Laman

Kamis, 30 Desember 2010

8 FAKTA TENTANG KECANDUAN SEKS

JAMBI EKSPRES:
foto
Kecanduan seks, tampaknya istilah ini cukup populer belakangan ini bukan?

Tak sedikit selebritis, baik dalam maupun luar, yang tertangkap basah berselingkuh dari pasangannya. Mereka kemudian mengaku sebagai pecandu seks, sebut saja seperti Tiger Woods misalnya. Anda mungkin bertanya-tanya apakah kecanduan seks itu nyata atau hanya sekedar perilaku seksual yang egois? Demi menjawab pertanyaan tersebut, sepertinya kita perlu membaca lebih dulu 8 fakta lebih dalam tentang sex-addict berikut ini.

1. Ada kriteria khusus untuk mendiagnosa kecanduan seks.

Bagaimana Anda tahu kalau diri sendiri atau pasangan adalah seorang yang kecanduan seks? "Kecanduan seks, sama seperti kecanduan lainnya, harus didiagnosa lebih dulu melalui berbagai pemeriksaan atau tes khusus,' ujar Connie Stapleton, PhD, selaku psikolog berlisensi di Augusta, Georgia. "Apakah perilaku seksual Anda menyebabkan masalah dalam kehidupan, seperti hubungan dengan pasangan atau merusak konsentrasi kerja? Jika ya, maka penting untuk segera mencari tahu penyebab sebenarnya."

Dr. Stapleton menambahkan, tanda-tanda seorang kecanduan seks adalah termasuk masturbasi kronis, terlibat hubungan seks dengan orang tak dikenal, menjual-belikan seks, perilaku suka menggoda, perselingkuhan ganda, berhubungan seks dengan seseorang yang 'terlarang' seperti dokter gigi atau bos, hingga penggunaan media yang berhubungan dengan seksual dan pornografi.

2. Kecanduan seks itu nyata, namun tak mudah dikenali.

Meski tak sepenuhnya bisa disebut sebagai kecanduan dalam dunia kesehatan, namun kebanyakan pakar kesehatan setuju bahwa hal tersebut memang benar ada.

3. Tidak setia tak selalu sama dengan kecanduan seks.

Jika suami mengkhianati Anda, maka hal itu tak berarti bahwa ia pasti seorang pecandu seks. "Adalah penting untuk masyarakat mengerti perbedaan antara masalah perilaku seksual dengan kekhilafan," ujar penulis NO MORE DRAMA, Jonathan Alpert. "Jangan sampai seseorang dikucilkan gara-gara dianggap menyimpang secara seksual."

4. Sama seperti obat-obatan, beberapa orang menggunakan seks untuk menghilangkan rasa sakit.

Salah satu alasan seseorang menjadi pecandu alkohol dan obat-obatan adalah karena mereka ingin menghilangkan penderitaan atau kesakitan yang dialami. Dan, hal yang sama berlaku juga bagi pecandu seks, demikian penuturan Alpert. "Sama seperti obat-obatan dan alkohol, seks bisa digunakan untuk menghilangkan depresi dan kegelisahan." Meski begitu tetap ada dampak negatif dari 'sistem pelarian' ini, yakni timbulnya rasa bersalah dan cara menyingkirkan perasaan tersebut biasanya malah dengan lebih banyak seks.

5. Kecanduan seks jadi 'lebih parah' akibat perkembangan teknologi.

Perkembangan teknologi membuat dunia seks jadi lebih mudah dijamah, dan hasilnya semakin memperlebar kesempatan para pecandunya. "Tentu saja bukan teknologinya yang jahat, namun kondisi ini bisa memicu seseorang yang menyimpang bertambah parah," ujar Alpert.

6. Kecanduan seks menghancurkan pernikahan dan keluarga.

"Tak jarang kecanduan seks merupakan penyebab terjadinya perceraian," ujar Dr. Stapleton. "Banyak orang kehilangan pekerjaan karena sering membuka situs porno di kantornya." Korban sesungguhnya tentu saja anak-anak, sebab tak jarang anak-anak menemukan file porno simpanan orang tuanya, entah dalam bentuk gambar, foto, majalah, atau website yang tersimpan di komputer. Dan, itu berbahaya karena bisa mengacaukan konsep mereka tentang seks yang sebenarnya.

7. Kecanduan seks semakin meningkat.

"Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya jumlah pasien yang mencari terapi kesembuhan," ujar Dr. Frederick selaku pendiri Center for Courageous Living. Bahkan menurut penelitian yang dilakukan pakar seks Patrick Carnes, PhD, hanya 20-25% wanita yang menderita kecanduan seks. Sisanya? Hmm, Anda tebak sendiri.

8. Kecanduan seks bisa dihilangkan.

Jika Anda mendapati diri atau pasangan seorang pecandu seks, maka masih ada harapan. Tentu saja sang pecandu harus menemui ahlinya untuk mendapatkan terapi kesembuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar