBIL POLISIPUN DI BAKAR MASSA ANARKIS
Rusuh Temanggung
Belajar dari kasus tragedi penyerangan jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten dan rusuh di Temanggung, Mabes Polri akan membentuk detasemen khusus anti aksi massa brutal.
Dalam melaksanakan tugasnya, detasemen khusus penanggulangan aksi "anarkis" ini akan dilengkapi senjata api. "Senjata bervariasi, mulai dari ringan (seperti) gas air mata sampai senjata api", kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 1 Maret 2011.
Boy mengatakan, pembentukan detasemen ini adalah penerapan dari Prosedur Tetap Nomor 01/X/2010 tentang penanggulangan tindakan "anarkis", atau yang pernah populer dengan protap tembak di tempat. "Ini di luar kegiatan unjuk rasa, unjuk rasa protapnya sudah ada, Protap Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pengendalian Masa," kata dia.
Menurut Boy, anggota detasemen "anti anarkis" ini diambil dari kesatuan Brimob, dan Samapta yang ada. "Dan tim penembak sebagai tim penindak untuk membantu tim Dalmas dalam menghadapi massa," kata dia.
Polri tak akan sembarangan menerjunkan detasemen ini dalam penanganan aksi massa brutal di lapangan. Menurut Boy, keputusan diterjunkannya detasemen ini harus berdasarkan pertimbangan matang dari pemimpin wilayah mulai dari Kapolres, Kapolda hingga dilaporkan ke Mabes Polri.
"Mabes Polri tetap memantau perkembangannya. Apabila Mabes Polri menilai perlu diterjunkan tim, maka bisa saja itu diterjunkan," kata dia. Selain itu, "Mabes Polri punya otoritas untuk kirim tim ke daerah-daerah."
Densus Anti Anarki Dilengkapi Senjata Api
Polri tidak akan sembarangan menerjunkan detasemen ini dalam penanganan aksi massa brutal.
Selasa, 1 Maret 2011, 15:21 WIB
MOBIL POLISIPUN DI BAKAR MASSA ANARKIS
Rusuh Temanggung
Belajar dari kasus tragedi penyerangan jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten dan rusuh di Temanggung, Mabes Polri akan membentuk detasemen khusus anti aksi massa brutal.
Dalam melaksanakan tugasnya, detasemen khusus penanggulangan aksi "anarkis" ini akan dilengkapi senjata api. "Senjata bervariasi, mulai dari ringan (seperti) gas air mata sampai senjata api", kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 1 Maret 2011.
Boy mengatakan, pembentukan detasemen ini adalah penerapan dari Prosedur Tetap Nomor 01/X/2010 tentang penanggulangan tindakan "anarkis", atau yang pernah populer dengan protap tembak di tempat. "Ini di luar kegiatan unjuk rasa, unjuk rasa protapnya sudah ada, Protap Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pengendalian Masa," kata dia.
Menurut Boy, anggota detasemen "anti anarkis" ini diambil dari kesatuan Brimob, dan Samapta yang ada. "Dan tim penembak sebagai tim penindak untuk membantu tim Dalmas dalam menghadapi massa," kata dia.
Polri tak akan sembarangan menerjunkan detasemen ini dalam penanganan aksi massa brutal di lapangan. Menurut Boy, keputusan diterjunkannya detasemen ini harus berdasarkan pertimbangan matang dari pemimpin wilayah mulai dari Kapolres, Kapolda hingga dilaporkan ke Mabes Polri.
"Mabes Polri tetap memantau perkembangannya. Apabila Mabes Polri menilai perlu diterjunkan tim, maka bisa saja itu diterjunkan," kata dia. Selain itu, "Mabes Polri punya otoritas untuk kirim tim ke daerah-daerah."
Langganan:
Postingan (Atom)