Laman

Sabtu, 16 Oktober 2010

KEKERASAN TERHADAP SISWA TERJADI LAGI

JAMBI EKSPRES:
Wali Murid Takut Lapor ke Polisi

Pemukulan terhadap siswa kembali terjadi. Aksi itu bahkan dilakukan seorang petugas Satuan Keamanan (Satpam) Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kelurahan Olakkemang, Kecamatan Pelayangan, yang kerap dipanggil Bojen (40).

Informasinya, lebih dari 30 siswa dipukul Bojen. Aksi ini bahkan sempat terekam di dalam salah satu handphone siswa. Peristiwa ini terjadi Rabu (13/10) lalu, sekitar pukul 08.00. Pemukulan dilakukan karena beberapa siswa dianggap melanggar, karena datang terlambat dan tidak memasukkan baju seragam ke dalam celana.

“Ceritonyo gini Bang. Pagi itu ado beberapa siswa yang datang telambat. Selain itu, ado jugo siswa idak masukin baju. Nah, Bang Bojen yang sudah nunggu di pintu gerbang sekolah langsung nendang dan mukul siswa yang telambat datang,” ungkap beberapa siswa MAN Olakkemang, kemarin (15/10).

Menurut pengakuan beberapa siswa yang melihat kejadian itu, ada lebih dari 30 siswa yang menjadi korban Bojen. Bahkan, tak sedikit yang mengeluh sakit di bagian perut dan mengalami memar.

Tak terima diperlakukan seperti itu, beberapa siswa mengadu pada orang tuanya. Puncaknya, seluruh siswa MAN yang berjumlah sekitar 314 siswa menggelar aksi pada Kamis (14/10) pagi. “Kamis pagi semua siswa demo. Kami minta kepsek nyari solusi. Kami dak terimo dibuat semena-mena. Waktu itu, ado jugo beberapa orang tua yang ikut menemui kepsek,” beber siswa yang tak mau namanya ditulis itu.

Namun, belum ada tindak lanjut dan solusi dari pihak sekolah. “Walau kami sudah demo dan beberapa orang tuo kami datang ke sekolah, tapi belum ado solusi dari kepsek,” keluh siswa ini. Sementara itu, Bojen tak berhasil dikonfirmasi. Pihak sekolah terlihat melindungi dan terkesan menutupi kasus ini.

Namun demikian, salah satu rekan Bojen, yang juga seorang satpam bernama Zulhadi, membenarkan pemukulan tersebut. Katanya, tindakan Bojen wajar. Sebab menurutnya, satpam bertugas menjaga ketertiban sekolah. Zulhadi juga menilai kalau satpam terlalu emosi saat melihat siswa bandel dan tidak disiplin, hingga secara tidak sadar melakukan tindakan itu.

“Peraturan melarang datang terlambat. Siswa juga harus disiplin, menjaga kerapian pakaian, rambut rapi dan memakai ikat pinggang. Mereka ini sudah terlalu sering dinasehati, namun tetap saja bandel. Saya kira itu tindakan yang masih wajar. Ibaratnya seorang ayah yang memecut anaknya jika bandel. Itu dilakukan untuk kebaikan anaknya juga. Tolong jangan ditafsir dengan yang tidak-tidak,” kata Zulhadi.

Namun, tidak ada yang melaporkan kejadian itu ke pihak kepolisian. “Intinya ini hanya selisih paham saja. Pagi itu juga para orang tua melakukan mediasi dengan pihak sekolah. Bahkan, orang tua mereka malah minta maaf dengan kepala sekolah, sebab apa yang dilakukan oleh satpam itu sudah benar. Semuanya sudah clear dan jangan diperpanjang,” bebernya.

Terpisah, Kepala Sekolah MAN Olakkemang Husniyati, saat dikonfirmasi membenarkan peristiwa itu. Menurutnya, masalah yang menimpa anak didiknya ini telah diselesaikan. “Masalah sudah kami selesaikan dengan orang tua siswa. Semuanya sudah saling memaafkan,” katanya singkat.

Terkait keberatan dari para wali murid sehingga siswa menggelar demo, dibantah Husniyati. “Tidak ada demo,” tegasnya. Di sisi lain, beberapa wali murid ketika ditemui Jambi Independent mengaku tak puas dengan penjelasan Husniyati. “Pemukulan ini tidak patut dilakukan. Apalagi terjadi di lembaga pendidikan,” kata wali murid yang minta namanya tak disebut.

Sebenarnya dia ingin memperkarakan peristiwa itu ke jalur hukum. Namun lantaran takut dan tak banyak wali murid yang se-ide dengannya, maka dia enggan melanjutkan niatnya. “Para wali murid banyak yang takut jika anaknya dikeluarkan dari sekolah, dan terjadi hal yang tak diinginkan,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar