ANTI-JEPANG
Beberapa universitas China meningkatkan keamanan untuk mencegah mahasiswa ikut serta dalam protes anti-Jepang di luar kampus, kata satu organisasi hak asasi manusia di tengah-tengah konflik diplomatik.
Paling tidak tujuh unversitas termasuk di Chengdu, Wuhan dan Nanjing telah melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah mahasiswa meninggalkan kampus-kampus mereka ikut serta dalam unjuk-unjuk rasa, kata Pusat Informasi untuk Hak Asas Manusia dan Demokrasi yang berpusat di Hong Kong.
Ribuan warga China ikut unjuk rasa anti Jepang di seluruh negara itu sejak sengketa meletus September akibat tindakan Jepang yang menahan seorang kapten kapal pukat harimau China dekat satu gugusan pulau yang disengketakan di Laut China Timur.
Insiden itu memicu bangkitnya nasionalisme di kalangan penduduk yang masih sangat benci terhadap Jepang atas invasinya yang kejam dalam Perang Dunia II dan pendudukan daerah-daerah China.
Akhir pekan ini "staf pengajar dikerahkan untuk memeriksa asrama-asrama untuk menjamin para mahasiswwa tidak pergi ke luar," kata pusat itu.
Para mahasiswa China mengeluhkan pembatasan kebebasan gerak mereka dalam tiga pekan belakangan ini, kata pusat tersebut.
Para pejabat keamanan publik di beberapa universitas sebagian mengkonfirmasikan pernyataan-pernyataan itu kepada AFP. "Pintu-pintu tidak ditutup. Kami hanya meningkatkan pengawasan terhadap kartu-kartu mahasiswa untuk mencegah orang-orang luar masuk kampus," kata seorang juru bicara departemen keamanan di Universitas Politeknik di Xi’an , China barat daya.
"Mahasiswa harus tinggal di kampus akhir pekan ini, tetapi ini tidak ada hubungannya dengan unjuk-unjuk rasa anti Jepang. Mereka perlu melaksanakan studi-studi mereka," kata seorang juru bicara Universitas Teknologi Chengdu.
Paling tidak tujuh unversitas termasuk di Chengdu, Wuhan dan Nanjing telah melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah mahasiswa meninggalkan kampus-kampus mereka ikut serta dalam unjuk-unjuk rasa, kata Pusat Informasi untuk Hak Asas Manusia dan Demokrasi yang berpusat di Hong Kong.
Ribuan warga China ikut unjuk rasa anti Jepang di seluruh negara itu sejak sengketa meletus September akibat tindakan Jepang yang menahan seorang kapten kapal pukat harimau China dekat satu gugusan pulau yang disengketakan di Laut China Timur.
Insiden itu memicu bangkitnya nasionalisme di kalangan penduduk yang masih sangat benci terhadap Jepang atas invasinya yang kejam dalam Perang Dunia II dan pendudukan daerah-daerah China.
Akhir pekan ini "staf pengajar dikerahkan untuk memeriksa asrama-asrama untuk menjamin para mahasiswwa tidak pergi ke luar," kata pusat itu.
Para mahasiswa China mengeluhkan pembatasan kebebasan gerak mereka dalam tiga pekan belakangan ini, kata pusat tersebut.
Para pejabat keamanan publik di beberapa universitas sebagian mengkonfirmasikan pernyataan-pernyataan itu kepada AFP. "Pintu-pintu tidak ditutup. Kami hanya meningkatkan pengawasan terhadap kartu-kartu mahasiswa untuk mencegah orang-orang luar masuk kampus," kata seorang juru bicara departemen keamanan di Universitas Politeknik di Xi’an , China barat daya.
"Mahasiswa harus tinggal di kampus akhir pekan ini, tetapi ini tidak ada hubungannya dengan unjuk-unjuk rasa anti Jepang. Mereka perlu melaksanakan studi-studi mereka," kata seorang juru bicara Universitas Teknologi Chengdu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar