shutterstock
Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah menuturkan, kenaikan nilai komitmen utang valas tersebut terlihat cukup signifikan karena tahun 2009 terjadi kontraksi akibat terjadinya krisis subprime mortgage di kawasan AS dan Eropa. "Kini perolehan komitmen baru sudah melebihi nilai di semester I 2008 sebelum krisis finansial global. Ketika itu, nilai komitmen utang luar negeri swasta sebesar 14,8 miliar dollar AS," ungkapnya, Rabu (11/8/2010).
Dari nilai komitmen baru sebesar 15,7 miliar dollar AS tersebut, sebagian besar adalah dari sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas, dan air bersih. Kenaikan di sektor-sektor tersebut mencapai masing-masing sebesar 404,6 persen dan 121,4 persen bila dibandingkan dengan tahun 2009. "Ini karena permintaan batu bara, terutama dari China dan India, terus naik," kata Difi.
Sebagian besar utang valas dari perbankan luar negeri tersebut adalah kredit modal kerja berupa instrumen trade financing. Bila menilik dari kelompok kreditur, sebanyak 64,6 persen utang valas swasta diperoleh dari kreditur yang bukan afiliasinya. Adapun pinjaman dari kreditur terafiliasi dan induk mencapai 35,4 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar