Laman

Sabtu, 16 Oktober 2010

FIT AND PROPER TEST TIMUR MULUS

JAMBI EKSPRES:
Jika diibaratkan ujian, fit and proper test (uji kepatutan dan kelayakan) terhadap calon Kapolri Komjen Pol Timur Pradopo di Komisi III DPR, kemarin (14/10), terkesan hanya formalitas. Hasil akhir ujian tersebut sudah bisa ditebak: Timur lolos dan dianggap layak menggantikan Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) sebagai Kapolri.
Dalam menyampaikan pandangan akhir tadi malam pukul 22.30 hingga 23.45, seluruh fraksi akhirnya menyetujui Timur sebagai calon Kapolri. Selanjutnya, hasil fit and proper test tersebut dibawa ke sidang paripurna DPR. Tak butuh waktu lama, jenderal polisi kelahiran Jombang, Jawa Timur, tersebut segera dilantik menjadi Kapolri baru.

Timur menjalani uji kepatutan dan kelayakan sejak pukul 11.00 kemarin (14/10). Sejak pagi itu, dia dicecar berbagai pertanyaan. Hampir seluruh anggota komisi III mendapat kesempatan untuk bertanya dan memberikan penilaian tentang Timur.

Sesuai prediksi, ada anggota parlemen yang mencecar Timur tentang persoalan-persoalannya pada masa lalu yang selama ini ramai menjadi isu publik. Salah satunya adalah tragedi Trisakti 1998.

Anggota Fraksi Golkar Bambang Soesatyo meminta Timur memaparkan dugaan adanya pelanggaran HAM yang dilakukan karena saat itu dirinya menjabat Kapolres Jakarta Barat. "Saat itu, situasi gawat di seluruh Indonesia. Tugas Kapolres hanya untuk mengamankan wilayah. Kalau tentang taktik dan strategi, itu semua dari atasan," jawabnya.

Jawaban Timur tersebut tidak direspons balik oleh penanya (Bambang Soesatyo). Timur juga tidak menjelaskan secara detail kejadian itu (kasus Trisakti) dan apa saja yang dilakukan saat kejadian. "Penanganan sudah melalui proses panjang. Ada tim pencari fakta," ungkapnya.

Panda Nababan dari PDIP menanyakan ketidakhadiran Timur ketika berkali-kali dipanggil Komnas HAM untuk menerangkan dugaan pelanggaran yang dilakukan. Timur menjawab bahwa itu merupakan perintah pimpinan. "Saya tidak melakukan kegiatan secara pribadi, tapi menjalankan perintah. Ketika itu, saya tidak boleh berangkat. Jadi, saya menurut," ujarnya.

Lagi-lagi, jawaban Timur tersebut tak direspons balik oleh si penanya (Panda), meski sebetulnya jawaban tersebut bisa dikritisi lebih lanjut.

Memilih Timur karena Kumis

UJI kepatutan dan kelayakan calon Kapolri Komjen Pol Timur Pradopo yang berlangsung di Komisi III DPR kemarin (14/10) diwarnai beberapa pertanyaan menggelikan. Sebab, pertanyaan itu tidak berkorelasi dengan jabatan Kapolri yang akan diemban Timur.

Salah satunya adalah pernyataan wakil rakyat tentang kumis Timur. "Saya ingat pesan ayah saya. Berikanlah kepercayaan kepada orang yang berkumis. Karena itu, saya percaya pada Pak Timur," ujar anggota komisi III Susaningtyas Nevo.

Tak pelak, pernyataan itu pun disambut ger-geran oleh seluruh anggota komisi III lainnya. Timur pun hanya nyengir mendengar pernyataan tersebut. Mantan Kapolda Metro Jaya itu enggan mengomentari dan hanya diam.

Anggota Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo juga menyindir kumis tebal Timur. Dia mengharapkan, jika nanti terpilih menjadi Kapolri, Timur harus bersikap tegas tanpa pandang bulu terhadap siapa pun yang bertindak kejahatan. "Saya minta Bapak tegas, setegas kumis Bapak," ujarnya berseloroh. Lagi-lagi jenderal polisi berbintang tiga itu hanya tersenyum sambil menganggut-anggut.

Sebelumnya, Tjatur Sapto Edy dari Fraksi PAN mengungkapkan bahwa banyak tokoh fenomenal yang sekampung halaman dengan Timur di Jombang, Jawa Timur. Ada Cak Nur (almarhum Nurcholish Madjid) dan Gus Dur. Dia pun berharap Pak Timur seperti tokoh-tokoh tersebut.

Pertanyaan lain yang tak kalah menggelikan diajukan anggota Fraksi PKS Bukhori Yusuf. Dia menanyakan apa saja aktivitas Timur selama 24 jam.

Mendapat pertanyaan tersebut, Timur mengaku, selama 32 tahun bertugas sebagai anggota polisi, dirinya sama sekali tidak pernah mengambil hak cuti. "Saya tidak sombong, ya tugasnya memang seperti itu," jawabnya.

Dia menjelaskan, dirinya mengawali hari dengan salat subuh. Nah, setelah itu, dirinya langsung bertolak ke kantor. "Rumah saya jauh. Kalau saya berangkat terlalu siang, pasti kena macet," jelas perwira tinggi yang kini menjabat Kabaharkam (kepala Badan Pemeliharaan Keamanan) itu.

Timur pun akhirnya curhat tentang kondisi keuangannya. Perwira kelahiran Jombang tersebut menyatakan bahwa seluruh gajinya diberikan kepada Irianti Sari Handayani, istrinya. "Saya sering kehabisan uang. Jadi, saya harus minta ke istri saya," tuturnya.

Dia menegaskan, seorang pemimpin harus bertanggung jawab, baik di dunia maupun akhirat. "Kalau kita merasa di depan kita ada Tuhan, kita akan bekerja maksimal," ucapnya.

Timur juga disindir tentang kinerja para polisi wanita (polwan). Anggota Fraksi PDIP Eva Kusuma Sundari menilai bahwa selama ini polwan hanya dijadikan aksesori kepolisian. Dia menjelaskan, karir polisi wanita di tubuh Polri dinilai kurang mendapat perhatian. Ada kesan polwan hanya dijadikan aksesori.

Eva meminta Timur lebih memperhatikan persoalan tersebut. Menurut dia, sangat sedikit polwan yang menduduki jabatan penting di tubuh Polri. "Bahkan, di polres pun sangat jarang," katanya.

Timur pun mengelak tuduhan tersebut. Dia menegaskan bahwa tidak ada diskriminasi dalam tubuh Polri. Terutama bagi anggota perempuan. "Semua sudah sesuai aturan kami," tegasnya.

Didampingi Ibunda

Ada anggota keluarga yang terus memantau proses fit and proper test (uji kalayakan dan kepatutan) calon Kapolri Komjen Pol Timur Pradopo di Komisi III DPR kemarin (14/10), meski hanya lewat layar kaca. Dia adalah bibi Timur di Jombang. Namanya Suwarti (78), yang mengaku sebagai pengasuh Timur sejak kecil.

Ketika ditemui di rumahnya, Dusun Legundi, Desa Gempol Legundi, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, dia menyaksikan tayangan televisi yang menyiarkan secara langsung proses fit and proper test Timur. Suwarti terlihat sangat serius. Dia ditemani puterinya, Wilujeng (27). "Kami bisanya hanya berdoa, semoga diberi kelancaran," kata Suwarti. Dia menambahkan, setiap habis salat lima waktu, dirinya mendoakan Timur yang ketika kecil dipanggil Timung itu.

Ketika ditanya lebih lanjut seputar Timur, Suwarti dan puterinya tidak mau menjawab. "Soalnya banyak juga orang di Jakarta yang tidak suka dengan Timung," kata Wilujeng. Karena itu, keluarga Timur mewanti-wanti bibi dan keponakan-keponakan Timur berhati-hati saat berkomentar ke media. "Soalnya, bisa juga komentar-komentar itu digunakan untuk menjatuhkan Timung," tambahnya.

Saat ditanya rencana keluarga jika Komjen Timur terpilih menjadi Kapolri, Suwarti mengatakan bahwa keluarga belum memiliki rencana apa-apa. "Belum kepikiran," ujarnya.

Di bagian lain, tempat tinggal Sriyati, ibunda Timur, di Jl Pattimura Gang 3 Blok F No 9, Desa Sengon, Kecamatan Jombang, kemarin siang tampak sepi. Ketika Radar Mojokerto (Jawa Pos Group) ke sana, pagar rumah dikunci dari dalam. Ketika pintu diketuk, tidak ada balasan dari dalam rumah. Kabar terakhir, Sriyati berada di Jakarta untuk mendampingi Timur. Sebelumnya, dia berziarah ke makam leluhur di Blitar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar