JAMBI EKSPRES:
Harapan Kaum Waria
Satpol PP Tak Lagi Gunakan Kekerasan
Selasa, 22 Februari 2011 | 12:22 WIB
Sabrina Asril Forum Komunikasi Waria Se-Indonesia, Selasa (22/2/2011), mengadu ke Kepala Satpol PP, Effendi Anas agar razia Satpol PP tidak lagi menggunakan kekerasan.
Forum Komunikasi Waria Se-Indonesia mengadu ke Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta agar tak lagi menggunakan kekerasan saat merazia para waria. Mereka juga meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memerhatikan keberadaan mereka dengan memberikan identitas melalui kartu tanda penduduk.
Demikian disampaikan Yuli, Selasa (22/2/2011), saat berdialog dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Effendi Anas di Kantor Satpol PP di Balaikota DKI. Selama ini, menurut Yuli, aksi razia Satpol PP sering kali melanggar hak para waria.
"Contohnya, pemukulan dan dipaksa saat razia. Paling utama di Taman Lawang, lalu dibawa ke Kedoya," ucap Yuli.
Dengan kondisi seperti itu, Yuli meminta ada perhatian dari pemerintah. Pasalnya, tidak semua waria yang dirazia merupakan penjaja seksual. "Dalam sekali razia bahkan bisa 50-60 waria ditangkap," ujar Yuli.
Selain meminta perlakuan manusiawi, Yuli juga memohon Pemerintah Provinsi DKI memberikan identitas dan tempat khusus untuk berkreasi, tidak seperti yang terjadi kini, yakni waria terpaksa harus kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP.
"Kami juga ingin seperti warga lain yang punya KTP. Kami ingin diakomodasi agar bisa mengapresiasikan dan ada fasilitas untuk berkreasi bersama melakukan kegiatan-kegiatan positif," ujar Yuli.
Dia menyebutkan, sebagian besar waria di Jakarta berasal dari daerah dan kebanyakan tidak memiliki KTP. Di ibu kota, total waria mencapai 4.000 orang. Mereka tersebar di sekitar Setia Budi, Prapanca, dan Jatinegara.
"Bersama-sama kami meminta pemerintah memberikan tempat berkreasi dan meminta KTP," kata Yuli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar