JAMBI EKSPRES:
Alasan di Balik "Pembunuhan" Situs Wikileaks
Ternyata situs pembongkar kebusukan negara Amerika sekarang telah dibunuh oleh pemilik domain !!
WikiLeaks atau Wikileaks adalah organisasi internasional yang bermarkas di Swedia. Situs Wikileaks menerbitkan dokumen-dokumen rahasia sambil menjaga kerahasiaan sumber-sumbernya. Situs tersebut diluncurkan pada tahun 2006.
Organisasi ini didirikan oleh disiden politik Cina, dan juga jurnalis, matematikawan, dan teknolog dari Amerika Serikat, Taiwan, Eropa, Australia, dan Afrika Selatan. Artikel koran dan majalah The New Yorker mendeskripsikan Julian Assange, seorang jurnalis dan aktivis internet Australia, sebagai direktur Wikileaks. Situs Wikileaks menggunakan mesin MediaWiki.
Pada Juli 2010, situs ini mengundang kontroversi karena pembocoran dokumen Perang Afganistan.
Situs WikiLeaks sejak Jumat siang, 3 Desember 2010, tidak bisa lagi diakses di Internet. Padahal banyak kalangan di penjuru dunia masih penasaran dengan rentetan informasi informasi berupa kumpulan memo diplomatik bersifat rahasia atau terbatas milik pemerintah AS yang dimuat laman itu.
Menurut kantor berita Associated Press, Wikileaks mulai diberhentikan operasinya pada Kamis jam 10 malam waktu Amerika Timur (ET) oleh penyedia domain, EveryDNS.net. Perusahaan itu beralasan terpaksa memutus akses ke wikileaks.org karena kewalahan menghadapi serangan peretas (hacker) atas laman tersebut sehingga bisa merusak infrastruktur.
Salah satu serangan hacker dapat mengganggu stabilitas sistem EveryDNS, yang membawahi 500.000 alamat situs Internet. “WikiLeaks.org telah menjadi sasaran dari berbagai serangan penolakan layanan. Serangan yang telah ada dan yang akan datang akan mengancam stabilitas infrastruktur EveryDNS.net,” demikian pernyataan perusahaan itu.
Serangan bertubi-tubi terjadi di bagian link KEEP US STRONG, yang terdapat di laman WikiLeaks. Itu adalah bagian donasi bagi mereka yang ingin menyumbangkan uang untuk keberlangsungan laman wilileaks.org.
Wikileaks founder Julian Assange speaks a news conference at the Frontline Club in central London
Dalam pesan di Twitter, pengelola WikiLeaks mengungkapkan bahwa akses ke laman mereka sudah diputus oleh pembuat domain asal AS, EveryDNS.net. "Domain Wikileaks.org dibunuh oleh everydns.net setelah mengaku menerima serangan massal. TETAP DUKUNG KAMI," tulis pengelola WikiLeaks.
Sebelumnya, laman WikiLeaks juga dilumpuhkan oleh penyedia hosting, juga asal AS, Amazon.com Inc. Perusahaan itu telah menggusur WikiLeaks dari jaringan server mereka setelah mendapat tekanan dari anggota kongres AS.
Amazon berdalih bahwa WikiLeaks telah melanggar kontrak, namun tidak disebutkan pelanggaran apa yang dilakukan. Saat itu, WikiLeaks mengaku tidak khawatir dengan manuver Amazon karena bisa memindahkan gudang data mereka ke server di Eropa.
Namun, setelah langkah dari EveryDNS.net, WikiLeaks.org tidak bisa diakses. Sebelum dibunuh penyedia domainnya, WikiLeaks baru mengunggah sekitar 600 dari 251.287 dokumen yang mereka peroleh.
Satu set dokumen itu menghimpun laporan kawat diplomatik dari tanggal 28 Desember 1966 hingga 28 Februari 2010. Kumpulan data berasal dari 274 Kedubes, konsulat, dan kantor misi diplomatik AS di mancanegara. Harian Inggris yang memuat secara khusus bocoran WikiLeaks, The Guardian, mendata bahwa 3.059 memo berasal dari Kedutaan Besar AS di Jakarta.
Inilah Sebagian Dokumen Tentang Indonesia yang Dibocorkan Wikileaks
Wikileaks memiliki sebanyak 3.059 dokumen rahasia Amerika Serikat yang terkait Indonesia. Dokumen itu merupakan semacam laporan diplomatik yang dikirim dari Kedubes AS di Jakarta dan Konjen AS di Surabaya. Situs Wikileaks berjanji akan mempublikasi dokumen itu secara bertahap.
Dan ternyata Wikileaks mulai menepati janjinya. Tiga buah dokumen mengenai Indonesia sudah dirilis. Dokumen itu dibuat dalam bentuk
Congressional Research Service (CSR), lembaga think tank Kongres AS. Dokumen CRS ini biasanya menjadi dasar bagi Senat dan DPR AS dalam mengambil kebijakan. Berikut isi dokumen tersebut:
Masalah Timor Timur
CRS Report RS20332
East Timor Crisis: US Policy and Options
5 November 1999
*Pemerintahan Bill Clinton menekan RI agar menerima kehadiran pasukan perdamaian internasional di Timor Timur usai jajak pendapat 1999.
*Menghentikan kerja sama militer AS dan Indonesia dan mengancam sanksi lebih keras bila tak mau bekerja sama, mengendalikan milisi, dan memulangkan 200 ribu pengungsi Timor Timur.
*Mendukung keputusan IMF dan Bank Dunia menghentikan bantuan mereka untuk Indonesia.
* Bantuan yang dihapus untuk tahun 2000 antara lain bantuan ekonomi 75 juta dolar AS, Economic Support Funds 5 juta dolar AS dan IMET 400 ribu dolar
Tentang Pemilu 2004
CRS Report RS21874 Analyst in Southeast and South
Asian Affairs 20 Mei 2005
*SBY disebut the thinking general
*Bila Wiranto jadi presiden, hubungan RI dan AS akan sangat rumit karena Kongres AS menaruh perhatian besar pada isu pelanggaran HAM di Timor Timur.
*Suksesnya Pemilu 2004 meneguhkan dominasi partai sekuler, yaitu Golkar, PDIP, dan Partai Demokrat.
Pelatihan Kopassus
Dokumen Joint Combined Exchange Training (JCET) and Human Rights Background and Issues for Congress
26 Januari 1999
*Sejak 1992, Kongres AS memutus program Pelatihan dan Pendidikan Militer In ternasional (IMET) untuk Indonesia setelah tragedi Santa Cruz.
* Namun, di bawah program JCET Dephan yang di setujui oleh Deplu, pasukan Baret Hijau AS melatih 60 anggota pasukan khusus TNI di Indonesia yang sebagian besar Kopassus. JCET berdalih pelatihan murni militer meskipun kurikulum latihan perang kota berjudul ‘crowd control’.
*April 1998, anggota Kongres AS menyurati Menteri Pertahanan Cohen Evans yang menyebut program JCET mengakali larangan Kongres. JCET dihentikan 8 Mei 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar