PUERTO RICO
Reuters
Seorang agen FBI mengawal salah satu dari anggota polisi dan sipir yang diringkus dalam operasi anti-korupsi massal di kawasan Karibia AS setelah hadir dalam persidangan pertama di Pengadilan Federal Puerto Rico di San Juan, 6 Oktober 2010
Hal itu diungkap Jaksa Agung Amerika Serikat Eric Holder dalam konferensi pers di Washington, Rabu siang. Operasi penangkapan itu adalah yang terbesar dalam sejarah Biro Investigasi Federal AS (FBI).
Penggerebekan dilakukan di Bayamon, daerah pinggiran San Juan, ibu kota Puerto Riko, Rabu dini hari. Penggerebekan dan penangkapan diperluas di seluruh wilayah. Hari itu disebut hari paling gelap bagi aparat yang tersangkut dengan aksi-aksi diskriminasi, kebrutalan, dan ketidakmampuan (incompetence).
Ada sekitar 1.000 agen FBI yang terlibat dalam operasi penangkapan itu. Mereka akhirnya menciduk 130 orang, termasuk hampir 90 orang di antaranya adalah ”aparat penegak hukum”. Para tersangka dituduh telah memberikan ”bantuan keamanan” kepada pengedar narkoba.
Selain polisi, FBI juga menangkap dua tentara Angkatan Darat AS, puluhan sipir penjara, tiga prajurit Garda Nasional, dan sejumlah warga sipil. AS memang sedang berjuang keras untuk memberantas narkoba dan mengurangi kejahatan yang terus merajalela, termasuk praktik korupsi oleh polisi.
Sebanyak 130 orang itu didakwa telah menyembunyikan atau memberi rasa aman kepada para pedagang narkoba atau anggota dan pemimpin kartel. ”Sebagai imbalan, mereka diberi uang 500 dollar AS hingga 4.500 dollar AS,” kata Holder.
Kasus itu terungkap setelah agen-agen FBI sebelumnya menyamar sebagai penjual atau pembeli narkoba atau obat bius. FBI melakukan 125 transaksi antara Juli 2008 dan September 2010. Fakta-faktanya menjadi dasar utama bagi penyusunan surat dakwaan kepada para tersangka.
Ada 26 dakwaan menyatakan tersangka berkomplot untuk memiliki 5 kilogram kokain dan kepemilikan senjata api, lalu barang itu dijual lagi. Ada 77 polisi dari sejumlah negara bagian dan kota terlibat, termasuk Luis Fraticelli, agen khusus yang bertanggung jawab atas semua operasi FBI di Puerto Riko.
Jaksa Emilia Rosa Rodriguez mengatakan, sejumlah kelompok pejabat yang korup juga bermain membantu memperlancar peredaran narkoba. Honor atau gaji mereka sering digunakan untuk membeli barang-barang haram atau narkoba tersebut.
Holder mengatakan, penangkapan tentu saja mengganggu aliran obat melalui Puerto Riko. Sebab, negara pulau yang terletak di wilayah Karibia itu oleh pedagang narkoba dijadikan sebagai batu loncatan untuk kokain dan heroin dari Amerika Selatan menuju pasar utama di AS.
Penangkapan para polisi, tentara, sipir, dan warga sipil itu mengguncangkan seluruh wilayah Puerto Riko. Gubernur dan pejabat lokal terburu-buru menyangkal dugaan korupsi. Aparat dituduh melakukan kejahatan pada masa lalu, termasuk menyediakan keamanan bagi pengedar dan pemilik obat bius.
Wilson Maldonado, pensiun polisi di San Juan, mengatakan, ia muak terhadap penangkapan itu, yang sebagian disebabkan kurangnya pengawasan. ”Ini menyedihkan dan memalukan lembaga,” kata Maldonado.
Carlos Cotto, perwira polisi yang bekerja bersama dengan agen-agen federal sebagai bagian dari sebuah gugus tugas khusus, mengatakan, departemen harus menyediakan lebih banyak pelatihan kepada anggotanya.
Saat konferensi pers, bos FBI Puerto Riko Fraticelli mengatakan, polisi harus meningkatkan perekrutan dan melakukan tes detektor kebohongan secara periodik untuk memulihkan kepercayaan publik kepada polisi. Seruan untuk melakukan reformasi di lingkungan kepolisian, tentara, dan petugas keamanan lain telah menjadi isu utama dalam beberapa hari terakhir ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar