JAMBI EKSPRES:
Salah satu masalah yang paling sering dibicarakan oleh pelaku bisnis digital startup adalah soal akuisisi. Sebuah startup yang diakusisi setidaknya telah membuktikan kualitasnya karena dipercaya investor. Apa saja yang membuat sebuah startup layak diakuisisi? Pertanyaannya kemudian, apakah bisnis digital yang dirintis harus rela diakuisisi? Kemudian, apa saja keuntungan jika diakuisisi? Apakah masih bisa menjalankan visi misi awal saat bisnis telah diakuisisi?
#StartupLokal Meetup v.9 yang berlangsung Kamis (6/1/2011) malam di Blacksteer fX Entertainment Center mendiskusikan masalah akuisisi tersebut. Mengusung tema "Acquitition, Take It or Leave It", pertemuan ini menghadirkan beberapa pembicara yakni Satya Witoelar, pentolan Koprol yang kini diakuisisi Yahoo!, Antonny Liem, COO PT Merah Cipta Media, dan Willson Cuaca, CEO Apps Foundry and Managing Partner in East Ventures.
Willson Cuaca menguraikan beberapa hal yang dilihat investor saat hendak mengakuisisi sebuah bisnis digital. Hal-hal tersebut berguna bagi para startup yang ingin mengembangkan bisnis dengan melirik kemungkinan akuisisi atau mengejar investasi dari luar.
"Tiga hal penting yang biasa kita lihat sebelum mengakuisisi bisnis adalah orang yang mengelolanya, produk yang dihasilkan, dan potensi pasar yang bisa disasar," jelas Willson. Produk yang dihasilkan menurutnya harus bisa dipakai banyak orang sehingga potensi pasarnya besar.
Willson yang perusahaannya telah berinvestasi di Tokopedia.com dan Urbanesia.com menambahkan, "Sekarang yang harus disiapkan adalah, apakah produk kalian ada yang memakainya. Kemudian target user-nya bagaimana, ada feedback tidak dari user. Lalu setelah itu, bagaimana rencana pengembangan bisnisnya."
Menurutnya, pemilik startup harus fokus ke produk dan jangan terlalu terbuai untuk fokus kepada cara menghasilkan uang atau me-monetize produknya. Sebab, begitu fokus untuk mencari uang, pengembangan produk bisa mandeg dan membuka peluang pesaing untuk mengejar.
Ia mengatakan investor seringkali tak langsung melihat apakah dalam waktu cepat perusahaan yang akan diakuisi segera menghasilkan uang. Contohnya, Tokopedia. Sejak diakuisisi sampai saat ini, Tokopedia belum menghasilkan revenue atau keuntungan sepeserpun.
Namun, potensi market yang berhasil digarap mengalami peningkatan pesat. Sebelum diakuisisi, cerita Willson, Tokopedia hanya memiliki anggota kurang dari 10.000 orang. Begitu diakuisisi, dalam beberapa bulan, penggunanya naik menjadi sekitar 70.000 orang dan yang menarik transaksi jual beli di Tokopedia naik dari sekitar Rp 300 juta menjadi Rp 2,5 miliar setiap bulannya.
Inilah potensi pasar yang menarik buat investor. Bayangkan saja, 70.000 orang menghasilkan transaksi 2,5 miliar. Sementara, pengguna internet Indonesia saat ini saja mencapai 45 juta orang menjadi potensi market yang masih sangat besar. Meski revenue masih nol, potensi pasar yang besar bikin giler investor dan akan menjadi fokus saat ini adalah menggapai market tersebut.
Seperti orang kawin
Tapi, tidak semua startup sukses dilirik investor apalagi mendapat tawaran akuisisi. Menurut, Antonny yang juga menjadi Managing Director Klix Digital, pendekatan antara startup dengan investor seperti halnya pasangan yang akan kawin.
"Proses akuisisi dan investasi itu seperti kawin. Jadi, kita juga harus melihat karakter pelaku bisnisnya. Konsep bisnis, produk yang dihasilkan dan prospek pasar memang penting, tapi orangnya juga enggak kalah penting," ujar dia.
Hal tersebut juga dikatakan Satya Witoelar yang berbagi pengalaman akuisisi Koprol oleh Yahoo. Mirip orang mau kawin, pihak yang akan diakuisisi harus bisa melihat dahulu apa yang akan disasar oleh pihak yang mengakuisisi. Setelah itu, perlu dilihat kemungkinan perkembangan bisnis setelah diakuisisi serta berbagai keuntungan lainnya.
Satya mengatakan, sebelum Koprol diakuisisi oleh Yahoo, ada berbagai pertimbangan yang dilihat. Misalnya tentang karyawan, bagaimana posisi mereka setelah diakuisisi. Hal yang menyangkut kesejahteraan karyawan dan fasilitas yang mendukung pekerjaan karyawan juga merupakan faktor yang mesti dilihat. Intinya bagaimana dengan nasib Koprol setelah diakuisisi.
"Saat Yahoo! akan mengakuisis Koprol mereka ingin mengembangkan produk yang cocok untuk emerging market. Tapi tidak hanya produknya yang mereka inginkan. Yahoo juga ingin mengetes kemampuan sumber daya di Indonesia," ujar Satya. Pertimbangan tersebut yang membuat Koprol merasa cocok dan mau diakuisisi.
Ia memandang proses akuisisi perlu. Sebab, tak bisa dipungkiri, bisnis digital startup membutuhkan modal dan resource pendukung yang cukup untuk bisa terus dijalankan. "Saat sebelum diakuisisi, kita kere banget waktu itu," kata Satya. Sayangnya, Satya tak berkenan memberikan nominal akuisisi yang mungkin bisa jadi pertimbangan bagi para start up lainnya.
Namun menurutnya, sebelum proses akuisisi, pebisnis tak bisa hanya melihat permasalahan uang yang ditawarkan. Hal lain yang harus dilihat adalah sejauh mana visi misi bisnis pada awalnya bisa di-support. "Dalam proses akuisisi kita minta rencana dan produk kita didukung. Apa yang kita mau harusnya bisa terwujud setelah proses akuisisi," jelasnya.
Meski kemudian merasa bahwa dirinya menjadi seperti karyawan sekarang, Satya merasa sejauh ini apa yang diberikan Yahoo! sesuai dengan apa yang diharapkan. Diakuinya, pekerjaannya di Koprol kini terasa lebih ringan bahkan bisa liburan, namun ia punya kesempatan lebih besar untuk mengembangkan ide-ide baru di perusahaan berskala global. Inilah bonus atau boleh dikatakan mimpi yang mungkin dirasakan para penggagas Koprol saat ini karena bisa belajar dari perusahaan yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar