Setelah kepergian sang istri, Kwa Geok Choo (89), yang wafat pada Sabtu lalu, Lee secara terus terang menyatakan dirinya amat terpukul atas kejadian itu. Kwa meninggal di kediaman mereka ketika Lee sendiri tengah dirawat di rumah sakit akibat infeksi di dada setelah kunjungan kerja rutin tahunannya ke Eropa.
”Saat ini hati saya dipenuhi penderitaan dan kesedihan yang sangat mendalam. Saya ingat keinginan terakhirnya (Kwa) yang dia katakan kepada saya. Dia ingin abu (kremasi) kami ditempatkan bersandingan seperti ketika kami masih hidup,” ujar Lee dalam pidato perpisahan dalam sebuah upacara yang sangat pribadi serta tertutup bagi umum dan media massa.
Dalam halaman depan edisi pemberitaannya Kamis, surat kabar Singapura, The Straits Times, memuat foto Lee menyentuh lembut wajah istrinya yang tengah terbaring di dalam peti jenazah yang terbuka setelah terlebih dahulu mengecup jejari tangannya ke bibirnya. Lee dan Kwa telah hidup bersama sejak menikah di Inggris pada tahun 1947 saat keduanya masih menjalani studi hukum mereka di Universitas Cambridge.
Setelah lulus, Kwa lalu bekerja sebagai penasihat hukum yang sukses di Singapura, sementara Lee mulai merintis karier politiknya. Setelah pelepasan Singapura dari kolonialisasi Inggris pada 1959, Lee naik menjadi perdana menteri hingga lengser pada 1990. Posisinya digantikan Goh Chok Tong, yang kemudian digantikan putra Lee, Lee Hsien Loong, tahun 2004. Loong menjabat posisi PM Singapura hingga sekarang.
Dicintai keluarga
Kehilangan besar juga sangat dirasakan para cucu pasangan itu. Li Shengwu (25) menilai figur sang nenek sebagai wanita yang sangat menyayangi keluarga dan peduli pendidikan. ”Dia mengajarkan kepada kami kecintaan terhadap kebiasaan membaca dan belajar, begitu juga berbagai pengetahuan yang tidak semuanya dapat kami temui di buku-buku,” ujarnya.
Ketimbang mengisi hari libur dengan membiarkan para cucunya menonton televisi, pasangan Lee memasang perpustakaan kecil di dekat meja makan, berisi buku-buku cerita anak berbagai judul, mulai dari Peter Rabit sampai legenda Raja Arthur.
Cucunya yang lain, Li Xuiqi (29), menceritakan soal betapa sederhananya pola hidup kakek dan neneknya itu. Menurut Xuiqi, keduanya mempertahankan kebiasaan mereka mandi dengan cara menggayung air langsung dari bak mandi.
”Kami baru memperbaiki dan memasang pancuran di kamar mandi mereka setelah nenek (Kwa) terkena stroke. Mereka selama ini mandi dengan cara yang sama ketika mereka memandikan kami saat masih kecil,” tutur Xuiqi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar