JAMBI EKSPRES:
Revolusi Libya
Khadafy Pidato Lagi, Merasa Sudah Menang
Sabtu, 26 Februari 2011 | 00:04 WIB
reuters Presiden Moammar Khadafy saat pidato di televisi pemerintah, Selasa (22/2/2011) waktu Tripoli.
Diktator Libya Moammar Khadafy kembali pidato, Jumat (25/2/2011) sekitar pukul 18.50 waktu Tripoli atau menjelang Sabtu (26/2/2011) WIB.
Khadafy pidato di hadapan massa pendukungnya di Green Square, Tripoli. Ia lagi-lagi menyerukan agar para pendukungya melindungi kepentingan minyak Libya. Pidatonya disambut gempita oleh ribuan pendukungnya.
Khadafy lantas juga sesumbar bahwa "Kita siap merayakan kemenangan atas musuh." Ia bahkan menghasut pendukungnya dengan mengatakan, "Kita akan berjuang jika mereka (musuh-musuhnya) menginginkan."
Libya Bergolak
Siapa Pun di Jalanan Ditembak, 2 Tewas
Sabtu, 26 Februari 2011 | 00:25 WIB
Reuters Para tentara di kota Tobruk di Libya bagian timur mengatakan, mereka tidak lagi mendukung Khadafy.
Pasukan yang setia kepada Presiden Libya Moammar Khadafy menembaki para pengunjuk rasa di beberapa wilayah ibu kota Tripoli, Jumat (25/2/2011).
"Pasukan keamanan menembak tanpa pandang bulu kepada para demonstran," kata seorang penduduk yang juga menyaksikan bentrok antara demonstran dan loyalis Khadafy. "Banyak yang mati di Sug al-Jomaa."
Penduduk di daerah timur lainnya, termasuk Ben Ashur dan Fashlum, serta distrik Ghut Ashaal, mengatakan, mereka juga menyaksikan penembakan terhadap siapa pun yang berada di jalanan. Seorang penduduk di Fashlum bersaksi, dua orang tewas di sana.
"Mereka menembak warga sipil tak bersenjata yang pergi setelah doa," kata seorang warga Ben Ashur. Selain itu, saksi lain juga mengatakan ada penembakan di Siyahia dan Janzour.
Personel keamanan pro-Khadafy dikerahkan di sekitar masjid untuk mencegah demonstrasi setelah shalat Jumat. Menurut sejumlah jemaah, para imam dalam khotbah Jumat yang teksnya ditentukan oleh pejabat, menyerukan agar warga "kembali ke stabilitas" serta mengakhiri "hasutan" dan "tindakan sabotase."
AS dan Uni Eropa Keroyok Diktator Libya
Kamis, 24 Februari 2011 | 02:33 WIB
Reuters Para pengunjuk rasa Libya, Selasa (22/2/2011), mengibarkan bendera yang dulu digunakan sebelum masa pemerintahan Khadafy di atas sebuah gedung yang hangus terbakar di kota Tobruk, di Libya timur, yang telah jatuh ke tangan para pengunjuk rasa.
Amerika Serikat dan Uni Eropa mengeroyok Libya yang dipimpin diktator Moammar Khadafy.
Perancis, misalnya, bersumpah, Rabu (23/2/2011), akan menjatuhkan sanksi kepada Libya karena tindakan brutal Khadafy terhadap para demonstran yang disebutnya sebagai kejahatan melawan kemanusiaan.
"Penindasan brutal dan berdarah yang terus berlangsung terhadap warga sipil Libya itu menjijikkan," kata Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dalam pernyataannya di Paris, Rabu.
"Komunitas internasional tidak bisa hanya sebagai penonton kekerasan masif terhadap hak asasi manusia ini," katanya.
Sementara itu, di Washington, juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, juga mengutuk serangan di Libya. "Kekerasan ini mengerikan, benar-benar tidak dapat diterima, dan pertumpahan darah harus dihentikan," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar