JAMBI EKSPRES:
Dilma Rousseff, Presiden Baru Brasil
Jauh-jauh hari, Brasil sudah mengingatkan warga masyarakat dunia. Peringatan itu berangkat dari belum kunjung tuntasnya perseteruan Amerika Serikat dan China. Tak tanggung-tanggung, Brasil mengatakan kalau kedua negara tersebut justru melakukan manipulasi nilai mata uang.
Sementara, Menteri Keuangan Brasil Guido Mantega mengatakan pemerintahnya sedang menyiapkan langkah-langkah agar nilai mata uangnya tidak menguat lagi. Mantega, sebagaimana warta AP dan AFP pada Senin (10/1/2011), mengatakan pemerintahnya akan membahas persoalan ini dalam forum Organisasi Perdagangan Dunia, WTO, dan G20. "Ini merupakan perang mata uang yang bisa berubah menjadi perang dagang," kata Mantega kepada koran Financial Times.
Komentar ini merupakan kali pertama dari Mantega sejak Brasil melantik Presiden Dilma Rousseff 1 Jauari lalu.
Mantega mengatakan neraca perdagangan Brasil dengan Amerika Serikat yang semula surplus 15 miliar dollar AS, sekarang mengalami defisit 6 miliar dollar AS karena kebijakan moneter Amerika yang longgar. "Nilai tukar merupakan salah satu pendorong utama kebijakan ekonomi, bahkan lebih penting dari produktivitas," kata Mantega.
Mata uang Brasil, real, menguat 39 persen terhadap dollar Amerika dalam dua tahun terakhir.
Mantega juga mengkritik China yang mendistorsi perdagangan dunia karena nilai mata uangnya yang terlalu rendah.
Mantega yang menjadi menteri keuangan pada 2006, September lalu mengkritik beberapa negara maju yang menurutnya sengaja memperlemah nilai mata uangnya untuk mendorong ekspor dan membuat negara mereka lebih kompetitif.
Brasil belakangan ini dibanjiri pemodal asing yang mencari suku bunga tinggi pada saat suku bunga di negara-negara maju sangat rendah.
Dana Moneter Internasional Oktober lalu memperingatkan bahwa sejumlah negara tampaknya menggunakan mata uang mereka sebagai senjata, sedangkan G20 membahas manipulasi mata uang dalam KTT pada November lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar