JAMBI EKSPRES:
Soal Wikileaks, SBY Jangan Cuma Berkelit
lokasi: Home / Berita / Nasional / [sumber: Jakartapress.com]
Jakarta - Kawat diplomatik yang dibocorkan oleh WikiLeaks dan kemudian dilansir dua koran besar Australia, The Age dan Sydney Morning Herald bukan informasi sampah. Alasannya, informasi itu bersumber langsung dari Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Indonesia.
Hal itu dikatakan anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Permadi disela Mimbar Rakyat di Kampus Universitas Satya Negara Indonesia (USNI), Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta, Senin (21/3/2011). "Itu valid sekali. Mereka (Kedubes AS) juga tak menyangkal substansinya," kata Permadi, seperti dilansir RM Online.
Kedutaan besar hanya menyayangkan kenapa informasi tersebut bisa bocor ke publik. Menurut Permadi, jika pemerintah menyangkal informasi itu sebaiknya disampaikan dengan data-data juga. Jika tidak, penyangkalan yang dilakukan Menteri dan Partai Demokrat akan semakin ditertawakan orang. "Kalau sekadar mengatakan itu tidak benar, cucu saya pun bisa," ujarnya.
Sejumlah mahasiswa, aktivis, politisi, pengamat dan tokoh agama melakukan aksi mimbar bebas di atas panggung rakyat di USNI tersebut untuk menurunkan rezim SBY. Hadir diantaranya Hariman Siregar, Yudi Latief, Permadi, Ratna Sarumpaet, Muchtar Pakhpahan, Frans Magnis, Nur Suhud, Ridwan S, Mustar Bona Ventura, Fuad Bawazier, Sabam Sirait, Eggi Sudjana, Syafii Ma'arif, Lili Wahid, Fadjroel Rachman, Teguh Sh, Hatta Taliwang, Pong Hardjatmo, Sri Bintang Pamungkas, Anto Baret, Effendy Choire, Muchtar Pakpahan dan lain-lain.
Humas panggung rakyat, Revo mengatakan aksi mimbar bebas akan dilakukan sekitar pukul 10.00 WIb dan dibentuk dalam rangka membangun kekuatan di elemen masyarakat untuk menurunkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. "Aksi ini bentuk kekecewaan kepada pemerintahan SBY-Boediono. Dan kami minta agar SBY-Boediono mundur," paparnya.
Menurutnya, panggung rakyat itu sudah dibentuk di dalam kampus dengan ukuran 5X6 meter. Revo yang merupakan mahasiswa akhir ini mengaku aksi ini sudah mendapat izin dari pihak kampus. "Diatas panggung ini masyarakat bebas menyerukan aspirasi dan kekecewaannya kepada pemerintah," jelasnya.
Rakyat Mau Revolusi
Permadi nampaknya sudah kesal dengan kebobrokan dan tingkah laku pemerintah yang membuat segalanya jadi tak pasti. Bahkan, "Penyambung Lidah Bung Karno" ini menyerukan agar rakyat menggelar revolusi dengan cepat. “Jangan bunuh anak kita karena miskin. Mari kita bunuh orang yang sudah menyengsarakan rakyat,” kata Permadi saat berorasi di acara mimbar bebas yang digelar di USNI, Jakarta, Senin (21/3).
Permai menyerukan juga kepada para mahasiswa untuk melakukan revolusi, salah satunya dengan menggulingkan pemerintahan SBY-Boediono. “Di sini ada intel SBY, tolong bilang sama SBY rakyat mau revolusi,” tandas pakar paranormal ini.
Ia berpesan kepada mahasiswa agar melakukan revolusi seperti di Thailand atau Mesir. “Revolusi bukan seperti itu. Revolusi yang harus dilakukan itu seperti Bung Karno. Tapi, kita jangan hanya gulingkan SBY saja, karena kalau hanya SBY yang digulingkan nanti penggantinya masih antek-antek Amerika,” tandas Permadi, disambut tepuk tangan dan yel-yel perjuangan ratusan mahasiswa yang berada di lokasi.
SBY Kehilangan Simpati
Presiden SBY sudah kehilangan simpatinya. Pasalnya, dalam kasus-kasus yang menyerang personalnya, SBY langsung bereaksi. Tapi untuk hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat seperti teror bom buku, SBY tidak cekatan.
"Ketika bom buku (yang berkaitan langsung dengan keamanan rakyat), SBY tidak melakukan apa-apa. Ia hanya adem ayem saja. Padahal dahulu ketika bom Ritz Charton, SBY langsung menunjuk seseorang dalang dibalik isu bom ini," kata pengamat politik Yudi Latief disela Mimbar Rakyat di Kampus USNI, Senin (21/3).
Yudi lalu menganalogikan SBY seperti seorang sutradara. Sutradara kerjanya hanya mengejar jam tayang saja dan bila kontraknya selesai, pekerjaannya dianggap selesai. "Ia hanya berfikir bagaimana untuk sampai ke 2014. Lalu apapun yang terjadi di masyarakat ia sudah tidak peduli lagi. Pemerintah sudah mengalami deligitimasi yang paling rendah," tegasnya.
Ada Teroris Baru
Paket bom buku yang menyasar secara acak menimbulkan kecurigaan bahwa pemerintah berada dibalik semua teror ini. Apalagi polisi dan Badan Intelijen Negara (BIN) terkesan ogah-ogahan untuk mengungkap pelaku teror bom ini. "Kecurigaan itu masuk akal. Belum apa-apa BIN sudah bilang (pelakunya) sulit untuk diungkap" kata pengamat politik Yudi Latief di sela Mimbar Rakyat di Kampus USNI, Senin (21/3).
Yudi menambahkan, banyak berfikir bom ini berasal dari teroris konvensional. Tapi karena target bervariasi, maka analisa itu sangat diragukan. "Mungkin hal ini dijalankan teroris lain. Ini wujud teroris baru. Kalau ini dilakukan oleh teroris konvesional, masak Ahmad Dhani jadi target. Itu terlalu kecil, karena masih banyak target yang lebih besar dari dia. Teroris konvensional itu targetnya single track, misalnya lambang kapitalisme AS. Tidak pernah teroris itu menyasar warga Islam sendiri, yang disasar pasti ada argumentasinya," tambahnya.
Yudi menambahkan, kalau ini dilakukan oleh teroris konvensional sangat tidak mungkin, karena jaringan mereka terbatas dan sudah tidak massif lagi. "Karena dikerjakan serentak, tidak mungkin dilakukan oleh teroris lama. Kalau yang lama pasti sudah tercium aparat," tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar