Presiden yang didampingi sejumlah tokoh agama dan sejumlah anggota Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II menyampaikan, pembakaran kitab suci agama apa pun dan juga perusakan rumah ibadah serta kekerasan adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan.
Sikap Presiden langsung mendapat respons di dunia maya. Di situs jejaring sosial Facebook dan Twitter, Presiden ditantang untuk juga menyampaikan sikap yang sama terkait aksi kekerasan yang menodai kebebasan beragama di negeri sendiri.
Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dalam "kicauannya" di Twitter berujar, "Konpers SBY soal pembakaran Al-Quran membuktikan komitmennya soal pluralisme sangat parsial dan diskriminatif. Dia diam soal Ahmadiyah dan HKBP. Terlalu politisi."
Burhanuddin merujuk pada dua peristiwa kekerasan di Indonesia yang dialami oleh jemaah Ahmadiyah dan jemaat Huria Kristen Batak Protestan. Karena perbedaan pandang soal teologi, sejumlah rumah dan masjid jemaah Ahmadiyah diserang warga. Sementara itu, peristiwa HKBP merujuk pada konflik antara warga Bekasi dan jemaat HKBP menyangkut pendirian gereja.
Komentar yang sama juga dilontarkan seorang pengguna Twitter, Romanus Sumaryo. Ia menulis, "Terhadap niat Terry Jones SBY bisa imbau keras PBB untuk bertindak. Terhadap kasus-kasus ormas anarkis di dalam negeri bisakah dia mengimbau dirinya sendiri?"
Di Facebook, pidato Presiden juga tak luput dari komentar. Seorang Facebooker, Widyaputranto, menulis di update status-nya, "SBY berani enggak bikin jumpa pers mengecam pembakaran gereja di Indonesia, kekerasan terhadap Ahmadiyah, kebebasan beragama, kebebasan membangun rumah ibadat di Indonesia? Jangan cuma numpang isu untuk kepentingan pencitraan aja...giliran urusan pencitraan cepet banget reaksinya...langsung pidato...."
Namun, tak semua aktivis dunia maya mengkritik. Ada juga yang mendukung. "Mantap Pak! Jangan kecolongan wibawa lagi," ujar pengguna Twitter, Dennnnn, mengomentari sikap Presiden yang berbicara langsung dengan Sekjen PBB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar