JAMBI EKSPRES:
Din: SBY Lebih Banyak "Nato"
Senin, 21/03/2011 | 18:54 WIB
Din: SBY Lebih Banyak "Nato"
Jakarta - Kehidupan bangsa yang semakin tidak jelas arahnya membuat banyak orang terus bertanya-tanya tentang kualitas kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang dinilai semakin tak punya kredibilitas. Kepemimpinan SBY dinilai lebih banyak “memperkatakan perbuatannya” daripada “memperbuat perkataannya” alias NATO (No Action, Talking Only).
Demikian dikatakan ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam pertemuan dengan Dewan Penyelamat Negara (DEPAN) di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (21/3/2011).
Hadir dari tokoh DEPAN antara lain Wakil Ketua DPD RI Laode Ida, Vokalis DPR Bambang Soesatyo, Effendy Choirie (Gus Choi), mantan Anggota DPR Imam Addaruqutni, Koordinator Grup Diskusi Angkatan 77-78 M Hatta Taliwang.
“Memang Presiden (SBY) lebih banyak memperkatakan perbuatan daripada mem[perbuat perkataannya. Ini masalah kalau banyak persoalan bertumpuk dan dibiarkan seolah-olah tak ada masalah,” papar Din Syamsuddin.
Din berharap, DEPAN jangan larut pada masalah-masalah yang “numpang l;ewat” tetapi harus fokus pada penuntasan kasus masalah seperti skandal Century, kasus mafia pajak, bocoran Wikileaks, dan lain-lain, yang langsung berkait dengan nasib rakyat.
Ia pun berpendapat perlunya sebuah ‘koalisi sejati’ yang melibatkan semua stakeholder bangsa yang mempunyai kepedulian atas kondisi bangsa dan negara, bukan koalisi dalam kesesatan yang hanya untuk kepentingan sesaat.
Selanjutnya, Din berharap agar segenap komponen bangsa jangan larut pada masalah-masalah yang "numpang lewat" tapi DEPAN diharapkan fokus pada penuntasan kasus Century, mafia pajak, wikileaks dan lain-lain yang langsung berkait dengan nasib rakyat. Senada pula, Hatta Taliwang berpendapat, bangsa ini sudah tidak dapat berharap banyak dari kepemimpinan SBY yang dinilai minim prestasi dan marak tragedi.
Dalam kesempatan yang sama, Laode Ida mengatakan, DEPAN menilai pemerintah SBY telah gagal dalam mengelola negara. Demi perbaikan, menurutnya, maka tokoh-tokoh seperti Din Syamsuddin diharapkan memberi masukan dan nasihat dalam perjuangan DEPAN.
Sementara Bambang Soesatyo menegaskan, DEPAN tidak melihat ada titik terang dalam pengelolaan negara. Menurutnyaa, adanya koalisi hanya semu karena pada akhirnya akan retak lagi mengingat ada masalah-masalah yang menunggu di depan seperti skandal Century, kasus mafia pajak, ambang batas suara pemilu, RUU DIY, dan lainnya.
Ia pun menilai, pemecatan vokalis DPR Effendy Choirie dan Lily Wahid oleh PKB Muhaimin adalah sebagai korban koalisi, yang tidak mustahil terjadi lagi pada kader yang lain. Karena itu, tegas dia, para tokoh yang masih memiliki idealis bias mencari solusi masalah bangsa yang kini dalam kegelapan.
Effendy Choirie mengungkapkan, dengan memakai tolok ukur tujuan didirikan negara ini dalam Pembukaan UUD 45, maka negara telah gagal dalam empat hal: (1) gagal dalam melindungi tumpah darah, (2) gagal mensejahterakan rakyat, (3) gagal mencerdaskan rakyat (malah membodohi), dan (4) gagal meningkatkan derajat dan martabat bangsa dlam pergaulan dunia.
“Dengan kondisi ini apakah akan kita biarkan bangsa ini makin terpuruk sampai empat tahun ke depan?” papar Gus Choi sembari berharap Din Syamsuddin bersama para tokoh lainnya mengambil inisiatif agar kita bisa selamatkan bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar