JAMBI EKSPRES:
Prabowo Terjerat Jebakan Maut SBY?
lokasi: Home / Berita / Analisa / [sumber: Jakartapress.com]
Senin, 21/03/2011 | 20:43 WIB
Prabowo Terjerat Jebakan Maut SBY?
Prabowo Terjerat Jebakan Maut SBY?
Presiden SBY kerap dituduh berbohong. Pernah para tokoh lintas agama menyebut pemerintahan SBY-Boediono berbohong karena tidak memenuhi janji kampanye. Kali ini, tuduhan berbohong datang dari politisi Partai Gerindra yang menagih janji "kue kekuasaan" dari SBY.
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Permadi, mengatakan, sampai sekarang SBY belum merealisasikan janji memberikan jatah kursi menteri kepada partai berlambang kepala garuda itu. Padahal, Ketua Dewan Pembina Gerindra, Prabowo Subianto, dan beberapa pengurus pusat partai itu secara terbuka sudah mengajukan persyaratan agar Gerindra mau jadi bagian pemerintah. Memang Permadi secara pribadi menolak keinginan berkoalisi dengan pemerintah SBY.
"Saya sendiri sebagai Anggota Dewan Pembina menentang keras untuk berkoalisi dan menerima jatah menteri. Itu adalah jebakan maut dan bisa membuat tenggelam Prabowo," kata Permadi seperti dilansir RM Online.
Diakui, perolehan suara Gerindra memang amat kecil jika dibandingkan dengan Demokrat pada Pemilu lalu. Tapi, elektabilitas Prabowo di kemiliteran menyamai SBY. Selain itu, ada faktor lain yang menimbulkan kekecewaan tentara pada SBY yaitu kondisi tentara yang kebanyakan hidup dalam kemiskinan. "Mungkin tentara tidak akan melawan SBY, tapi melawan ketidakadilan," papar Permadi.
Nama Prabowo bisa terbenam kalau Partai Gerindra masuk dalam wadah koalisi. Oleh karena itu, tidak bergabungnya Partai Gerindra ke dalam koalisi dinilai tepat oleh Permadi. SBY pun tidak merealisasikan janjinya untuk memberikan ruang pada Gerindra untuk bergabung dalam koalisi, meski sejumlah elit Gerindra termasuk Prabowo Subianto telah memberikan syarat agar Gerindra bisa menerima tawaran tersebut.
"Bagus Gerindra tidak gabung, saya orang yang menantang hal itu, ini sangat mungkin jebakan agar Prabowo tenggelam saat masuk pemerintahan," tegas Permadi.
Menurutnya, elektabilitas Prabowo di dalam pemilu memang kalah dibandingkan SBY. Akan tetapi, aktivitas kemiliteran Prabowo itu sama dengan SBY. Oleh karena itu, sangat mungkin tentara kecewa lantaran SBY tidak membuat banyak serdadunya itu hidup dalam kondisi yang layak. “Mungkin tentara tidak akan melawan SBY, tapi melawan ketidakadilan," tandasnya lagi.
Di pihak lain, nampaknya Presiden SBY serius berniat menyeret Partai Gerindra ke dalam barisan pendukung pemerintah. Juru Bicara Presiden Julian Pasha mengaku, Presiden SBY sudah mengirim surat ke Gerindra untuk membicarakan kerjasama partai. "Surat Bapak Presiden telah dikirimkan beberapa hari lalu," ujar Julian melalui pesan singkatnya, Senin (21/3).
Surat itu, lanjut dia, hanya ditujukan kepada Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk bekerjasama dalam pemerintahan. "Surat ditujukan kepada Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto," terangnya. "Bapak Presiden berharap Partai Gerindra bisa bekerjasama di masa mendatang demi kepentingan bangsa dan negara."
Meski demikian, Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi, mengaku tidak tahu menahu soal surat tersebut. Ia enggan berbicara lebih lanjut soal isi surat yang diakui Istana dikirim beberapa hari lalu itu. "Saya tidak tahu tentang surat tersebut," sangkal Suhardi, Senin (21/3).
Partai Gerindra sudah mengajukan beberapa permintaan pada SBY sebagai syarat untuk menggandengnya dalam koalisi pemerintah. Syarat itu antara lain, ekonomi harus pro rakyat, BUMN harus dijadikan faktor utama penggerak ekonomi Indonesia, produksi gas untuk pasar internasional dihentikan dan lebih baik ditujukan untuk pasokan dalam negeri. Selain itu pangan dalam negeri juga harus diperkuat.
Sebelumnya disebutkan, salah satu syarat Gerindra mau bergabung dengan pemerintah SBY adalah diberikan dua pos menteri, Pertanian dan Badan Usaha Milik Negara. Bila usul Gerindra tersebut diamini, otomatis Menteri Pertanian Suswono yang merupakan kader PKS akan didepak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar