JAMBI EKSPRES:
Hasyim : FPI Dibubarkan Muncul FPI Perjuangan
Tokoh Islam Indonesia, Hasyim Muzadi menegaskan, bila Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan, maka bisa saja akan muncul FPI Perjuangan dan atas dasar itu ia tidak setuju dengan desakan tersebut.
"Jangan bubarkan ormas. Kalau itu terjadi pada FPI bisa saja berganti jadi FPI Perjuangan," ujar Hasyim usai memberikan ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan oleh Pemkot Bekasi, Selasa malam.
Presiden agama-agama sedunia itu menegaskan yang diperlukan adalah penegakan hukum bagi pelakunya bukan dengan membubarkan ormas tersebut.
"Kalau dibubarkan dan selanjutnya ganti nama itukan percuma," ujar mantan ketua umum PBNU itu.
Hasyim menyatakan pada Selasa siangnya baru bertemu dengan Habib Rizieq dan menyarankan agar FPI tidak melakukan kegiatan apa pun selama dua bulan kedepan.
Upaya itu diperlukan untuk melihat apakah kekerasan yang terjadi memang disebabkan oleh FPI atau ada aktor intelektual di belakangnya.
"Bila dalam dua bulan masih terjadi kekerasan berarti bukan FPI yang memicu terjadinya berbagai kasus kekerasan," ujarnya.
Hasyim menegaskan, kasus kekerasan yang berkedok agama yang murni disebabkan oleh faktor agama adalah hanya 30 persen saja selebihnya yang 70 persen disebabkan oleh ekonomi, politik, dan sebagainya.
"Saya telah mendamaikan kasus kekerasan terhadap agama di berbagai negara dalam konteks selaku presiden agama-agama sedunia," ujarnya.
Ia mencontohkan kasus di Irak oleh banyak orang disebut penjajahan Kristen terhadap Islam apalagi George W Bush menyatakan itu sebagai perang suci, padahal persoalan sebenarnya adalah keinginan Amerika menguasai minyak di negara itu.
Begitu juga dengan kekerasan di Sudah Selatan. Ketika di negara miskin itu tiba-tiba ditemukan cadangan minyak yang sangat banyak, berbagai perusahaan asing masuk ke sana.
Persoalannya mereka perlu tempat yang luas untuk menjalankan bisnis dan cara yang digunakan adalah dengan membenturkan agama Islam dengan kelompok kristen.
"Cara itu mudah dilakukan dengan biaya yang murah. Maka terjadilah eksodus umat Islam Sudan dalam jumlah hingga 3 juta orang dari negerinya sendiri. Setelah itu, warga yang tinggal menuntut agar daerah mereka menjadi negara baru," ujarnya.
Kekerasan berkedok agama, menurut ulama NU itu, sangat mudah dilakukan. Hanya dengan modal dua liter bensin. Satu liter digunakan untuk membakar masjid dan satu liter lainnya untuk gereja, maka bisa saja terjadi kekerasan.
"Umat harus hati hati dan jeli menyikapi. Jangan sampai terpancinglah," tegasnya.
Habib Rizieq: Islam Tidak Menolak Pluralisme
Ketua DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq (kanan) bersama pendiri ESQ 165 Ari Ginanjar Agustian (kiri) dan anggota DPR dari PKS Al Muzammil Yusuf (tengah) saat pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) FPI di Gununggeulis, Sukaraja, Bogor, Jabar, Jumat (8/10) malam. Kegiatan yang diikuti perrwakilan FPI seluruh daerah se-Indonesia tersebut membahas agenda kerja serta menanggapi isu-isu terkini yang terkait dengan masalah nasional.
Ketua Umum Front Pembela Islam, Habib Rizieq Shihab menyatakan, Islam tidak pernah menolak pluralisme sepanjang tidak mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran lain.
"Islam sangat toleran, sangat jelas mengajarkan bagaimana menghargai orang lain. Islam tidak menolak pluralitas, kemajemukan, keberagaman. Yang penting jangan mencela ajarannya, qurannya dan keyakinanya," katanya saat membawakan Khutbah Jumat di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, Jumat.
Namun begitu, ia mengemukakan jika pluralisme bukan lahir dari agama Islam, sehingga haram hukumnya bagi ummat Islam untuk mengikutinya.
"Islam selalu menghargai agama lain, bahkan Yahudi. Tetapi kalau Ahmadiyah baru ada, dan hanya menciplak agama Islam," ucapnya.
Ia meminta ketegasan pemerintah membubarkan Ahmadiyah di Indonesia apapun resikonya, karena sama sekali berbeda dengan ajaran Islam.
Habib berada di Makassar untuk menghadiri Musyawarah Besar FPI Sulsel, yang akan menetapkan kepengerusan baru, 18 Februari 2011.
Sejumlah anggota FPI terlihat memadati aula lantai I Al Markas, tempat Musyawarah Besar berlangsung.
Hanya saja, Ketua FPI Sulsel, Habib Muchsin Ja`far Al Habsy, belum mau memberikan keterangan dengan alasan dirinya ketua demisioner yang tidak punya wewenang.
Selain menghadiri Mubes, Habib akan memenuhi undangan tablig akbar yang digelar Forum Umat Islam (FUI) Bulukumba sekaligus meresmikan FPI setempat.
Sebelumnya, pengikut Ahmadiyah di Makassar menyatakan tidak khawatir soal rencana kedatangan Habib Rizieq.
Juru bicara Ahmadiyah Makassar, Muh Muhtiar Ahmad, mengatakan siapa pun bebas berkunjung ke kota ini selama memberi kebaikan dan tidak mengganggu orang lain.
MAU AMN NGGAK ? AHMADIYAH AGAMA BARU.
Tokoh ulama Indonesia, KH Hasyim Muzadi menegaskan, bila pengikut Ahmadiyah ingin menjalankan ajaran agamanya dengan aman, maka mereka harus menjadi agama baru bukan tetap mengaku Islam tapi dengan mengakui nabi lain setelah Rasulullah dan memiliki kitab suci sendiri.
"Saya kira memang begitu, Ahmadiyah harus jadi agama baru dan kalau sekarang kan tidak jelas kemana. Mau masuk lintas agama juga tidak," ujarnya usai memberikan ceramah maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan Pemkot Bekasi di Masjid Agung Al Barkah, Selasa malam.
Umat Islam dimintanya tidak usah mendekati ahmadiyah karena memang ajarannya menyimpang. Selain itu, diiingatkannya agar tidak melakukan kekerasan, karena dalam berdakwah hal itu tidak diperlukan.
Presiden agama-agama sedunia itu menegaskan, pembubaran ahmadiyah harus dilakukan oleh pemerintah dan bukan dilakukan oleh umat Islam. Disinggung sikap pemerintah ia menegaskan agar tidak menanyakan karena dirinya bukan Presiden.
Mantan ketua umum PBNU itu menegaskan, seluruh ulama di dunia menegaskan, Ahmadiyah itu menyimpang dan merupakan aliran sesat.
Ia menegaskan, persoalan Ahmadiyah jadi mencuat besar disebabkan adanya dukungan oleh pihak-pihak lain yang anti Islam.
Kekerasan terhadap Ahmadiyah seperti kasus di Cikeusik, dan kasus lain kekerasan lainnya harus disikapi dengan bijak oleh umat disebabkan adanya indikasi politik didalamnya.
"Dalam banyak kasus, aktor intelektual di belakangnya tidak pernah ketemu, termasuk insiden di Ciketing yang tidak diketahui siapa penusuknya," ujar Hasyim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar