Laman

Rabu, 27 Oktober 2010

PERSOALAN JALAN YANG RUSAK SEHARUS NYA MOBIL BATUBARA DI ANGKUT LEWAT SUNGAI

JAMBI EKSPRES:


Rabu, 27 Oktober 2010 | 15:11 WIB

Ratusan truk pengangkut batu bara dan truk tangki memenuhi Jalan Lingkar Selatan (Paal Merah Ring Road), Selasa (26/10) pagi hingga petang. Truk-truk itu berjajar dua baris memadati jalan sehingga jalur itu lumpuh total.


Warga jalan tersebut sengaja memblokir jalan karena truk-truk itu dianggap merusak jalan mereka. Benar saja, kondisi jalan memang rusak parah. Selain berlubang cukup dalam, juga bergelombang. Sangat berbahaya jika tak hati-hati kala melintas.


Untuk mengatasi kerusakan jalan, Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus kembali menyampaikan gagasan bahwa angkutan batu bara harus lewat sungai sehingga kerusakan jalan bisa dicegah. Maraknya pertambangan di sejumlah kabupaten turut memicu kerusakan jalan.
Bisa saja angkutan batu bara melewati sungai dari pertambangan hingga Pelabuhan Talang Duku dan Muara Sabak. Sungai Batanghari yang menjadi jalur utama memiliki panjang sekitar 1.740 kilometer dengan lebar hingga 1.200 meter dan kedalaman lebih dari 12 meter.
Sementara sedimentasi di pinggir sungai akan dikeruk. Diharapkan dengan pengerukan tersebut kapal bermuatan maksimal 3.000 dwt bisa lewat. Atau kalau lebih ke hilir bisa dilalui kapal 5.000 dwt.


Untuk pengangkutan batu bara melalui sungai, ternyata Pemerintah Provinsi Jambi sudah menandatangani kerjasama dengan PT Synco Global India. Namun menurut Kabid Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jambi, Donny Iskandar, proyek itu baru pada tahap studi kelayakaan selama enam bulan.
Tim dari Belanda, segera melakukan studi kelayakan tersebut. Kemudian baru setelah hasilnya diketahui, dapat digambarkan mengenai posisi letak, biaya sampai dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.


Proyek nilainya sangat besar, bukan hanya miliaran melainkan triliunan. "Untuk mengeruk saja bisa dalam angka T (triliun)," jelasnya. Oleh karena itu dirinya belum mau memprediksi kapan dimulainya proyek besar ini.
Dengan molornya waktu revitalisasi maka berbanding linier dengan laju kerusakan jalan. Sebuah pendapat dilontarkan Donny, semakin mundur waktu revitalisasi Sungai Batanghari untuk jalur transportasi, maka semakin cepat pula laju kerusakan jalan raya Provinsi Jambi. Kendaraan muatan atau truk bertonase melebihi batas ketentuan akan lebih sering melewati jalan raya.


Namun jika revitalisasi sungai selesai dilakukan, pengangkutan batu bara dan CPO tidak lagi untuk menuju pelabuhan tidak lagi menggunakan truk besar. Jalur darat dipotong sehingga tidak melewati jalan raya lagi melainkan menggunakan jalur sungai. Di Muaro Tembesi direncanakan di bangun pelabuhan khusus untuk stockpile batu bara atau CPO.
"Tongkang-tongkang akan digunakan mengirim sampai ke Sabak," ujarnya.
Pengiriman menggunakan jalur sungai dikatakan Donny tidak mungkin, maka dari itu penggunaan jalur sungai ini hanya sebagai alternatif saja. "Targetnya hanya untuk operasional angkutan saja," jelasnya.


Pengangkutan batu bara dan CPO menggunakan truk bertonase 50 ton dimungkinkan diganti menjadi kendaraan lebih kecil. Penggantian menjadi truk tonase kecil tersebut berdampak mengurangi resiko kerusakan jalan.
"Dimungkinkan nanti ada aturan penggunaan truk kecil, tapi nanti kalau transportasi lewat Sungai Batanghari telah selesai," ujar Donny Iskandar.

Boleh Jalan

Setelah dua malam menutup jalan, akhirnya ratusan truk batu bara dan CPO diperbolehkan jalan. Ini setelah warga yang memblokir jalan mencapai kesepakatan dengan sejumlah pihak yang terkait angkutan jalan.


Warga Paal Merah Lama, Jambi Selatan berakhir setelah Kapolresta Jambi Syamsudin Lubis, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Ahmad Junaedi, Kepala Dinas Perhubungan, Bernard Panjaitan, Daniel Chandra dari Asosiasi Pengusaha Batubara dan Mineral Jambi bertemu dengan warga, Selasa (26/10).


Masyarakat nekat memblokir karena janji pemerintah segera memperbaiki Jalan Lingkar Selatan hingga sekarang belum terealisasi.
"Kami kesal setiap hari kami makan debu akibat truk-truk tonase besar itu lewat dan merusak jalan," kata Muhammad Diyah, perwakilan warga.


Menurut Ahmad Junaedi perbaikan Jalingsel hingga saat ini belum terealisasi karena masih menunggu dicairkan oleh Bank Dunia. "Kita sudah ajukan dana perawatan dan perbaikan darurat selama menunggu cairnya bantuan bank dunia," kata Ahmad Junaedi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Jambi.


Sedangkan Daniel Chandra berjanji akan membantu pemerintah untuk memperbaiki jalan tersebut. "Kami berkomitmen akan membantu memperbaiki jalan sampai dana perbaikan jalan dari pusat turun," ujar Daniel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar