JAMBI EKSPRES:
Selasa, 14 Desember 2010 00:44 WIB
Lokasi pengolahan minyak mentah yang beroperasi di Refinery Unit (RU-5), Balikpapan, Kalimantan Timur
London
Harga minyak di London naik melebihi 91 dolar Amerika Serikat pada Senin waktu setempat, dibantu oleh keputusan OPEC untuk mempertahankan tingkat produksi kartel, penurunan dolar dan udara dingin di Eropa, kata para dealer.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari, menguat 77 sen menjadi 91,25 dolar per barel pada akhir perdagangan sore di London.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk penyerahan Januari, naik 73 sen menjadi 88,52 dolar.
"OPEC yang mempertahankan produksi tak berubah pada akhir pekan dan aksi jual dolar membantu mendorong harga minyak mentah lebih tinggi ... di tengah-tengah udara dingin yang sedang berlangsungdi barat laut Eropa," kata analis VTB Capital Andrey Kryuchenkov kepada AFP.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Sabtu memutuskan untuk mempertahankann kuota produksi pada pertemuan di ibukota Ekuador, Quito, menekankan bayangan risiko terhadap pemulihan ekonomi global yang rapuh.
Kartel 12 negara mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang telah mendorong minyak ke tertinggi dua tahun di atas 92 dolar per barel pekan lalu kemungkinan melambat pada tahun depan.
Itu, dan tantangan untuk pemulihan dunia dari krisis keuangan tahun 2008, "akan berdampak negatif pada permintaan minyak," katanya.
"Aspek yang menarik dari pertemuan OPEC adalah berbagai pernyataan tentang harga, menunjukkan bahwa anggota OPEC seperti Iran, Libya, Venezuela dan Angola tidak punya masalah dengan (minyak) 100 dolar," kata analis energi JBC.
"Beberapa anggota OPEC mungkin meminta harga lebih tinggi, yang mengabaikan betapa masih rapuhnya ekonomi global," mereka menambahkan.
Di tempat lain, investor menyerap berita tentang naiknya inflasi China yang telah memicu kekhawatiran tentang kemungkinan tindakan pemerintah yang bisa mengekang konsumsi minyak raksasa Asia tersebut.
China, Sabtu mengatakan, inflasi melampaui lima persen untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun, seorang analis mengatakan angka itu akan mendorong kenaikan suku bunga ke tingkat baru untuk menghentikan kenaikan harga.
Indeks harga konsumen negara itu naik 5,1 persen tahun-ke-tahun pada November, lebih cepat dari yang diperkirakanpada karena harga pangan terus melambung, dibandingkan dengan 4,4 persen pada Oktober, Biro Statistik Nasional (NBS) mengatakan.
Ini adalah peningkatan tercepat dalam harga konsumen sejak Juli 2008, ketika inflasi mencapai 6,3 persen, dan jauh di atas target pemerintah setahun penuh untuk tiga persen.
Kryuchenkov berpendapat bahwa kekhawatiran kenaikan suku bunga China dapat memicu pembalikan harga minyak.
"Data inflasi China November keluar kuat (dan) ... ini berarti bahwa kita bisa melihat kenaikan suku bunga yang sangat segera dan menarik kembali beberapa keuntungan (harga minyak)," kata dia.
Sementara pedagang mengatakan bahwa penyempitan defisit perdagangan AS dan badai salju yang menyapu midwest Amerika akan terus mendukung harga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar