Obama Bersumpah Kalahkan Al Qaeda
Selasa, 8 Februari 2011 | 03:25 WIB
Presiden AS Barack Obama menyapa personel militer AS di Camp Victory, Baghdad, Irak.
Presiden Barack Obama bersumpah mengalahkan Al Qaeda dan mengatakan bahwa Taliban tidak akan pernah bisa mengambil alih Afganistan.
"Saya tidak bisa mengatakan dengan keyakinan 100 persen. Namun, saya yakin bahwa pasukan kita telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Mereka lebih bersifat ofensif ketimbang defensif dan kami tengah memulai kembali transisi sehingga pasukan keamanan Afganistan akan mengambil alih kendali," kata Obama.
Ketika ditanya televisi Fox, Senin (7/2/2011), apakah Amerika Serikat akan memenangkan perang sembilan tahun di Afganistan, Obama mengatakan "Saya bisa katakan bahwa kita akan mengalahkan Al Qaeda, dan Taliban tidak akan mengambil alih Afganistan lagi. Namun, Taliban masih menjadi unsur masyarakat di Afganistan."
Dalam pidato kenegaraannya bulan lalu, Obama menegaskan janjinya untuk menarik mundur beberapa dari 100.000 pasukan AS pada Juli dan memulai penyerahan tugas kendali keamanan kepada tentara Afganistan.
Sejumlah pejabat tinggi AS menyebutkan bahwa penarikan mundur pada pertengahan 2011 akan melibatkan sejumlah kecil pasukan, sementara para pemimpin NATO menargetkan penyerahan kendali keamanan kepada pasukan Afganistan pada akhir 2014.
Bom di Gereja Mesir
Korban Ledakan Jadi 21 Orang Tewas
Jumlah korban tewas akibat ledakan di sebuah gereja di Alexandria, Mesir, Sabtu (1/1/2011) dini hari, meningkat dari tujuh orang menjadi 21 orang. Jumlah ini disampaikan oleh pejabat senior Kementerian Kesehatan Mesir, Osama Abdel Moneim.
Saat ini 21 jenazah tersebut telah dibawa ke rumah sakit di kota itu. Korban adalah umat gereja yang baru saja selesai mengikuti misa Tahun Baru di kota kedua terpadat di Mesir tersebut. Tak kurang dari 1.000 orang mengikuti misa di gereja yang terletak tak jauh dari pelabuhan Mediterania tersebut.
Polisi tengah melakukan investigasi pada saat ini. Dugaan sementara, bom berasal dari sebuah mobil yang berada di depan gereja. "Saya sedang berada di dalam gereja ketika mendengar ledakan. Tubuh manusia pun langsung terbakar," kata Adel, seorang umat, kepada The Associated Press.
Belum ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Namun, Wali Kota Alexandria, Adel Labib, menuding jaringan Al Qaeda sebagai dalang dari ledakan tersebut.
Tujuh Anggota Al Qaida Ditangkap
Satu sumber informasi terpercaya mengatakan kepada IRNA Rabu malam mengenai penangkapan tujuh anggota kelompok Al Qaida di Kotapraja Sardasht, yang terletak di provinsi Azerbaijan Barat, di bagian selatan Iran.
Sumber yang keberatan disebutkan namanya ini menegaskan dalam wawancara eksklusif di Azarbaijan, bahwa penangkapan para anggota Al Qaida itu telah diidentifikasi sekitar sebulan lalu oleh pejabat intelijen Iran dan surat perintah penangkapan telah dikeluarkan bagi mereka oleh pejabat kehakiman.
"Orang-orang ini telah memulai kegiatan mereka di wilayah itu selama beberapa tahun terakhir dengan tujuan untuk menyebarkan ajaran Islam versi Salafi dan Wahabi kepada orang-orang di wilayah tersebut, termasuk menabur benih perselisihan antara saudara-saudara Syiah dan Sunni di Azerbaijan," katanya.
Penangkapan agen-agen Al Qaida di wilayah itu adalah hasil upaya tak kenal lelah dari puluhan petugas intelijen Iran selama berbulan-bulan dan tokoh-tokoh yang ditangkap telah diserahkan kepada pejabat pengadilan untuk dihadapkan ke pengadilan.
Mereka juga menyita sejumlah buku dan pamflet Al Qaida, sekte Wahabi dan Salafi, serta sejumlah anggota suku lain yang kurang dikenal ditemukan dan disita.
Foto dari tahun 2008 yang menunjukkan interior gereja Katolik Our Lady of Salvation, Baghdad, Irak. Di dalam gereja inilah orang-orang bersenjata menyandera sekitar 100 umat yang sedang menghadiri misa, Minggu (31/10).
Saluran TV swasta Al-Baghdadiya di Irak ditutup karena komisi yang memberi izin media menganggapnya sudah menjadi "corong bagi teroris".
Stasiun TV yang bermarkas di Mesir yang programnya sebagian besar dipusatkan di Irak itu ditutup karena telah menyiarkan tuntutan para gerilyawan Al Qaida dalam drama penyanderaan di sebuah gereja di Baghdad, Ahad.
Penyanderaan itu berakhir dengan 46 orang Kristen tewas. "Penutupan itu dilakukan setelah keputusan atas Al-Baghdadiya karena melanggar aturan dan ketentuan mengenai organisasi media siaran," kata Komisi Komunikasi dan Media Irak dalam pernyataannya.
"Saluran itu telah menyiarkan apa yang mereka katakan sebagai ’permintaan para penyandera’. Saluran itu telah berubah menjadi corong teroris," kata komisi itu.
Selain ditutup, dua staf Al-Baghdadiya pun ditangkap dengan tuduhan bahwa mereka berhubungan dengan para penyandera. Namun beberapa sumber keamanan menyebutkan, satu dari dua staf itu telah dibebaskan.
Dalam hubungan telpon dengan Al-Baghdadiya, orang-orang bersenjata itu menyuarakan tuntutan yang mencakup pembebasan gerilyawan yang dipenjara di Irak dan Mesir.
Tentara Irak telah memutus aliran listrik stasiun TV swasta itu hari Senin. Akibatkan siaran terhenti selama sekitar 15 menit. Ketika transmisi itu kembali berfungsi, itu berasal dari luar Irak.
Staf Al-Baghdadiya, Muntazer al-Zaidi, mendadak terkenal setelah dia melemparkan sepatunya ke arah mantan Presiden Amerika Serikat George W.Bush pada Desember 2008.
Jerman Siaga Terhadap Serangan Al Qaeda
Jerman mengatakan pada Rabu (17/11/2010), pihaknya memiliki bukti kuat kelompok Islam, sayap Al Qaeda sedang merencanakan penyerangan.
Inggris dan Jerman merupakan sasaran mereka dalam dua minggu ke depan. Pemerintah Jerman telah menyiagakan keamanan di sejumlah sasaran potensial, seperti stasiun kereta dan bandar udara.
Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere mengatakan, informasi muncul setelah serangkaian bingkisan berisi bom yang dikirim dari Yaman ke beberapa sasaran di AS akhir Oktober.
Termasuk serangan bom parsel, yang dikirim militan Yunani ke sejumlah sasaran, di antaranya Kanselir Jerman Angela Merkel.
"Situasi keamanan di Jerman sudah menjadi serius. Kami memiliki indikasi kuat pada rencana serangkaian serangan pada akhir November ini," kata De Maiziere dalam konferensi pers.
De Maiziere mengatakan informasi diterima dari seorang mitra internasional setelah insiden Yaman, mengingatkan serangan terencana pada bulan ini.
Hasil penyelidikan polisi Jerman yang berhubungan dengan sumber dari masyarakat Muslim, telah memastikan upaya kelompok tersebut dalam pelaksanaan sejumlah serangan di Jerman.
Karena hal tersebut, polisi Jerman telah menaikkan tingkat kewaspadaan pada sasaran potensial seperti bandar udara dan stasiun kereta api.
"Tidak ada alasan untuk merasa cemas. Kami tidak akan terintimidasi oleh kelompok teror internasional, baik mengenai cara hidup kami, maupun budaya atau kebebasan kami," kata menteri tersebut.
De Maiziere mengatakan situasi itu dapat disamakan dengan tingkat kewaspadaan keamanan ketika pemilihan umum federal Jerman pada 2009.
Menteri De Maiziere, seorang figur senior dalam pemerintah tengah-kanan Merkel, awalnya telah mengendurkan ancaman bulan lalu saat Amerika Serikat dan Inggris mengumumkan peringatan bahwa kemungkinan Jerman dan Prancis ditargetkan oleh Al Qaida dan kelompok teror sekutunya.
Tetapi awal bulan ini ia mengakui ada indikasi ancaman serius terhadap Eropa dan Amerika Serikat.
Jerman telah lama dipandang sebagai sasaran potensial karena telah menugaskan 4.590 personel militer ke Afghanistan, kontingen terbesar ketiga dalam 150.000 tentara pasukan internasional guna melawan Taliban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar