Laman

Minggu, 27 Juni 2010

MERUBAH ADAT ISTIADAT MINANG HUBUNGAN NYA DENGAN JAMBI

22:19:00 0 komentar
KAUM PADERI DAN KAUM ULAMA DI PARIAMAN
Gerakan Paderi dan Gejolak Keagamaan di Rantau Pariaman

February 23, 2010 in Literatur, Penelitian, Tarikh

Penyebaran ide gerakan Paderi ke kawasan pantai barat Sumatra sejak 1820-an menyebabkan “disharmonisasi” kehidupan agama di desa-desa tertentu di Rantau Pariaman. Dalam rencana ini, pengaruh ide gerakan Paderi di Rantau Pariaman cuba ditelusuri melalui biografi Syeikh Daud Sunur, seorang ulama yang berasal dari Rantau Pariaman.

Sejak awal keulamaannya, paham keagamaan Syeikh Daud sudah berseberangan dengan ordo Ulakan yang ortodoks. Syeikh Daud telah mengarang dua buah syair yang terkenal: Syair Mekah dan Madinah atau Syair Rukun Haji (SRH) dan Syair Sunur (SSn). Kedua-dua buah syair ini memberi banyak maklumat tentang perjalanan hidup dan pemikiran keagamaan ulama ini. Dalam SRH, Syeikh Daud mengkritik kaum ulama yang konservatif ordo Ulakan. Syair ini menjadi populer di kalangan kaum pembaharu di Darek, lebihlebih lagi pada bahagian kedua abad ke-19 setelah berkembangnya tarekat Naqsyabandiyah di Minangkabau (Bruinessen 1992: 102). Daripadanya, mereka memperoleh landasan tekstual dan sokongan moral untuk menyerang “Agama Ulakan”. SSn yang diperkatakan dalam rencana ini merakamkan penderitaan jiwa Syeikh Daud, seorang ulama yang banyak menanggung derita jiwa dalam memperjuangkan ide dan keyakinannya.

Dalam SRH, tercermin sikapnya yang menentang taklidisme dalam beragama. Jika SRH adalah reaksi Syeikh Daud kerana kalah berdebat dengan Tuanku Syeikh Lubuk Ipuh, maka SSn adalah rakaman dari efek psikologis yang dideritainya akibat kekalahan itu. Berbeza dengan autobiografi klasik yang lain dari Minangkabau tentang kejayaan, misalnya kisah hidup Nakhoda Muda (Drewes 1961) atau Muhammad Saleh Datuk Orang Kaya Besar, SSn lebih banyak mengisahkan kegagalan Syeikh Daud. Berbeza dengan kebanyakan ulama yang terkenal kerana banyak pengikut dan pahlawan kerana memimpin gerakan melawan penjajah, Syeikh Daud menjadi terkenal kerana cerita “kekalahannya”. Sudah lama diketahui bahwa kajian historis mengenai konflik agama di Minangkabau memberi penekanan pada wilayah Darek. Bagaimana persisnya dinamika hubungan keagamaan antara wilayah rantau barat (khususnya Rantau Pariaman) dengan Darek pada periode Perang Paderi masih belum jelas.

Pembicaraan masalah ini oleh pengkaji-pengkaji terdahulu masih bersifat permulaan. Kebanyakan mereka berpijak pada ungkapan adat Minangkabau yang sudah terlalu sering diulang: Adaik manurun, syarak mandaki (adat menurun, syarak mendaki), maksudnya adat disosialisasikan dari Darek/ dataran rendah, antara lain ke Pariaman; syarak (agama) disosialisasikan dari daerah pantai [Ulakan] (dataran rendah ke dataran tinggi Minangkabau).

Melalui kajian 102 Sari 23 ini, jelaslah efek sebaliknya juga terjadi pada suatu masa dalam sejarah Minangkabau: ide agama dari pedalaman dicoba tularkan ke wilayah pantai. Kisah hidup Syeikh Daud menggambarkan percubaan penetrasi dan perluasan ide “pemurnian” agama yang tercetus di Darek ke wilayah Rantau Pariaman yang masyarakatnya kosmopolitan, bersifat terbuka dan cenderung sinkretis dalam menjalankan agama.

Dari kisah hidup Syeikh Daud itu dapat ditarik kesimpulan bahawa sepanjang bahagian pertama abad ke-19, ide pemurnian agama Kaum Paderi mengalami kesulitan menembusi konservatisme agama masyarakat Pariaman. Ketika melihat radikalisme agama yang tumbuh subur di Darek pada masa Paderi dan pertentangan yang diperlihatkan Rantau Pariaman dengan penduduknya yang sudah lebih dahulu memeluk Islam, penulis ini sependapat dengan Jeroen Peeters yang mengatakan reformasi (agama) lebih banyak berhasil di daerah yang hanya sedikit dipengaruhi tahap proses Islamisasi yang terdahulu (1997: 242). Walaupun segolongan kecil ulama muda asal pantai (Rantau Pariaman) sendiri (setelah belajar ke Darek) mulai bersikap kritis terhadap “Agama Ulakan”, tetapi mereka tidak mampu meruntuhkan otoritas pusat tarekat Shattâriyah itu.

Sampai berakhirnya Perang Paderi, masyarakat Rantau Pariaman masih cukup teguh mengamalkan “Agama Ulakan”. Pertentangan yang mereka tunjukkan terhadap ide Kaum Paderi membentuk enclave di pinggir sebuah wilayah luas di tengah Pulau Sumatra yang hampir sepanjang abad ke-19 dilanda euforia “pembaharuan agama”.

Sumber:

Suryadi. 2004. Syair Sunur; Teks dan Konteks ‘otobiografi‘ Seorang Ulama Minangkabau Abad ke-19, Padang: YDIKM & Citra Budaya.

Syair Sunur, dikenali selanjutnya dengan singkatan SSn, mempunyai banyak nama yang berlainan. Antaranya ialah Nazam Sunur, Nalam Sunur dan Syair Dagang. Ia adalah manuskrip klasik Minangkabau dalam puisi dan belum banyak diperkatakan. Ahli filologi Malaysia dan Indonesia, termasuk yang berasal dari Sumatra Barat, belum banyak yang mengetahui salinan SSn. Sebagai bukti, ia tidak dapat dikesan dari perbincangan Hasanuddin W. S. mengenai filologi Minangkabau dalam buletin kebudayaan Suratkabar (2002: 12-13).
Diposkan oleh RADAR JAMBI di 20:15:00 0 komentar
MERUBAH ADAT ISTIADAT MINANG
MERUBAH ADAT ISTIADAT (Kasus “Punah”)

Diskusi ini berawal dari kiriman artikel Uli Kozok: Penemu Naskah Undang-Undang Zaman Adityawarman yang dipublis Oleh: Syofiardi Bachyul Jb/PadangKini.com

Artikelnya adalah dibawah ini, dan lanjutan diskusi ini berubah menjadi sesuai Subjek diatas, karena poin yang di diskusikan banyak membahas seperti pada judul diatas

=============
Berikut terlampir kutipan bagus tentang budaya kita.. mudah2 an berguna atau kita ulang membacanya..

salam
DanY

Uli Kozok: Penemu Naskah Undang-Undang Zaman Adityawarman
Oleh: Syofiardi Bachyul Jb/PadangKini.com

ULI Kozok, doktor filologi asal Jerman, telah mengejutkan dunia penelitian bahasa dan sejarah kuno Indonesia. Lewat temuan sebuah naskah Malayu kuno di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi yang ia lihat pertama kali di tangan penduduk
pada 2002, ia membantah sejumlah pendapat yang telah menjadi pengetahuan umum selama ini.

Pendapat pertama, selama ini orang beranggapan naskah Malayu hanya ada setelah era Islam dan tidak ada tradisi naskah Malayu pra-Islam. Artinya, dunia tulis-baca orang Malayu diidentikkan dengan masuknya agama Islam di nusantara
yang dimulai pada abad ke-14.

“Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah” yang ditemukan Kozok merupakan naskah pertama yang menggunakan aksara Pasca-Palawa dan memiliki kata-kata tanpa ada satupun serapan ‘berbau’ Islam.

Berdasar uji radio karbon di Wellington, Inggris naskah ini diperkirakan dibuat pada zaman Kerajaan Adityawarman di Suruaso (Tanah Datar, Sumatera Barat) antara 1345 hingga 1377. Naskah ini dibuat di Kerajaan Dharmasraya yang waktu
itu berada di bawah Kerajaan Malayu yang berpusat di Suruaso. Karena itu Kozok mengumumkan naskah tersebut sebagai naskah Malayu tertua di dunia yang pernah ditemukan.

“Ada pakar sastra dan aksara menganggap tidak ada tradisi naskah Malayu sebelum kedatangan Islam, ada yang beranggapan Islam yang membawa tradisi itu ke Indonesia, dengan ditemukannya naskah ini teori itu runtuh,” kata Kozok yang bertemu Padangkini.com di Siguntur, Kabupaten Dharmasraya pengujung Desember 2007.

Aksara Sumatera Kuno

Pendapat kedua, seperti halnya Jawa, Sumatera sebenarnya juga memiliki aksara sendiri yang merupakan turunan dari aksara Palawa dari India Selatan atau aksara Pasca-Palawa. Selama ini aksara di sejumlah prasasti di Sumatera, seperti sejumlah prasasti-prasasti Adityawarman, disebut para ahli sebagai aksara Jawa-Kuno.

Padahal, menurut Kozok, aksara itu berbeda. Seperti halnya di Jawa, di Sumatera juga berkembang aksara Pasca-Palawa dengan modifikasi sendiri dan berbeda dengan di jawa yang juga bisa disebut Aksara Sumatera-Kuno.

Prasasti-prasasti peninggalan Adityawarman di Sumatera Barat, menurutnya, sebenarnya aksara Pasca-Palawa Sumatera-Kuno, termasuk yang digunakan pada Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah dengan perbedaan satu-dua huruf. Namun selama ini prasasti-prasasti itu disebut ahli yang umumnya berasal dari Jawa sebagai aksara Jawa-Kuno.

“Mereka punya persepsi bahwa Sumatera itu masih primitif dan orang Jawa yang membawa peradaban, begitulah gambaran secara kasar yang ada dibenak mereka, karena mereka peneliti Jawa, sehingga ketika mereka datang ke Sumatera dan melihat aksaranya, menganggap aksara Sumatera pasti berasal dari Jawa, nah sekarang kita tahu bahwa kemungkinan aksara itu duluan ada di Sumatera daripada di Jawa,” katanya.

Pendapat ketiga, kerajaan Malayu tua pada zaman Adityawarman telah memiliki undang-undang tertulis yang detail. Undang-undang ini dikirimkan kepada raja-raja di bawahnya. Selama ini belum pernah ada hasil penelitian yang menyebutkan Kerajaan Malayu Kuno memiliki undang-undang tertulis.

Pendapat keempat, dengan ditemukannya “Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah” selangkah lagi terkuak informasi mengenai Kerajaan Dharmasraya, Adityawarman, dan Kerajaan Malayu yang beribukota di Suruaso (Tanah Datar). Naskah tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Malayu beribukota Suruaso yang dipimpin oleh Maharaja Diraja, di bawahnya Dharmasraya yang dipimpin Maharaja, dan di bawah Dharmasraya adalah Kerinci yang dipimpin Raja.

“Meski begitu saya yakin kekuasaan Suruaso dan Dharmasraya terhadap Kerinci hanya secara ‘de jure’ (hukum-red) dan bukan ‘de facto’ (kekuasaan), sebab Kerinci waktu itu tetap memiliki kedaulatannya sendiri, hubungannya lebih
kepada perekonomian karena Kerinci penghasil emas dan pertanian,” kata Kozok.

Terkenang Kebaikan Bupati Kerinci

Uli Kozok (nama lengkapnya Ulrich Kozok) lahir di Hildesheim, Niedersachsen, Jerman pada 26 Mei 1959. Lelaki berkebangsaan Jerman dan permanent resident di New Zealand dan USA ini, pernah menjadi dosen di Universitas Auckland pada 1994-2001. Kini sejak 2001 menjadi Assosiate Professor, Department of Hawaiian and Indo-Pacific Languages an Literatures di University of Hawai’I di Manoa, USA.

Sebelum meneliti naskah kuno Kerinci, Kozok yang fasih bahasa Indonesia dan Batak ini bertahun-tahun mempelajari bahasa, budaya, dan sastra Batak. Bahkan lelaki yang kawin dengan dengan perempuan asal Batak Karo dan memiliki dua anak ini, meraih meraih gelar MA pada 1989 dan PhD pada 1994 dari University of Hamburg dengan tesis dan disertasi tentang bahasa Batak.

Tiga bukunya dalam bahasa Indonesia tentang bahasa Batak pernah diterbitkan tiga penerbit di Indonesia pada 1999 dan 2005.

Pengalaman di Kerinci menyimpan kenangan tersendiri bagi Kozok atas keramahan pejabat dan masyarakatnya. Seorang koleganya di Universitas Auckland memperkenalkan dengan seorang tokoh masyarakat Kerinci mantan anggota DPRD
bernama Sutan Kari.

Ketika pada 1999 Kozok berkunjung ke Kerinci dan dipertemukan dengan Bupati Fauzi Siin untuk tujuan penelitian aksara Kerinci, sang bupati mengatakan penelitian itu sangat penting dan membantunya sepenuh hati.

“Ia menanyakan persiapan saya di Kerinci, di mana menginap dan bagaimana transportasinya karena mesti ke kampung-kampung, saya katakan belum saya pikirkan, lalu diambilnya kunci mobilnya di saku dan dilemparkan ke saya, ini
mobilnya, katanya, Bupati juga membayar penginapan, saya sangat mendapat sambutan yang luar biasa,” kenang Kozok.

Pada 2002 ia kembali ke Kerinci untuk melanjutkan penelitian terhadap naskah-naskah lama yang ditulis dalam aksara Kerinci. Ketika hendak pulang dari melihat naskah yang disimpan masyarakat di Sungai Penuh, ibu Kabupaten Kerinci,
ia mengatakan kepada Sutan Kari selama di Kerinci tidak pernah melihat naskah dari kulit kayu yang umumnya di Batak. Sutan Kari mengatakan ada satu di Tanjung Tanah, sebuah desa di tepi Danau Kerinci.

“Hari itu karena sudah sore, kami ke sana dan kebetulan yang menyimpan naskah itu seorang guru sekolah, walaupun melihat naskah itu harus ada syarat segala macam, dia turunkan dan diperlihatkan kepada saya, saya buat foto,” katanya.

Naskah yang ditulis di kertas yang terbuat dari kayu daluang itu disimpan dalam periuk dari tanah yang juga mungkin usianya sudah ratusan tahun. Di dalam periuk itu masih ada kain dan baju yang sudah sangat kuno. Benda yang dijadikan
pusaka itu dibalut dengan kain, dimasukkan dalam periuk, periuk disimpan dalam kardus dan ditaruh di loteng.

Banyak yang Tak Percaya

Bermula dari situ, Kozok menelitinya. Kemudian mengirim email kepada beberapa kolega mengatakan kemungkinan naskah tersebut berasal dari abad ke-14.

“Mereka semua menjawab; lupaklanlah, itu mustahil, tidak mungkin ada bahan yang bisa bertahan begitu lama, jadi mereka itu sangat tidak percaya, ada yang percaya tetapi kebanyakan tidak percaya,” katanya.

Karena sangat yakin, Kozok kembali ke Kerinci selama Mei 2003, lalu meminta sedikit sampel kertas kulit kayu sebanyak tersebut untuk dikirim ke Rafter Radiocarbon Laboratory di Wellington. Lembaga ini kemudian memberitahukan bahwa
umur naskah Tanjung Tanah lebih dari 600 tahun.

“Sesuai data sejarah yang saya kumpulkan, saya sampai pada kesimpulan bahwa kemungkianan besar naskah itu berasal dari paruh kedua abad ke-14, dan hasil radiokarbon itu pas sekali, perkiraan saya tidak meleset, itu aksara kuno yang
bentuknya masih mirip aksara Palawa dari India Selatan tapi sudah sangat Sumatera, aksara itu hampir sama yang digunakan di Minitujuh Aceh, sampai ke Lampung, aksara itu digunakan pada abad itu,” katanya.

Sebenarnya naskah Tanjung Tanah pernah dicatat sebagai salah satu daftar naskah kuno Kerinci oleh Petrus Voorhoeve, pegawai bahasa Zaman Kolonial Belanda pada 1941 sebagai tambo Kerinci dan disimpan di perpustakaan Koninklijk Instituut voor de Taal, Land, en Volkenkunde (KILV) di Leiden, Belanda.

Di perpustakaan itu ada foto naskah tersebut tapi kurang baik. Voorhoeve menuliskan laporan tentang naskah yang disebutnya sebagian beraksara rencong, dan halaman lainnya beraksara Jawa Kuno. Namun tidak sampai pada kesimpulan.

Undang-Undang dari Dharmasraya

Transliterasi dan terjemahan naskah 34 halaman itu dilakukan sejumlah ahli yang dikoordinasi oleh Yayasan Naskah Nusantara (Yanassa). Ternyata naskah tersebut berisi undang-undang yang dibuat di Dharmasraya (sekarang tepatnya di tepi Sungai Batanghari di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat) yang diberikan kepada masyarakat Kerinci.

Dharmasraya waktu itu adalah pusat Kerajaan Malayu beragama Hindu-Buddha di bawah pemerintahan tertinggi di Saruaso (Tanah Datar) dengan raja Adityawarman. Tulisan tentang naskah kuno ini telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia berjudul Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah, Naskah Malayu yang Tertua (Yayasan Obor Indonesia: 2006). Edisi sebelumnya dalam bahasa Inggris The Tanjung Tanah Code of Law: The Oldest Extant Malay Manuscript (Cambridge: St Catharine’s College and the University Press: 2004).

Uli Kozok pernah mengikutkan kopian Naskah Tanjung Tanah pada pameran di Singapura 18 Januari hingga 30 Juni 2007 dalam pameran bertajuk “Aksara: The Passage of Malay Scrips-Menjejaki Tulisan Melayu”.

Sebelumnya di Malaysia Naskah Tanjung Tanah diseminarkan di University of Malaya, Kuala Lumpur dalam acara Tuanku Abdul Rahman Conference, 14-16 September 2004. Saat itu Uli Kozok menyerahkan buku Tanjung Tanah Code of Law
terbitan Cambridge University kepada Perdana Menteri Malaysia.

“Mereka (Bupati dan masyarakat Kerinci-red) sudah sangat baik budi kepada saya, dan sekarang… ya mudah-mudahan saya bisa membantu Kerinci sedikit, mempopulerkan daerahnya, sebagaimana orang Malayu bilang… untuk membalas
budi, sekarang perhatian ilmuwan dari mancanegara sudah banyak terhadap Kerinci sebagai daerah ditemukan naskah malayu yang tertua,” katanya.***
About this entry

You’re currently reading “MERUBAH ADAT ISTIADAT (Kasus “Punah”),” an entry on RantauNet di Wordpress

Published:
March 23, 2009 / 3:26 pm

Category:
Adat Istiadat

Tags:

39 Comments
Jump to comment form | comment rss [?] | trackback uri [?]

1.
marola 3.7.10 / 3pm

Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,

Secara pribadi saya merasa Bung Uli Kozok ini perlu kita undang, baik untuk mendengarkan cermahnya maupun untuk kita tanyai mengenai hal-hal yang masih gelap mengenai sejarah Minangkabau kuno.

Bagaimana pendapat sanak ?

Wassalam,
Saafroedin Bahar
Reply
1.
marola 3.7.10 / 3pm

Pak Saaf dan dunsanak di lapau sadonyo:

Alamat email Uli Kozok sbb: Uli Kozok”.
Saat ini dia menjadi dosen studi Indonesia di Hawaii University. Kozok sedang mengerjakan proyek digitalisasi naskah2 Kerinci dengan sumber dana yang sama dengan yang saya lakukan di Buton (Yayasan Arcadia, the British Library). Jika ingin mengundangnya mungkin bagus kalau dia lagi berada di lapangan di Kerinci.

Buku Uli Kozok tentang Naskah Undang2 Tanjung Tanah sudah diterbitkan Yayasan Obor Jakarta (2006).

Semoga informasi ini bermanfaat.

Wassalam,
Suryadi
Reply
2.
marola 3.7.10 / 3pm

Sanak Suryadi,

Nanti malam saya akan berjumpa dengan beberapa teman di Jakarta. Akan saya tanyakan bagaimana pendapat beliau-beliau. Bagi saya sendiri, ada dua hal yang amat menggembirakan saya tentang Minangkabau saat ini, yaitu:

1) dengan terbitnya berbagai buku sejarah tentang
Minangkabau — khususnya tentang Gerakan Paderi oleh Christine Dobbin yang dibedah di Padang bulan Oktober yang lalu — sudah semakin lengkap pengetahuan kita tentang Minangkabau, khususnya tentang hubungan antara dua sumber norma kebudayaan Minangkabau: adat dan Islam;

2) adanya sikap keterbukaan untuk menggali lebih lanjut tentang apa sesungguhnya hakikat dan identitas
keminangkabauan, yang dirumuskan dalam ABS SBK.

Bagi diri saya sendiri, mulai diterimanya konsep ‘Ranji ABS SBK’, yang sekaligus mencatat garis keturunan dari fihak ibu dan bapak, sesuai dengan fatwa Buya Masoed Abidin, sungguh merupakan langkah historis yang teramat besar, bukan hanya secara pribadi dengan akan hilangnya konsep ‘punah’ yang merupakan trauma bagi Ayah saya; tetapi juga secara kolektif yang akan memungkinkan disatukannya seluruh orang Minangkabau sejak dari tatanannya yang
paling dasar Suatu tantangan yang masih harus dijawab oleh seluruh sejarawan Minang adalah menuliskan buku sejarah Minangkabau yang lebih komprehensif, yang tidak hanya
mengulas tentang demikian banyak nagari yang tidak punya suprastruktur itu, tetapi juga tentang berbagai kerajaan tradisional, yang salah satu bukti sejarahnya diungkapkan oleh penelitian Uli Kozok sekarang ini.

Sekedar informasi, beberapa waktu yang lalu, secara pribadi saya telah menganjurkan kepada para sahabat di Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang, untuk memulai penulisan sejarah Minangkabau yang komprehensif tersebagai bagian dari kegiatan penelitian yang standar. Rasanya saran saya ini
mendapat perhatian beliau-beliau, walaupun tentunya jika didukung oleh suatu program dan anggaran khusus akan memeprcepat selesainya penulis sejarah tersebut.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
Reply
3.
marola 3.7.10 / 3pm

[...@ntau-net] MERUBAH ADAT ISTIADAT (Kasus “Punah”)

Dear Pak Saaf dan Dunsanak Yang Mulia,

1. Membaca tulisan Bpk ttg usulan merubah adat (sesuai saran Buya HMA spt Bpk tulis di bawah) ….mhn ijinkan saya bertanya apakah kita memang akan mampu utk merubah ADAT ISTIADAT Minangkabau?

2. Jika mampu, ….apakah sudah cukup pengetahuan dan pemahaman kita semua ttg segala detail adat istiadat, …ttg latarbelakang DIBUAT dan DISEPAKATI nya dulu adat istiadat tersebut oleh nenek moyang kita….dan tentang apa saja yg
harus dirubah ….serta tentang apa keterkaitan dan konsekuensi jika ada satu saja elemen adat istiadat yg kita ubah. Baik konsekuensi atas konstelasi adat secara partial, secara keseluruhan, dlm jangka pendek hingga jangka panjang.

3. Secara sepintas,….memang sepertinya “banyak” cerita yg mempertetangkan antara adat dgn agama di Ranah minang,…. tapi jika ditelusuri maka rasanya barangkali kita akan terkesan TERGOPOH-GOPOH jika hendak “membalikan gunung” yg
telah diijinkan ALLAH untuk menjulang dan dijulangkan untuk menopang alam jagad raya ini.

4. Saya sangat yakin bahwa nenek moyang kita (Ranah Minang) tidak sia-sia menegakan dan menyepakati adat istiadat yg telah diturunkan pada kita tsb secara bersama. Meskipun saat itu ISLAM belum masuk ke sana, …..tapi saya
sangat yakin bahwa mereka telah di beri PETUNJUK, TUNTUNAN dan IJIN oleh ALLAH utk membangun adat istiadat Minang tsb bagi kepentingan anak cucunya utk kurun
waktu yg SANGAT PANJANG….dan dalam segala aspek kehidupan.

5. Secara pribadi, nasib telah membawa saya meninggalkan Ranah Minang lebih dari 35 tahun,…….dan langkah telah membawa saya melihat, membaca, mendengar dan merasakan air banyak negeri orang. Atas perjalanan nasib itu, …..meskipun bukan sejarahwan atau budayawan)….. saya menemukan (dan yakin serta bahagia) bahwa ADAT ISTIADAT MINANG adalah TERBAIK dari semua adat istiadat yg ada pada abad milenium ini.

6. Pertanyaan dan perspektif tsb saya cuatkan bukan utk “malintang” ataupun “manantang matoari”,…..tapi sebagai usaha saya utk belajar agar bisa tetap berdiri teguh dlm menghadapi “jaman edan” ini. Mohon maaf kalau ada pilhan kata atau kalimat yg tidak tepat.

Salam,
r.a.
Reply
1.
marola 3.7.10 / 3pm

Sanak R.A dan para sanak sapalanta,

Jika Sanak memperhatikan keseluruhan dinamika wacana mengenai adat — atau lebih persisnya mengenai ABS SBK — maka Sanak akan berkesimpulan bahwa tidak ada yang akan merubah adat itu.

Yang ada adalah permintaan agar pengertiannya lebih dijernihkan, dan kelembagaannya ditata serta diaktualisasikan sesuai dengan kebutuhan zaman kita sekarang.
Permintaan in juga sesuai sepenuhnya dengan kesepakatan bahwa ad empat jenis adat [adat nan sabana adat;adat nan teradat; adat nan diadatkan; dan adat istiadat], dan bahwa adat itu sendiri menyediakan tempat bagi perubahan, bagi
dinamika.

Gagasan saya mengenai ‘Ranji ABS SBK’ tersebut juga sesuai sepenuhnya dengan ajaran adat, khususnya yang sudah diresapi oleh ajaran agama Islam. Itulah sebabnya saya merujuk kepada fatwa Buya Masoed Abidin dari MUI Sumbar.
Memang, mengenai perubahan ini terlihat ada dua ‘schools of thought’, yaitu yang berpendapat bahwa adat yang sekarang ini sudah baik, dan yang berpendapat bahwa sudah saatnya untuk diperbaharui, karena Minangkabau itu — suka atau
tidak suka — sudah, sedang, dan akan terus berubah
Saya menghormati pendapat kelompok pertama, namun saya termasuk kelompok kedua.

Latar belakang perjuangan saya untuk adanya apa yang saya sebut sekarang ini sebagai ‘Ranji ABS SBK’ terdapat dalam buku yang saya tulis bersama Ir Moh.Zulfan Tadjoeddin, 2004, “Masih Ada Harapan: Posisi Sebuah Etnik Minoritas dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.” Jika sanak berminat, dengan senang hati saya bersedia memberi Sanak satu copy. Kebetulan masih ada persediaan di rumah.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
Reply
4.
marola 3.7.10 / 3pm

Uda uni, niniak mamak, cadiak pandai nan ambo hormati.

Kalau manuruik ambo adaik kito nan ado ndak lakang dipaneh ndak lapuak di hujan, ado juo paraluno kito palajari basamo ba mulo asa muasa adaik maatua, walaupun kito ndak barado dimaso adaik batetapan, saketek banyak no ado samar-samar dalam manantuan adaik nan patuik dibarui atau tidak, tu nan patamo.

Adopun jo pandapek nan kaduo ambo satuju pulo, sajauah masih sara’ mangato ndak do salah jikok ka adaik dipakaikan.

Ambo hijau dikomuditas ko baru pak,mak,uda,uni. Jikok ado salah jo jangga nan ambo sampaikan, tolong ajaan ambo, sambah sarato maaf ambo aturkan.

Wasalam,
Fadhil
Reply
1.
marola 3.7.10 / 3pm

wa’alaikum salam ww,

memang Fadhil untuak mamparajai iko iyo paralu ukatu jo kamauan sarato sarananyo. dek mancaliak Fadhil di Duri kok alun tau ado kumpulan urang awak nan punyo organisasi nan salah satu bagiannyo adolah mangalola bagian adat iko. kalo ndak salah tahun 2006-2007 dunsanak kito iko dapek peringkat terbaik dalam lomba pasambahan di Pakampuangan Minangkabau Padang Panjang.

dima Fadhil di Tarusannyo. awak ado kawan urang Tarusan itu namonyo Asrizen tamaik STM Kiktinggi th 88. uninyo banamo Yurnita nan suaminyo Tantara di Pakanbaru. lai ko Fadhil kenal jo si Zen ko.

wassalam
Batuduang Ameh (42)
Reply
5.
marola 3.7.10 / 3pm

Sanak R.A dan para sanak sa palanta,

Saya mencoba membaca baik-baik pandangan Sanak R.A. Rasanya kita kembali lagi ke ‘square one’ dalam wacana mengenai masalah adat ini, padahal sementara itu dunia ini berjalan terus.

Setiap wacana mengenai adat Minang selalu muncul dua sikap: 1) tak ada yang salah dengan ‘adat lamo pusako usang’; dan 2) karano dunia alah banyak nan barubah, dan sasuai jo ajaran adat bahaso ‘sakali aie gadang sakali tapian
baranjak’, mako alah paralu adat tu direnung ulang.

[Btw belum pernah diadakan enquette mengenai soal ini untuk mengetahui mana yang lebih banyak pendukungnya. Bagaimana kalau kita laksanakan pada suatu saat nanti? Saya benar-benar ingin tahu apakah pendapat saya mengenai adat ini adalah pendapat 'minoritas' yang 'me-oriented' dan bersumber dari 'ketidakfahaman' seperti Sanak R.A tengarai. Hasil enquette tersebut pasti akan sangat menarik sekali. Saya bersedia untuk menyerah kalah. ]

Jadi baa lai?
Kalau dirantang bisa panjang, rancak dibunta naknyo singkek.
Ini adalah masalah pilihan. Silakan dipilih salah satu ‘mazhab’ tentang masalah adat ini dan silakan laksanakan baik-baik. Fastabiqul khairaat. Dalam sholat di musajik sajo lai buliah sumbayang surang.

Tentang suatu hal perlu saya klarifikasi: saya tak pernah mempergunakan perkataan ‘menyempurnakan ‘ adat Minang. Tak ada kompetensi dan wewenang saya untuk itu. Memprotes sebagian ajaran adat Minang, ya. Soal ‘punah’, yang saya pandang tidak Islami dan berpotensi melanggar Pasal 277 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Pendapat saya itu saya utarakan dalam tahun 2004, lima tahun yang lalu, dan saya ulangi lagi antara tahun 2006 sampai 2008 yang lalu di RN ini untuk menjangkau audience yang lebih luas, dan telah mendapatkan tanggapan cukup dari
para RNetters. Wacana tersebut saya usahakan mencari ‘modus vivendi’-nya, dengan menawarkan konsep ‘Ranji ABS SBK’ , yang kalau saya tak salah tanggap telah dapat menyelesaikannya.

Sanak R.A. kelihatannya sangat tidak setuju dengan gagasan ini. Tentu saja itu bolah boleh saja. Mengenai soal adat yang lain, saya oke-oke saja. Silakan.
Tentang gagasan Sanak R.A untuk melaksanakan adat secara ‘kaffah’ (?), saya tak sependapat. Perlu ada tempat yang terhormat bagi ajaran Islam di dalam adat Minang yang berasal dari zaman pra kedatangan Islam ke Minangkabau itu. Buku Christine Dobbin yang dibedah di Padang bulan Oktober 2008 yang lalu sudah banyak mengulas masalah ini.
Secara pribadi saya sedang berjuang di tingkat nasional pada Sekretariat Nasional Masyarakat Hukum Adat (Setnas MHA) untuk perlindungan hak masyarakat hukum adat secara menyeluruh, khususnya mengenai hak atas tanah ulayat.

Mohon doa semoga berhasil.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
Reply
1.
marola 3.7.10 / 4pm

Dear Pak Saaf dan Dunsanak RN Yang Mulia,

1. Saya telah membaca beulang-ulang reply Bapak, dan merenung-renungkan pesan dan makna yang ingin Bapak transformasikan kepada kita semua (melalui diskusi kita berdua). Dlm perenungan, saya seperti harus memilih dua jalan, yaitu MENGHENTIKAN DISKUSI ini, atau MENERUSKAN nya.

Gerak hati untuk berhenti diskusi muncul karena mencuatnya terminilogi “kalah-menang”, …sedangkan gerak hati untuk meneruskan nya muncul karena tiba2 dalam hati muncul kalimat “Kemanakan barajo ke Mamak, …Mamak barajo ka
Pangulu, ….Pangulu barajo ka mufakat……..mufakat barajo ka yang bana,…..dan yang bana badiri sendiri nyo”.

2. Dengan keyakinan bahwa kita semua BERPUTIH HATI,….. bahwa tidak ada satupun diantara kita di RN ini yg bermaksud saling memojokan, mencari KALAH atau mencari MENANG,….. dan dengan keyakinan hati bahwa Pak Saaf adalah orang tua kami tempat kami bertanya dan mencari jawab,…..dengan keyakinan bahwa Pak Saaf adalah berada pada posisi seperti kata pepatah dunia BIG PORTIONS FOR BGI SERVES,……dan mencermati tulisan Bpk di RN ini yang selalu berpola untuk keperluan yang besar dan luas, ………… maka saya sangat yakin bahwa Bpk tidak akan pernah merasa lelah dan sia-sia untuk mengulang semua pembicaraan yang pernah ada ttg “penyeusian adat” ini bagi kami yang baru bergabung di RN ini (karena saya yakin bahwa Bapak sangat tahu bahwa itulah beda antara ADAT dan BUDAYA…………….ADAT ibarat tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan…..sedangkan BUDAYA selalu berjalan mengikuti jaman dan “bisa” berganti seperti berlalunya hari),………untuk itu…….mohon ijinkan saya memberanikan diri untuk MENERUSKAN diskusi ini.

3. Saya juga telah mengulang membaca tulisan yang saya postingkan,…..mencermatinya dan merasakannya,……..rasanya TIDAK ADA satupun frase yang ada saya tujukan secara personal atau kelompok. Persepektif
saya tuangkan dalam ULASAN ttg KEJADIAN UMUM. Dengan demikian, saya tidak mengatakan bahwa Bapak (dan/atau kawan2) adalah yg minoritas atau yg tergolong “me-oriented”. Istilah “me-oriented” saya cuatkan adalah untuk membedakan
antara kepentingan pribadi/keluarga/kelompok yang kecil dengan kepentingan bersuku/berbangsa/bernegara.

4. Jika diletakan dalam perspektif kepentingan pribadi/keluarga/kelompok kecil, maka secara SEPINTAS saya juga menemukan bahwa banyak hal yang “BISA TERASA”
kurang adil, merugikan dan bahkan menyakitkan. Tapi, jika diletakan dalam konstelasi suku/bangsa/negara, maka saya TETAP BERKESIMPULAN bahwa ADAT MINANG adalah Adat yang SANGAT KOMPREHENSIF, ADAT yg SANGAT TELITI, SANGAT CERDAS, SANGAT EFISIEN, ADAT yang SANGAT AKTUAL dan FAKTUAL untuk jangka pendek hingga
akhir zaman untuk menjaga EKSISTENSI dan SUSTAINABILITAS anak cucu Minang serta
memperbesar tata kekerabatan tanpa harus menghadapi ancaman atas wilayah TERITORI ASAL.

Dalam kebodohan saya mempelajari dan memaknai berbagai perjalanan hidup selama ini, maka saya kembali memberanikan diri utk mengatakan bahwa ADAT MINANG
adalah ADAT TERBAIK yang ada di muka bumi saat ini,….. dan bisa (bahkan harus) MENJADI CONTOH membangun DEMOKRASI, EKONOMI, PERTAHANAN DAN KEAMANAN bangsa dan negara, dan paradigma PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN yang sedang semarak dibicarakan
dan digaungkan oleh seisi dunia saat ini. Sedangkan dalam konteks ISLAM, maka saya juga memberanikan diri untuk menyatakan bahwa ADAT MINANG adalah adat manusia yang PALING SESUAI DENGAN AJARAN ISLAM.

5. Semua “PUJIAN” thd adat Minang tersebut adalah saya ungkapkan dalam konteks pembicaraan dgn platform TATANAN ADAT,……sedangkan berbagai kelemahan
pelaksanaan yang ada selama ini (spt yg sudah banyak kita cuatkan) adalah saya anggap sebagai BIAS, ……yaitu penyimpangan yang terjadi (sbg hal yang LUMRAH
dan terjadi DIMANA MANA) karena adanya interest yang berbeda-beda, karena adanya ketimpangan informasi, karena adanya pemahaman yang berbeda-beda, ….dan karena adanya dinamika “external threat” (yg salah satunya BISA
BERSUMBER dari proses “brain washing” melalui bahan rujukan yang ditulis oleh seseorang bukan orang Minang).

Semua BIAS tersebut adalah TIDAK HANYA DIALAMI oleh ADAT MINANG, tetapi oleh semua ADAT yang ada di dunia saat ini. Saya sangat yakin bhw Pak Saaf adalah SALAH SEORANG AHLI yang selalu mengikuti dinamika POLITIK 50 TAHUNAN dan POLITIK 100 TAHUNAN DUNIA. Oleh karena itulah, maka pada posting terdahulu saya mencuatkan isu tentang adanya RAHASIA ADAT (dlm pelaksanaannya ….biasanya hanya dibisikan oleh Mamak kepada Kemanakan),…… dan semua ADAT DI DUNIA (di
Indonesia, ….sdgkan utk dunia plz baca sebagai politik peradaban suatu bangsa) juga adalah mempunyai RAHASIA ADAT. Sebagai contoh di Indonesia, ADAT SANDA PITUNA di TORAJA (sebagai salah satu adat yg masih dianggap bulat,
ternyata dibisikan oleh salah seorang PUANG di sana kepada saya bhw sesungguhnya adalah bertatanan 4 x 7777777).

6. Saya sangat yakin bhw Pak Saafg adalah dalam BERGURAU untuk mencuatkan perlunya “ANGKET”,……karena saya yakin bhw Pak Saaf adalah salah seorang orang tua kami yang menjadi saksi hidup tentang kerugian Indonesia atas hilangnya TIMTIM.

7. Mengenai pepatah “sakali aia gadang, sakali tapian berubah”, saya fikir bukanlah sebagai “arahan” untuk menyesuaikan adat dengan perkembangan jaman,
melainkan adalah sebagai “rambu-rambu kehidupan” agar jangan sampai negeri kita dilanda oleh AIA GADANG, karena kalau hal itu terjadi pasti akan mengubah tatanan negeri. Untuk itu, maka saya sangat yakin bahwa Pak Saaf akan setuju dengan selalu membuka ruang bertanya, diskusi dan belajar bagi siapapun dan kapanpun dengan tujuan agar kami-kami ini sebagai anak-kemanakan dan generasi
penerus bisa ikut berpartisipasi dalam menjaga agar TIDAK TERJADI AIA GADANG YANG MENGUBAH TEPIAN di negeri kita.

8. Berkaitan dengan gagasan saya utk melaksanakan ADAT MINANG secara KAFFAH, maka adalah bukan berarti saya merendahkan AGAMA ISLAM, ….bahkan sebaliknya….saya sangat MENJUNJUNG TINGGI ISLAM. Dalam pltaform tesis-anti tesis,……..jika kita meletakan ISLAM ke dalam ADAT maka akan muncul perspektif bahwa ADAT LEBIH BESAR dari ISLAM,…..jika sebaliknya kita meletakkan ADAT ke dalam ISLAM maka akan timbul perspektif bahwa ISLAM TIDAK KOMPREHENSIF.

9. Dalam kebodohan saya mempunyai informasi,….tahu dan mengetahui,…. memaknai, dan memahami tentang ADAT MINANG dan AGAMA ISLAM,….maka saya menemukan bahwa ADAT MINANG dan AGAMA ISLAM adalah ibarat ALAM AKAL dan ALAM QALBI dalam diri seorang manusia,……….jika alam akal tidak diterangi oleh alam qalbi maka AKAL AKAN SESAT,…..sedangkan jika alam qalbi tidak dituntun oleh alam akal maka QALBI AKAN MATI…….yaitu minimal mati dalam arti berada pada kondisi “serendah-rendahnya iman” karena tidak ada satupun wujud nyata dari iman yang dimiliki untuk membuktikan RAHMAN dan RAHIM nya ALLAH di muka bumi.

Dengan demikian, …..pada tataran telaah yang SAMA dalamnya (kedalaman yang sama ketika menelaah adat dan menelaah agama)…..maka saya berkesimpulan bahwa
ADAT MINANG DAN AGAMA ISLAM adalah TIDAK BERTENTANGAN, melainkan saling kait berkait ibarat sepasang rel kereta api,….yang sama kuatnya antara rel kiri
dan rel kanan,….sama lurusnya,….sama datarnya,…..terikat kuat satu sama lain untuk membawa lokomotif RAHMAN dan RAHIM serta sepanjang apapun gerbong hidup dan kehidupan yang ada dibelakangnya untuk LURUS menuju berbagai tujuan
perjalanan hidup yang bersifat sementara dan untuk LURUS menuju tujuan hidup yang terakhir yaitu mencari jawaban SIAPA DIRI KU, DARI MANA AKU BERASAL, APA
TUGASKU DIMUKA BUMI, KEMANA AKU HARUS KEMBALI, dan KAPAN AKU HARUS KEMBALI.

10. Saya sama sekali tidak anti akan pemikiran untuk “melengkapi” atau “menyempurnakan” atau bahkan untuk “mengubah” nya sekalipun, ……namun demikian berbagai perspektif yang saya sampaikan selama ini sengaja saya
cuatkan hanyalah semata-mata agar kita semua tidak tergolong yang tergopoh-gopoh,…..tidak tergolong yang cepat berlelah,….dan tidak tergolong yang sia-sia dalam membangun sesuatu yang berguna bagi anak/kemanakan cucu kita semua. Jika kita memang sepakat utk “mengubahnya” sekalipun, maka saya akan ikut bersama……biarlah usaha kita utk mengubah itu akan diuji oleh pepatah YANG BANA BADIRI SANDIRI nyo……namun demikian jika kita hanya akan “mengubah” sebagaan-sebagain saja (seperti kasus punah,…atau pernyataan Bu Hifni ttg harta pusaka tinggi diperlakukan sebagai wakaf) maka saya TIDAK BISA MEMBAYANG KEHANCURAN apa yang akan terjadi.

10. Sebagai penutup,…..saya mohon maaf jika telah terlalu serius utk berdiskusi,….juga mohon maaf jika ada pilihan kata dan kalimat yang salah,….dan juga mohon di beri PENCERAHAN jika ada pengetahuan dan pemahaman
saya yang salah. Saya hanya bermaksud utk belajar…….agar tidak melintang patah….agar tidak mambujua lalu,…. melainkan agar tetap bisa berdiri lurus ke atas ditengah derasnya arus yang melanda kehidupan di rantau urang.

Salam,
r.a.
Reply
1.
marola 3.7.10 / 4pm

Maa Angku Ricky Avenzora sarato Rang Lapau nan Basamo,

Sanang kami manyimak jo maranuangkan apo nan Angku katangahkan dalam kaik-bakaiknyo Adat Minangkabau jo Agamo Islam sapanjang maso nan kito katahui. Kaik-bakaik ko bukanlah hal baru, namun dalam konvolusinyo gejala Adat Minangkabau tetap berkembang dalam menghadapi kekuatan-kekuatan luar (eternal forces) . Indak paralu kito taguluik-guluik basikareh mangubah adat dengan mamasokan atau manarimo pangaruah lua ko.

Datuak Parpatiah nan Sabatang lah mambarikan hint dalam nasehatnyo:
“Takuik di Adat ka tagiliang, turuikkan putaran roda.”

Samantaro tu dalam Khasanah Pantun-pantun, dapek pulo kito danga:

Ramo-ramo Si Kumbang Jati,
Katik Endah pulang bakudo.
Patah tumbuah hilang baganti,
Adat Lamo dikana juo.

Parubahan ko selalu bajalan sendirinyo dalam involusi budaya nan bukanlah baru. Dangalah antaro lain-lain Lirik Siti Nurhaliza dalam Kaparinyo:

Semenjak Lembah bertambah dalam
Nampaknya Gunung tinggi bertuah
Semenjak Sejarah Hawa dan Adam Alam Terkembang berubah-ubah

Salam,
–MakNgah
2.
marola 3.7.10 / 4pm

Inyiak Sunguik, Sanak R.A, dan para sanak sa palanta,

Syukur Alhamdulillah wacana tentang Adat dan Agama — [ABS SBK} -- ini sudah bergulir kembali, kini dengan kehadiran tenaga baru yang potensial, yaitu Sanak R.A, yang berusaha menggelitik kita dengan pertanyaan-pertanyaan yang 'thought provoking'.

Saya sarankan agar wacana ini diteruskan sampai ke ujung, apalagi rumusan Tim Perumus yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Sumatera Barat setelah menghimpun seluruh masukan sudah mulai merumuskan kembali draft lanjutan dari ABS SBK tersebut.

Besar manfaatnya jika pandangan dan pertanyaan Sanak RA -- selain dibahas [kembali] di RN ini — juga disumbangkan ke Tim Perumus ABS SBK tersebut, Atau, lebih baik lagi, jika Sanak R.A. menulis sebuah buku yang secara komprehensif membahas substansi yang amat penting bagi kita suku bangsa Minangkabau ini, untuk dapat kita tekuni.

Seperti sering saya tulis, saya bukan ahli adat dan juga bukan ahli syarak. Keahlian saya terletak di bidang lain, katakanlah dalam ilmu pemerintahan dan politik. Dalam masalah berminang-minang, saya hanya seorang pemeduli, dan
sebagai pemeduli, saya sekedarnya menjadi pengeritik, dalam hal yang amat terbatas tetapi juga amat mendasar.
Mengenai masalah yang selebihnya saya persilakan yang lebih ahli untuk merenung, menulis, dan jika mungkin untuk memperbaiki.

Hanya jika memang keminangan kita itu sedemikian sempurnanya, kok keadaan nyatanya begitu-begitu saja ? Bersama dengan Prof Amri Marzali, saya menengarai
demikian banyak kontradiksi dan paradoks dalam adat Minangkabau, mungkin karena ketidakfahaman saya.
Jadi, go on, Sanak RA, Sanak teruskanlah perjalanan panjang wacana ini di titik dimana saya akan berhenti. Saya doakan Sanak berhasil.

Dalam bidang perlindungan hak masyarakat hukum adat, saya akan melanjutkan kegiatan saya dalam konteks Setnas MHA. Titik-titik terang sudah mulai kelihatan. Tolong didoakan.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
3.
marola 3.7.10 / 4pm

Dear Pak Saaf, Datuak Bagindo, MakNgah, dan Dunsanak RN Yang Mulia,

1. Terima kasih banyak atas pencerahan yang Bpk, Datuak, dan MakNgah berikan.

2. Saya tidak mengelak atau berkilah atas pola tulisan saya yg memang bisa menimbulkan kesan “thought provoking” seperti yang Pak Saaf sebutkan, …..saya sadar bhw belum tentu ada manfaat dari pola tersebut…… tapi saya yakin
mudah2an pola tersebut bisa memperkaya cara kita erdiskusi di RN ini.

3. Tentang menulis buku, maka saya sadar bhw saya belum mempunyai kapasitas utk melakukan itu (setidaknya saat ini), ……namun perihal sebagai tenaga baru utk bisa berkontribusi dalam membangun ABS-SBK adalah INSYA ALLAH akan
saya lakukan. Meskipun saya tergolong TIDAK PAHAM akan ADAT MINANG barangkali setidaknya tenaga saya bisa terpakai untuk “mengawasi” tukang ketik draft dokumen ABS-SBK.

4. Sekali lagi terima kasih atas pencerahan yang telah diberikan pada saya atas topik diskusi ini, dan sekali lagi saya mohon maaf atas semua kekeliruan yang ada.

Salam,
r.a.
4.
marola 3.7.10 / 4pm

Alhamdulillah, Sanak R.A.

Lanjutlkanlah wacana ini. masih banyak masalah ABS
SBK yang perlu dijernihkan, disistematisasikan, dilembagakan, serta ditindaklanjuti.

Kini giliran orang muda untuk maju.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
6.
marola 3.7.10 / 3pm

Assalamualaikum, wr. wb,

Jika ditelaah dari sisi adat – maka sebenarnya padusi Minang adalah sosok yang dijunjung tinggi. Bundakanduang sebagai limpapeh rumah nan gadang. Tiang utama dalam pembelakuan adat itu. Mengapa karena :
- sistem perkawinannya bersifat eksogami,
- garis keturunan diambil dari Ibu,
- Bersuku ke ibu,
- Harta pusako dikuasai padusi ( bukan dimiliki ya…)

Namun setelah Islam masuk ke Ranah Minang – ternyata beberapa hal yang tidak sesuai penerapan adat itu dengan kaedah syariah Islam…

Sepanjang pengetahuan saya, telah ada petunjuk – petunjuk dari cerdik pandai dan ulama di Rantaunet Yml. Buya Mas’oed dan Bapak Azmi datuk Bagindo dan Datuk Endang Pahlawan, dimana kita memang sudah tidak bisa murni lagi menerapkan hal -hal yang bertentanga denga syariah Islam.

Telah disepakati bahwa :
- Kita menggunakan Ranji ABS – SBK, sehingga seorang anak bersuku kepada ibunya da bernazab kepada ayahnya.
- Masalah harta pusako – harta pusaka tinggi dapat dijadikan sebagai wakaf, dimana hasil dari pengelolaan harta pusaka itu digunakan untuk kemaslahatan keluarga besar dari si empunya harta, yaitu antara lain :
- perawatan rumah gadang,
- menyelenggarakan mayit yang terbujur,
- penyelenggaraan pesta perkawinan atas para anak gadis kita,
- babako ba baki.

Bagi saya sebagai seorang perempuan minangkabau – disinilah keagungan adat dan budaya minangkabau yang harus diselaraskan antara penerapan hukum adat dan
hukum islam.

Insya allah – jika kita para perantau minang ( saya sudah merantau 4o tahun), masih meyakini bahwa adat istiadat kita tetap – tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan.

Adat bersendikan ABS – SBK – hendaknya tetap merupakan transformasi dan reformasi bagi pembaharuan adat minangkabau sepanjang – kita menyadari semuanya
bahwa kita tetap mengedapankan syariah Islam sebagai keyakinan kita.

Marilah kita secara bertahap mulai menerapkan ABS – SBK ini dalam lingkungan keluarga kita dan kerabat kita…

Ternyata mengelola harta pusaka sesuai dengan ajaran agama islam itu – suatu kenikmatan bagi kita – bahwa kita telah berbagi untuk kemaslahatan kelaurga besar kita dan kerukua berkeluarga juga tercipta.

Padahal sesungguhnya sering kita mendengar di kampung – bahwa justru orang dikampung kita tidak mengenal ABS – SBK.

Rasanya perlu sosialisasi terhadap ABS – SBK di wilayah Sumbar…

Lebih kurangnya mohon dimaafkan

Wassalam,

Hifni H. Nizhamul
Reply
1.
marola 3.7.10 / 3pm

Waalaikumsalam w.w. Rangkayo Hifni,

Pandangan Rangkayo tentang ABS SBK benar sekali, harus kita tegakkan, antara lain dengan menggunakan ‘Ranji ABS SBK’, yang sekaligus mencatat garis keturunan menurut ibu yang diajarkan adat serta garis keturunan menurut bapak
yang diajarkan Islam.

Suatu masalah yang masih terlihat dan perlu dirapikan adalah menjernihkan secara lebih rinci dan sistematis apa kandungan normatif ABS SBK tersebut, oleh karena — seperti Rangkayo tulis — masih ada aspek-aspek tertentu dari adat
Minangkabau itu yang belum selaras dengan norma-norma ajaran Islam. Mengenai hal yang terakhir ini –antara lain– mengenai konsep ‘punah’ , yang menyebabkan seorang laki-laki yang beranak banyak bisa merasa dirinya punah
tanpa keturunan jika adik-adik perempuannya tidak punya anak perempuan. Dalam kesempatan lain saay telah menuliskan trauma Ayah saya yang menganggap dirinya
punah, karena adik perempuan beliau satu-satunya hanya beranaks eorang, laki-laki pula.

Syukurnya, Pemerintah Daerah Sumatera Barat telah membentuk sebuah tim untuk merumuskan ABS SBK, yang sudah disosialisasikan baik di Ranah maupun di Rantau.
Kepada tim ini telah diberikan masukan, dan masukan-masukan tersebut sedang diolah.

Suatu masalah lain yang agak kurang kita tangani adalah menggunakanan data statistik konkrit untuk memahami kondisi terkini dari masyarakat Minangkabau.
Dari data yang saya temukan, dalam tahun 1978 sudah 92% orang Minang hidup dalam keluarga batih, tidak lagi hidup di rumah gadang dan surau. Pada umumnya orang tidak lagi membangun rumah-rumah gadang, tetapi rumah-rumah
keluarga.Dengan kata lain, Minangkabau itu telah, sedang, dan akan berubah, baik kita suka atau kita tidak suka.
Tantangan yang kita hadapi adalah bagaimana kita enyambut, merencanakan, dan mengendalikan perubahan tersebut sesuai dengan keinginan kita. Masalahnya disini adalah Minangkabau tidak — atau belum — mempunyai suatu lembaga kebersamaan yang memungkinkan masalah bersama ini dibahas bersama, diputuskan bersama, dan dilaksanakan bersama. Yang umumnya terlihat oleh saya — seperti sering diingatkan pak Darul — ‘kita bisa sama-sama bekerja,tapi tak bisa bekerja sama’. .

Wassalam,
Saafroedin Bahar
Reply
1.
marola 3.7.10 / 4pm

Alhamdulillah berdiskusi baliak awak Mak Saaf

Terlebih dahulu ambo minta maaf – alah acok awak berdiskusi selalu ambo menyapo dengan Mamanda. Itu dek karano awak samo -samo basuku Tanjuang. Dicaliek Umua – setara mamak dek ambo mah…

1. Soal mempertahankan adat nan indak lakang dek paneh dan indak lapuak dek ujan, iko sabana menjadi perenungan kito bana..

1. Bertahannya adat tentu karena ada pihak yang mempertahankan…
2. Siapakah yang mempertahankan adat…??

Perseorangankah atau kelembagaankah.

2. Ambo ingin batanyo Mak Saaf – selaku tokoh dalam pengembangan dan pelestarian hukum adat di Indonesia : ” apokah adat istiadat minangkabau bisa belaku sebagai hukum adat yang bisa berlaku diseluruh wilayah Sumbar ? pada hal
kita tahu bahwa adat itu berlaku ” salingka nagari “.

3. Menurut pandangan ambo – falsafah alam ‘ Alam Takambang Jadi Guru ” selayaknya kita pertahankan – tidak punah dan tidak dipunahkan untuk kepentingan tertentu. Dimana seingat ambo Buya Mas’oed telah mengajarkan
kepada kita yang muda- muda bahwa falsafah minang telah sesuai dengan apa yang terkandung dalam al”qur’an yaitu : ” baldatun thoyibatun wa ghofurrurrahiiim.

Artinya nilai luhur dari ajaran islam telah ada dalam adat istiadat kita.

4. Yang bisa berubah adalah hubungan muamalah diantara anggota masyarakat dan sistem kekerabatan yang melibatkan ; pengambilan garis keturunan – dan harta pusaka.

5. Minangkabau dalam kekinian – inilah yang sering menimbulkan persoalan akibat adanya benturan kepentingan diantara masyarakat – penguasa, yang terkait dengan bidang perekonomian, politik.

6. Setahu ambo DR. Mochtar Naim adalah sosiolog yang pasti banyak tahu tentang kondisi masyarakat minang kini. Dari beliaulah kita akan mengetahui banyak kondisi masyarakat yang selalu berubah dan hal apa saja yang masih bertahan
dengan perkembangan zaman ini.

7. Bagaimana dengan peran LKAM dalam hal ini ???

Demikianlah tanggapan dari ambo Mak saaf, mungkin ado nan lain yang ikuik mengamati masalah iko. Ambo ingin pulo mandanga komentar sanak sanak yang mabo muliakan.

Wassalam,
Hifni H. Nizhamul
2.
marola 3.7.10 / 4pm

Karano kito sasuku, dan ambo labiah tuo, sambia menyasuaikan jo pamintaan Rangkayo, mulai hari ko ambo sapo malah sabagai Nakan ]singkatan ‘kemenakan’] Hifni,

Nakan Hifni,
Rasonyo indak ka habih-habih kito bawacana tantang Minangkabau ko, sabab masalahnyo salain sabana kompleks juo batambang taruih. Nan ambo cubo manyiginyo salamo ko kan sabagian-sabagian, mulai dari sistem nilai nan paliang
dasar sarupo ABS SBK, lanjuik ka latar belakang sejarah, taruih ka aspek kelembagaan, sarupo Ranji ABS SBK.

Alun sadonyo salasai, tapi rasonyo alah nampak tabayang-bayang karangko masalah nan kito hadoki sebagai suatu suku bangso di tangah baitu banyak suku bangso di Indonesia ko.
Dalam manangani masalah Minangkabau ko nampak adonyo duo mazhab, namokanlah Mazhab A, nan ortodoks/konservatif/mancaliak ka balakang dan indak amuah ado parubahan saketekpun dari ‘adaik lamo pusako usang’; dan Mahab B, nan
reformis/progresif/ mancaliak kamuko, nan tabuka kapado parubahan, karano adaik itu sandi ado nan indak barubah (‘adaik nan sabana adaik’] ado pulo nan barubah ['adaik nan diadaikkan, adaik nan taradaik, adaik istiadaik']. Ambo masuak mazhab B ko.

Kanyataan manunjuakkan bahaso walau komunikasi alah dibuka antaro pangikuik kadua mazhab ko, namun susah bana mancari kasapakatan, sahinggo nan dapek dikarajokan adolah ba-’fastabiqul khairaat’, balomba dalam babuek kabaikan.
Ambo dukuang panuah kainginan Nakan untuak adonyo adat nan balaku untuak saluruah Sumatera Barat, sarupo Undang-undang Simbur Cahaya di Sumatera Selatan, atau ‘Undang-undang nan Duo Puluah’ dulu untuak Minangkabau. Hanyo yo
paralu dikunyah-kunyah baliak dan disapakati basamo.
Nampak dek ambo LKAAM Sumbar alah mulai manangani sabagian masalah maso kini, khususnyo silang sangketo nan sangai banyak tajadi di nagari awak itu.

Baru-baru ko LKAAM Sumbar maadokan pelatihan teknis beracara manuruik hukum adat, bakarajo samo jo Kapolda da Pengadilan Tinggi. LKAAM Sumbar jo juo ikuik dalam Tim Perumus ABS SBK.

Tantang Minangkabau maso kini, ambo lai sato saketek mambahasnyo dalam Semiloka Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat Minangkabau di FH Unand, Juni 2007 nan
lalu. Alah dibukukan. Kok Nakan mamaralukan,masih ado copynyo di rumah ambo.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
2.
marola 3.7.10 / 3pm

Assalamualaikum ww

Nimbrung ambo saketek, dalam sebuah hadist pernah ambo baco bahwa “Kamu nanti (di Yaumil Akhir) akan dipanggil dengan nama bapak kamu”

Kayaknya malaikat tidak mengenal dan tidak peduli dengan nama suku saya, pada hal demi adat saya ambil bagian sedikit untuk melestarikan adat tersebut terlebih dalam ber-Minang2 sejak ber-tahun2 terakhir ini saya menambahkan nama suku dibelakang nama bahkan sejak ber-rantaunetria 1998 dulu dengan bangga saya tambah pula dengan gelar Malin Bandaro Gimanalah udah keputusan Rasul SAW gitu, saya tidak bakal dipanggil sebagai Arman Bahar Piliang Malin Bandaro tetapi dalam cacatan para malaikat dan akan
dipanggilkan sebagai Arman Bahar Bin Baharuddin

Biarlah saya manut aja, abis mau gimana lagi?

wasalam
armansamudra
Reply
1.
marola 3.7.10 / 3pm

Waalaikumsalam w.w.

Sanak Arman Bahar dan para sanak sa palanta, Argumen sanak marupokan argumen nan paliang padek, nan panah ambo baco. Ambo tingga maangguak-angguak sajo lai, Dalam ‘signature’ di e-mail ko ambo tambahkan juo namo suku jo gala adat sarato nagari asa niniak muyang ambo — nan sangaik jarang ambo pakai dalam iduik sahari-hari — untuak manyanang-nyanangkan hati para sanak kito nan amaik
bapaduli jo masalah ko.

Kan indak salah doh kito manyanangkan hati sanak-sanak kito nan lain?

Wassalam,
Saafroedin Bahar
2.
marola 3.7.10 / 4pm

Kok dikana panglaman anak-anak maso ketek, lah ado instink nan jaleh baa anak-anak Urang Awak manjunjuang tinggi mampatahankan Namo Ibunyo.
Kok inyo dipacaruiki kawannyo atau urang lain, “Apak Ang di Ang!”, lai indak ka sabangih bana atinyo doh dibandiangkan jo pacaruik “Amai Ang di Ang!

Kok tadanga urang manyabuik namo “Amai Ang di Ang” tu,
apo lai kok tadanga “P Amai Ang!” mangko batanyo lah inyo elok-elok, jo langkah padek.
Baa mangko ang sabuik-sabuik Namo Amai den?
Iyo lai amuah na ati ang!
Sambia manyalensengkan langan baju, iyo balamuak agak sabanta!

Salam,
–Nyiak Sunguik
7.
marola 3.7.10 / 3pm

Assalamualaikum Wr.Wb. Bapak Doktor Saafroedin Bahar, Ibu Hifni H.Nizhamul, serta ummat RN diPalanta yth.

Saya hanya mau sedikit mengingatkan dan menambahkan, serta bertanya tentant tulisan Pak Doktor Saafroedin Bahar dan Ibu Hifni H.Nizhamul. yakni

1. Sewaktu Jawanisasi (Transmigrasi, pada Regime Jendral Suharto) tidak ada seorangpun yang contra, walaupun beban uang dibiayai oleh rakyat semua, termasuk Minang-Kabau, selain itu yg makin sengsara adara putra/putri daerah setempat, karena disaingi oleh transmigrant tersebut.

2. Sejak tahun 1970an Yahudi sudah reformasi, yakni garis keturunan tidaklah hanya dari sang ibu, melainkan juga dari sang bapak. Bukan berarti minta bagian ataupun hak dalam pusaka tingi ataupun juga Minang-Kabauisasi.

3. Janganlah sampai menjadi dilemmas seperti Austria dan Jerman, tentang kebangsaan Adolf Hitler dan atau Ludwig van Beethoven. Apakah keturunan dari anak2 pahlawan RI asal Minang-Kabau itu semua orang Minang-Kabau?

Komentar2 dari ummat RN di Palanta sangat saya harapkan sekali.

Wassalam,
Muljadi,

BTW, saya menanyakan ini, bukanlah se-mata2 untuk pribadi saya, karena ibu anak2 saya bukanlah berdarah Minang-Kabau.
Reply
1.
marola 3.7.10 / 3pm

Waalaikumsalam w.w.

Sanak Muljadi Ali Basjah dan para sanak sapalanta,
Maaf, saya belum menangkap kaitan pertanyaan Sanak ini dengan substansi tulisan saya. Namun, sepanjang yang dapat saya tanggap, beginilah kira-kira pemahaman saya:

ad 1.Program transmigrasi tersebut terbuka untuk semua orang yang memerlukannya, termasuk untuk orang Minangkabau. Bersama-sama dengan rekan-rekan saya di Setnas MHA saya pernah menawarkan di RN ini program
transmigrasi lokal dari Sumbar ke Riau, sama sekali tak ada respons ! Dengan beberapa pengurus Setnas MHA yang lain saya sudah membicarakannya dengan Depnakertrans di Jakarta.

ad 2. Ini berita baru buat saya, akan saya check. Setahu saya Yahudi masih tetap menggunakan sistem kekerabatan matrilineal. Bagaimana kalau Sanak menulis mengenai soal ini?

ad 3. Yang ini saya benar-benar tak bisa menjawab, karena kurang faham apa yang dimaksud. Silakan dijawab oleh sanak yang lain.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
Reply
1.
marola 3.7.10 / 4pm

Assalamualaikum Wr.Wb. Bapak Doktor Saafroedin Bahar, Ibu Hifni H.Nizhamul, serta ummat RN diPalanta yth.

Saya hanya mau sedikit meningatkan dan menambahkan tulisan Pak Doktor, yakni

1. Sewaktu Jawanisasi (Transmigrasi, pada Regime Jendral Suharto) tidak ada seorangpun yang contra, walaupun beban uang dibiayai oleh rakyat semua.

Muljadi
2.
marola 3.7.10 / 3pm

Untuak manjawab tanyo sanak Mulyadi Ali Basjah.

Maaf ambo bukan ahli adat, tapi mancaliak conto ka nan sudah mancaliak tuah ka nan manang . Nan biaso balaku dinagari ambo.

Untuak status ke Minangan dari anak urang Minang yang menikah jo suku lain adolah sebagai berikut :

1. Untuak padusi Minang yang kawin jo lelaki non- Minang. Anaknyo masih dianggap sebagai urang Minang misalnyo : sanak kito Tifatul Sembiring jo Marlon Situmeang Dt. Rangkayo Mulia ( Bupati Dharmasraya)

2. Untuak lelaki Minang yang kawin ka lua, tampaknyo anaknyo nan biasonyo sebagai nan berstatus anak pisang.

Indak dianggap sebagai urang Minang.

Jadi ambo iyo indak bisa juo menganggap anak pak St. Syahril atau Emil Salim itu urang Minang karano ibu mereka bukan urang Minang.

Demikian saketek dari ambo, mungkin ado sanak nan lain nan bisa mancurai-papa kan labiah langkok.

Wass
TR
Reply
1.
marola 3.7.10 / 4pm

Saketek lai ambo tambahkan : Untuak manjawab tanyo sanak Mulyadi Ali Basjah.

Maaf ambo bukan ahli adat, tapi mancaliak conto ka nan sudah mancaliak tuah ka nan manang . Nan biaso balaku dinagari ambo.

Untuk setiap pernikahan yang direstui atau sekurangnya tidak dilarang para Mamak dipasukuannyo.

Status ke Minangan dari anak urang Minang yang menikah jo suku lain adolah sebagai berikut :

1. Untuak padusi Minang yang kawin jo lelaki non- Minang. Anaknyo masih dianggap sebagai urang Minang misalnyo : sanak kito Tifatul Sembiring jo Marlon Situmeang Dt. Rangkayo Mulia ( Bupati Dharmasraya).

Jadi hak dan kewajibannyo sabagai urang Minang indak barubah. Karano dalam kehidupan sehari-hari dalam menunaikan fungsi sebagai urang Minang inyo akan dipandu dek Mamaknyo.

2. Untuak lelaki Minang yang kawin ka lua, tampaknyo anaknyo nan biasonyo sebagai nan berstatus anak pisang. Indak dianggap sebagai urang Minang.

Jadi ambo iyo indak bisa juo menganggap anak pak St. Syahril atau Emil Salim itu urang Minang karano ibu mereka bukan urang Minang.

Walau baitu dalam kehidupan sehari-hari keberadaan mereka tetap dihargai, cuma kadang dalam forum resmi hanyo sebagai mantimun bungkuak.

Apolai kok baiko inyo lah pulang ka bako atau punya istri orang kampung Bapaknya, peran mereka dalam kehidupan sehari-hari makin diperhitungkan..

Demikian saketek dari ambo, mungkin ado sanak nan lain nan bisa mancurai-papa kan labiah langkok.

Wass
TR
2.
marola 3.7.10 / 4pm

Iyo lo duh.

Tantu baitu juo, Pak M. Hatta sandiri, lahia di Bukittinggi, ayah
Batuhampa, ibu Tegal[?] Apo lai anak-anak baliau. St. Sjahrir sendiri? Ayah Kotogadang, Ibu Natal. Anak-anak Pak Natsir? Kalau indak salah isteri baliau dari Natal. Muhammad Yamin? Isteri baliau pun rasonyo dari Subarang [?]. Inyiak M. Sjafei kayutanam? A.A. Navis?

Agak di ateh saketek, Datuak Katumangguangan jo Datuak Parpatiah nan Sabatang?
Kurang jaleh asa usua ayah ibu baliau nan baduo. Lqabiah jauah lai, Maharajo Alif? Ayahnyo ko iyo Iskandar Zulkarnain. Ibunyo? Antah dimaa kampuang istri dan nan isteri kabara dari Sultan Zulkarnain tu. Kalau Ibu Maharajo Alif ko Urang Minang, tantu dunsanaknyo nan baduo lai Rajo Banua Ruhum jo Rajo Cino tu Urang Minang pulo yo? Jadi kok dikaji-kaji bana lah sabana batambah laweh Minangkabau ko, Labiah Laweh dari Piaman … :)

Labiah jauah bana, kok iyo bana amuah bana hati mangaji-ngaji Nasab, kasadoalahe Rang Dunia ko sabananyo sanasab, samo-samo anak cucu Nyiak Adam walaupun baliau indak basuku … :)

Salam,
–Nyiak Sunguik – Cucu Nyiak Adam :)
3.
marola 3.7.10 / 4pm

Tarimo kasih banyak atas pencerahannya Nyiak,

Hampir setiap urang minang pasti pernah bertanya akan keminanganya paling tidak pada diriya sendiri, terutama laki laki adalah wajar manuruik ambo karena kita manusia selalu mencari indentitas. Karena inilah pertanyaan yang terakhir
datang bila semua kebutuhan sudah terpenuhi.

Biasanya api pertanyaan ini akan dimatikan oleh ke Islaman nya sendiri, semakin besar pemahaman religiusnya semakin cepat pula api itu pudua. toh malaikat tidak perduli anda orang minang atau bukan. yang tak dapat saya bayangkan
kalaulah Minangkabau mayoritas bukan Islam entah apa jadinya.

Karena pengaruh Islam yang kuat juga matrlinial yang masih bisa bertahan hingga saat ini hanya di Minang, walau perlu dilakukan studi untuk ini, seberapa besar pengaruh Islam melestarikan matrilinial si Miangkabau. yang di India sudah selesai dan yahudipun sudah direformasi. Karena jodoh dan maut diluar jangkauan kita, dampak negatif dari matrilinial
ini adalah pada perantau yang tidak berjodoh dengan orang minang lebih banyak memilih diam dan tinggalah kampuang nan jauh dimato. Tidak semuanya tapi kalau boleh dibuatkan statistik mungkin lebih dari separuh. lagi lagi saya berasumsi Kalau dalam Islam untuk orang yang masuk islam diberikan nama Abdullah, Barangkali para cendik pandai di Minangkabau perlu memikirkan satu suku baru untuk anak para orang Minang untuk menghidari diskriminasi. Berfikir
jauh kedepan diera globalisasi ini Kalau tidak dimuali dari sekarang kita akan kehilangan orang orang pintar anak para cendikiawan MInang yang lebih hebat dari ayahnya. Walau perlu sekali lagi dilakukan studi genetic berapa persen
pengaruh ayah melekat di anak dan berapa persen pengaruh genetic sang Ibu.

Dari pada kita sibuk memberi gelar pada petinggi negara bila berkunjuang ke Minangkabau yang ujung ujungnya jadi bahan tertawaan.

Mohon maaf sabaleh jo kapalo kalau ada kata yang tidak berkenan dihati dunsanak.

Wassalam
Zulkarnain Kahar
4.
marola 3.7.10 / 4pm

Itulah, takana di ambo saketek Latar Belakang pembangunan Taman Bung Hatta di Bawah Jam Gadang. Pado awalnyo, artis perancang Taman tu mendesain Patuang Pak Hatta pakai Saluak. Draft awal dan asli gambar patuang tu antaro lain dikirim ka ambo via jalua pribadi. Ambo sanang dan kagum mancaliak Pemimpin Besar kito ko Basaluak, persis sarupo Datuak-datuak Niniak Mamak di Kampuang Kito. Sabana manakah, impresif. Ambo nyatokan penghargaan tinggi ka artis-desainer kito ko.

Tapi, apo nan tajadi? Sasudah dipalegaan ka urang-urang ahli bakapantiangan nan paralu-paralu, mangko datanglah teguran ka artis kito ko supayo patuang Pak Hatta tu jan dibari basaluak! Akhianyo artis kito dengan raso sedih mancaritokan ka ambo, baliau tapaso Maungkai Saluak Pak Hatta tu, manggantinyo jo Kupiah Beka, saroman gambar Pak Hatta nan biaso tampak dek kito dalam gambar-gambar resmi nasional. Mangko kini kok ado nan mamparatikan patuang Pak Hatta di Bawah Jam Gadang tu, baliau Pakai Kupiah Beka, Peci Nasional.

Sakitulah sakadar latar bulakang Sejarah Taman dan Patuang Pak Hatta nan indak diketahui urang banyak…

[Ambo sandiri alun panah mancaliak Taman dan Patuang Pak Hatta tu lai, karano Taman tu dibangun sasudah ambo barangkek dan sasudah basuo batamu muko jo artis
kito di Rumah [kini Museum] Pak Hatta tu sandiri di Jalan Payokumbuah babarapo tahun nan lalu, 2004].

Takana lo Pantun Anak-anak di Kampuang Maso Dahulu:

Pandan Den du Pandan Gau?
Pandan Den baduri-duri.
Ayah Den du Ayah Gau?
Ayah Den Basaluak Tinggi …

Sayang, ibo awak anak-anak Pak Hatta nan indak ka dapek malagu bapantun saroman itu …
Tapi, pantun tu dapek dikarehkan lagu-e [sakareh usik-musik angkot di Padang] dek anak-anak Urang-urang Jauah nan dianugerah-hormati jo Saluak Baru …

Salam,
–Nyiak Sunguik
Sjamsir Sjarif
8.
marola 3.7.10 / 4pm

Assalamualaikum WW.

Mungkin iko ikut menambahkan se
Mungkin banyak diskusi alah dibuek mengenai adat Minangkabau diantaronyo seperti yang tergambar di bawah ko. sebagai tambahan, ado persoalan besar juo yang terus berlangsung adolah mengenai gesekan konsep tenurial adat
(penguasaan) adat jo konsep tenurial negara atas tanah-tanah ulayat. Dalam kasus-kasus HGU, tanah-tanah ulayat itu telah berpindah manjadi tanah negara melalui mekanisme pemberian HGU (Hak Guna Usaha. Barulah kapatangko lahia Perda No. 16 Tahun 2008 Tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannyo yang salah satu klausulnyo manyabuikkan, intinyo, setelah HGU salasai, mako tanah itu baliak
manjadi ulayat nagari. Tapi paralu dipikiakan dalam bantuak apo ?.

Hukum agraria sejauh iko hanyo mengenal mekanisme redistribusi tanah untuak pemberian-pemberian hak. Kalau dalam pendekatan pengakuan, permen agraria No. 5 Tahun 1999 membatasi sebagai berikut ;

Pelaksanaan hak ulayat masyarakat hukum adat sebagaimana tidak dapat lagi dilakukan terhada bvidang-bidang tanah yang pada saat ditetapkannya Peraturan Daerah sebagaiman dimaksdu Pasal 6 :
a. sudah dipunyai oleh perseorangan atau badan hukum dengan sesuatu hak atas tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria;
b. merupakan bidang-bidang tabnah yang sudah diperoleh atau dibebaskan oleh instansi pemerinyag, bahan hukum atau perseorangan sesuai ketentuan dan tata cara yang berlaku.

Ambo kiro masalah lapehnyo ulayat-ulayat nagari ko paralu juo kito sikapi basamo.

Salam
andiko
Reply
9.
marola 3.7.10 / 4pm

Alhamdulilah .. tarimo kasih Mak Saaf…

buliehlah Mamak maimbau Nakan… bia saraso batambah sumangaik ba ‘a kamanakan barajo ka Mamak tantu untuak mandapek ulemu nan bamanfaat. Amiin..,

Tantu ambo sambuik tawaran Mak Saaf nan ka maagieh buku Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat Minangkabau di FH Unand, Juni 2007.
Kalau lai bulieh ambo mamintak ka mak Saaf, Alamat ambo di :
Kompleks Perumahan Puspiptek Blok 1 C no 2 – Setu Tangerang Selatan (15314).

Nah….. ado nan ambo tanyoan ka Mak Saaf – Selain perlindungan masyarakat hukum adat – baa pulo perlindungan hak-hak Kaum di Minangkabau ?
Sebagaimana kita ketahui bahwa Eksistensi kaum sudah jelas – bahwa di dalam sebuah kaum, strukturnya sebagai berikut;

a. Ada Mamak yang dipercaya sebagai pimpinan kaum yang disebut Penghulu bergelar datuk.
b. Ada Mamak-mamak di bawah penghulu yang dipercayai memimpin setiap rumah gadang/keluarga dan kerabat.
c. Para mamak yang mempimpin setiap rumah gadang itu disebut. Mamak disebut; tungganai. Seorang laki-laki yang memikul tugas sebagai tungganai rumah pada beberapa suku tertentu mereka juga diberi gelar datuk.

Ambo pernah mendengar ado sengketa Kaum yang berkaitan dengan perebutan atas penguasaan dan pemilikan hak-hak atas tanah. Seperti yang terjadi di Kota Padang.
Banyak tanah kaum itu telah kuasai anggota masyarakat hampir 1 abad. Dalam kasus ini apakah ada perlindungan hak – hak kaum itu.???

Demikianlah tanggapan ambo Mak Saaf…
Tarimo sabalunnyo – bilo lai Mak Saaf namuah baragieh buku ka ambo….

Wassalam,
Hifni H. Nizhamul
Reply
10.
marola 3.7.10 / 4pm

Buliah ambo manyalo ?

Carito ma nan Minang dan ma nan indak Minang koh alah
lamo manjadi masalah di nagari kito. Ingek novel buya Hamka, “Tenggelamnya Kapal van der Wijk,” kisah cinta antara Zainuddin yang berayah Minang dan beribu Bugis, dengan Hayati yang berbapak dan beribu Minang ?.
Kebetulan saya hadir dalam pertemuan di rumah Sanak Aminuzal Amin Dt Batuah di Kebayoran Baru, Jakarta, sewaktu membahas rencana patung Bung Hatta, yang
mulanya berpakaian datuk. Ada fotonya, dengan pakaian datuk yang dihadiahkan Gubernur Sumatera Barat, pak Harun Zein.

Sungguh, saya terheran-heran melihat kerasnya reaksi dari kaum adat yang hadir pada saat itu terhadap rencana patung Bung Hatta yang berpakaian adat itu.
Masyaallah, untuk sekedar membuat patung dengan berpakaian adat simbolik saja untuk orang besar Indonesia itu tak bisa diterima !
Lama saya termenung memikirkan implikasi dari sikap ini. Apa yang melatar belakanginya? Sako dan Pusako? Mengapa pada suatu sisi Hatta selalu dibangga-bangakan sebagai ‘tokoh Minang’ dan pada saat yang sama hanya untuk
monumen berbaju datuak saja ditentang habis-habisan ? .
Kok demikian lama kita orang Minang nyaman-nyaman saja dengan inkonsistensi sikap ini ? Sabaliak hitam sabaliak putiah.

Keputusan terakhir mengenai monumen Bung Hatta diambil di rumah Jusuf Kalla, yang pernah menjadi asisten Bung Hatta di Unhas Makassar. Beliau mengatakan bahwa beliau sama sekali tidak mengenal pak Hatta yang berpakaian datuk, dikira
salah seorang datuk tua biasa saja. Bung Hatta memang dikenal dengan pakaian safarinya yang sederhana itu.

Pertanyaannya sekarang: mau kemana Minangkabau ?
Saya garis bawahi sindiran Inyiak Sunguik dalam posting sebelum ini:

=============
“Iyo lo duh. Tantu baitu juo, Pak M. Hatta sandiri, lahia di Bukittinggi, ayah Batuhampa, ibu Tegal[?] Apo lai anak-anak baliau.. St. Sjahrir sendiri? Ayah Kotogadang, Ibu Natal. Anak-anak Pak Natsir? Kalau indak salah isteri baliau
dari Natal. Muhammad Yamin? Isteri baliau pun rasonyo dari Subarang [?]. Inyiak M. Sjafei kayutanam? A.A. Navis?
Agak di ateh saketek, Datuak Katumangguangan jo Datuak Parpatiah nan Sabatang? Kurang jaleh asa usua ayah ibu baliau nan baduo. Lqabiah jauah lai, Maharajo Alif? Ayahnyo ko iyo Iskandar Zulkarnain. Ibunyo? Antah dimaa kampuang istri dan nan isteri kabara dari Sultan Zulkarnain tu. Kalau Ibu
Maharajo Alif ko Urang Minang, tantu dunsanaknyo nan baduo lai Rajo Banua Ruhum jo Rajo Cino tu Urang Minang pulo yo? Jadi kok dikaji-kaji bana lah sabana batambah laweh Minangkabau ko, Labiah Laweh dari Piaman … :)

Labiah jauah bana, kok iyo bana amuah bana hati angaji-ngaji Nasab, kasadoalahe Rang Dunia ko sabananyo sanasab, samo-samo anak cucu Nyiak Adam walaupun baliau indak basuku … :) ”
===============

Saya juga menggaris bawahi peringatan Sanak Zulkarnain Kahar berikit ini:

Karena jodoh dan maut diluar jangkauan kita, dampak negatif dari matrilinial ini adalah pada perantau yang tidak berjodoh dengan orang minang lebih banyak memilih diam dan tinggalah kampuang nan jauh dimato. Tidak semuanya tapi kalau boleh dibuatkan statistik mungkin lebih dari separuh. lagi lagi saya berasumsi Kalau dalam Islam untuk orang yang masuk islam diberikan nama Abdullah, Barangkali para cendik pandai di Minangkabau perlu memikirkan satu suku baru untuk anak para orang Minang untuk menghidari diskriminasi. Berfikir jauh kedepan diera globalisasi ini Kalau tidak dimuali dari sekarang kita akan kehilangan orang orang pintar anak para cendikiawan MInang yang lebih hebat dari ayahnya.
Pada hakikatnya hal ini terkait erat dengan masalah akulturasi antara adat Minangkabau dengan agama Islam. Sampai saat-saat terakhir dalam pertemuan di rumah Bp Ir Ermansyah Yamin, saya masih menengarai adanya dua ‘mazhab’ dalam
wawasan kita orang Minangkabau, yang susah sekali dipersatukan.

Susahnya mempersatukan orang Minang dalam ‘core values’ ini merembes ke bidang-bidang lain: politik, ekonomi, sosial budaya, atau dalam bekerjasama sehari-hari.
Saya telah mencoba menawarkan suatu jalan keluar — modus vivendi — berwujud ‘Ranji ABS SBK’, yang mengakui baik garis matrilineal adat maupun garis nasab Islam. Jika gagasan ini bisa diterima, please, jangan dipersoalkan lagi masalah keminangan Hatta, Sutan Syahrir, atau anak-anak Yamin.
Lebih dari itu, mohon, jangan dipersoalkan juga keminangan Inyiak Moh Syafei yang Kalimantan atau AA Navis yang Jawa. Secara kultural mereka itu tak kurang Minangnya dari kita -kita yang mempertanyakannya.

Bagaimana kalau hendak dipersoalkan juga ?
Ya, terserahlah.
Btw, banyak menantu saya orang non-Minang. Saya sama sekali tak peduli apakah cucu-cucu saya akan diakui sebagai orang Minang atau tidak. Toh tak seorang pun di antara mereka yang berminat pada soal sako dan pusako. Mereka
mempersiapkan dir untuk menghadapi masa depannya sendiri, yang sama sekali tak memerlukan sako dan pusako itu.
Yang penting mereka menjadi orang Islam dan orang Indonesia yang baik.

Itu jelas lebih baik daripada sekedar menjadi orang Minang.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
Reply
1.
marola 3.7.10 / 4pm

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh,

Pak Saaf yang dimuliekan,

Siapakah yang akan dapat mengatakan bahwa Inyiek Djambek (Syekh Muhamad Djamil Djambek) itu bukan orang Minang, malah di tahun 1929, Syekh Muhammad *Djambek* mendirikan organisasi bernama *Persatuan Kebangsaan Minangkabau*dengan tujuan untuk *memelihara, menghargai, dan mencintai adat istiadat setempat. **Sementara ketika masa itu, sebagian orang Minangkabau sangat kurang menanggapinya, dan kebanyakan parewanya masih bermain-main di luar adat Minangkabau itu sendiri…*

Wassalam
*Buya HMA. *
Reply
1.
marola 3.7.10 / 4pm

Waalaikumsalam w.w. Buya,

Nampaknyo iyo masih panjang perjuangan kito untuak manyatukan antaro adat jo Islam di Minangkabau komah, Buya. Wacana bakapanjangan, indak ado kaputusan.
Alah dapek kasapakatan pado satu generasi atau satu kalompok saroman RN, muncul pulo baliak masalah nan samo dari gelombang hadirin nan baru. Iyo panek-panek kito dek nyo.
Sapanjang manganai ambo, ambo akan maaliahkan ‘induak pasukan’ ka Sekretariat Nasional Masyarakat Hukum Adat (Setnas MHA), nan labiah mamungkinkan ambo untuak ba-’amal jariah’ untuak bangso jo Negara kito ko.

Kapantiangan ambo tantang adat Minangkabau indak banyak, manduduakkan soal ‘punah’ sajo, dan rasonyo alah salasai jo ‘Ranji ABS SBK’. Nan lainnyo, terserahlah ka para dunsanak kito nan lain. Ambo sakaluarga alah mamutuihkan untuak ‘marantau cino’. Pulang kampuang hanyo dek taragak atau dek ado undangan sajo.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
11.
marola 3.7.10 / 4pm

Dalam hal STATUS iko mungkin awak harus mempertimbangkan juo kondisi disekitar awak nan mulai lungga.

Kok beko ado anak pisang nan ibunyo Non- Minang lah maraso berhak pulo barisuak jadi datuak , kiro-kiro apo sukunyo ?

Jan sampai nan asli dialahkan pulo beko, kecuali kalau cuma sekadar gala paragiahan…

Sebab sacaro alami terbukti yang asli memang daya juangnyo agak kandua dari pendatang .

Tapi nan jaleh pola Matriakhat itu tantu lah ka bagalau jadinyo..

Dilain pihak , caliak lah di Riau lah banyak tagak Gareja, bahkan ado beberapa kecamatan selain ex. Daerah Transmigrasi yang memproklamirkan dominasi mereka dari warga local. Sejumlah orang yang mengaku Laskar
Melayu tampaknyo bukan orang local sehingga sikap mereka jauh dari kesantunan Melayu itu..

Untuak nagari awak sajak developer lah mambangun komplek perumahan dipinggiran kota, tempat peribadatan Non- Muslim pun mulai mengusik warga .

Mungkin iko nan labiah paralu kito bentengi kini dari pado mangaja STATUS, sebab nan jaleh salamo iko kito cukup welcome kepada para anak pisang tsb.

Kecuali kalau status pernikahan Bapaknya bermasalah, bahkan yang seperti ini biasanya dengan berlalunya waktu suasana menjadi cair juga jadinya..

Salam
St.RA
Reply
12.
marola 3.7.10 / 4pm

Basuku ka Ibu- basako ka Mamak.

Baa peran Tungganai tangah rumah ??

Contoh kasus :
Ado kamanakan padusi nan memaksa menikah dengan lelaki yang sudah beristri. Dicaliak bebet-bobotnyo dari calon suami itu iyo indak ado ciek juo nan kadipacik doh .

Calon yang diajukan keluarga tidak digubrisnya…Yang ada Cuma itu yang dicinta…

Dengan kondisinya sekarang dan selama ini.

Kok sempat inyo manikah sangat tipis kemungkinan bisa sekaligus membiayai istri kedua istri dan anak-anaknya.

Walau dari segi UU – 74 ttg Perkawinan mereka memang tidak boleh menikah.

Apakah dengan kondisi seperti itu si Tungganai masih berhak menghalangi pernikahan itu ?

Kok jadi menikah , boleh dilarang mereka pulang ka Rumah Gadang (bukan harta gono gini ibu-bapaknya)

Apakah itu lah tamasuak malangga HAM pulo ?

Kalau dulu untuak masalah perdata- harato pusako dan hukum adat lain, bisa dimusyawarahkan dulu dilevel Pangulu/KAN.

Tapi kalau untuak masalah pidana, walau secara adat sudah damai…dengan hakim gak bisa damai.. Contohnyo suku Anak dalam di Jambi nan sampai demo dipengadilan .

Wass
St. RA
Reply
13.
marola 3.7.10 / 4pm

Dear Bu Hifni dan Dunsanak RN Yang Mulia,

1. Empat masalah yang ibu sarikan saya fikir adalah masalah umum yang terjadi bukan hanya pada orang minang saja,… melaikan pada semua suku dan bangsa. Saya sangat setuju dengan pandangan Ibu, bhw kita perlu menciptakan suasana diskusi yang bermanfaat,….tidak hanya sampai pada tingkat senda-gurau (shg tidak ada kesimpulan sbg bahan pembelajaran spt yg Ibu tuliskan) dan mestinya tentu juga
tidak dalam keseriusan yang mengarah pada cipeh-cimeeh atau bahkan saling menyinggung.

2. Jika tidak berkeberatan, saya MOHON PENCERAHAN apa yang Ibu maksudkan dengan “perkawinan eksogomi”, dan harta pusaka tinggi dilaksanakan sebagai wakaf?

Salam,
r.a.
Reply
14.
marola 3.7.10 / 4pm

Kelapa Gading 26 Maret 2009

Assalamu’alaikum w.w.

Nan Ambo Hormati, Buya H.Masud Abidin Majo Kayo, Angku Saafroedin Bahar St.Majolelo, Angku RA Ibu Hj.Hifni Nizhamul, sarato dunsanak sapalanta. Izinkan ambo untuk ikuik memberikan pandapek tentang apo nan sadang dibicarkan di milis nangko yaitu tentang Usaho untuak MEROBAH ADAT ISTIADAT MINANGKABAU (Kasus Punah”) .

Wacana nan datang dari angku Saafroedin Bahar St.Majo Lelo, sebenarnyo persoalan nangko sudah pernah diangkat beberapa waktu nan lalu, malah hasilnyo telah dicetak menjadi buku dengan judul “PolemiK Adat Minangkabau” di internet. 2008 1. Merobah Adat Seperti yang ditulis oleh angku Saafroedin bahar St.Majolelo bahwa, “*Dalam manangani** **masalah Minangkabau ko nampak adonyo duo mazhab, namokanlah Mazhab A, nan ortodoks/konservatif/mancaliak ka balakang dan indak amuah ado parubahan saketekpun dari ‘adaik lamo pusako usang’; dan Mahab B, nan reformis/progresif/ mancaliak kamuko, nan tabuka kapado parubahan, karano adaik itu sandi ado nan indak barubah (‘adaik nan sabana adaik’] ado pulo nan barubah ['adaik nan diadaikkan, adaik nan taradaik, adaik istiadaik']. Ambo masuak mazhab B ko.Kanyataan manunjuakkan bahaso walau komunikasi alah dibuka antaro pangikuik kadua mazhab ko, namun susah bana mancari kasapakatan, sahinggo nan dapek dikarajokan adolah ba-’fastabiqul khairaat’, balomba dalam babuek kabaikan”

* Menuruik pendapek ambo dalam mengadapi masa depan kita tentu harus mengetahui masa lalu terlebih dahulu. Sehingga dapat di jadikan sebagai tolok ukur untuk menghadapi masa sekarang dan masa depan. System adat Minangkabau tidaklah tetutup akan perobahan, dalam pepatah adat disebutkan

*“ Sakali aia gadang tibo sakali talatah barubah”* Namun, perinsip aia tetap, yaitu mengalir dari hulu kamuaro. *“**Usang-usang dibarui, lapuak-lapau di kajangi”* Menurut pendapat ambo ada bebera hal tentang adat yang dapat berobah seperti, yang pertama adat nan di Adatkan itu depek berobah, karena itu adolah suatu aturan nan dibuek oleh niniak mamak di Balairong di masing-masing nagari yang biasa disebut adat salingka nagari.

Seperti aturan nikah kawin, tata cara penjemputan mepelai, tata cara lamar melamar, tata cara batagak gadang dll. Yang kedua, Adat nan ter adat itupun bisa berobah, karena termasuk sesuatu yang terjadi tidak kita ketahui asal mulanya dan tidak dibuat dengan kakat mupakat oleh niniak mamak di nagari, seperti tata cara duduak baselo, kinilah ado kurisi itu tidak masalah dalam adat tidak di katakan malanggar adat. Makan manyuok lalu ado nan basendok tidak masalah. Maudang urang, dulu batingkek jajanjang batapiak bandua, kini dengan surek undangan dll. Namun, jika akan merubah nilai-nilai dasar tentang adat Minangkabau seperti nan sering ambo sampaikan yaitu,
1) Sistem Matrilinial
2) Sistem Sako jo Pusako
3) Sistem Demokrasi Minangkabau
4) Budi yang merupakan Landasan Adat
5) Pepata-patitih yang mengandung nilai-nilai Adat atau sebagai ayat-ayat Adat
6) Perpaduan aturan Adat dan aturan Agama Islam ABS-SBK. Hal tersebut telah diterima oleh seluruh masyarakat Minangkabau, jika salah satu diantara bagian ini yang akan dirobah, berati kita akan merlenyapkan Adat Minangkabau atau akan mengagati Minangkabau dengan nama lain.

2. Punah

Telah pernah di diskusikan dan telah di cetak jadi buku keterangan ambo adolah sbb:

*“Punah”, sebenarnyo harus jelas dulu yang punah itu keluarga yang mana, keluarga Angku Saafroedin Bahar St.Madjolelo atau keluarga dunsanak ayahanda Angku?. Jikok nan punah itu keluarga bako Angku atau dunsanak ayahanda Angku, yaitu keluarga menurut jalur adat. *

* *
*Menuruik pandapek ambo, hal tersebut seharusnyo indak ado pengaruh kapado Angku sebagai anak ujung ameh dari keluarga tersebut. Karano nan punah itu adolah pihak bako Angku, yang sudah barang tentu antaro Angku dan mereka mempunyai jalur nan babeda menurut aturan adat nan balaku di Minangkabau. *

* *

*Kemudian punah itu sendiri harus diliek dulu permasalahannyo, karano ado dunsanak nan saeto, nan sajangka, nan satampok, nan sabuah jari. Aratinyo, sabalun dikatokan punah diliek dulu dunsanak nan sabuah jari, indak ado nan sabuah jari, diliek nan sa
Diposkan oleh RADAR JAMBI di 20:02:00 0 komentar
Posting Lama Beranda
Langgan: Entri (Atom)
SIAPAKAH CALON WALIKOTA SUNGAI-PENUH MENURUT PILIHAN ANDA
RADAR JAMBI
Memuat...
Pengikut

Arsip Blog

* ▼ 2010 (206)
o ▼ Juni (166)
+ KEDUDUKAN RAJA DALAM KESELARASAN KOTO PILIANG
+ KAUM PADERI DAN KAUM ULAMA DI PARIAMAN
+ MERUBAH ADAT ISTIADAT MINANG
+ KERINCI YANG MAGIS EKSOTIS DAN PENUH MYSTERI
+ MITOS SALIDO DAN NAGA SAKTI DARI GUNUNG KERINCI
+ SEJARAH MANDAILING DALAM LITERATUR
+ HUBUNGAN MAJAPAHIT DAN SEJARAH YANG SEBENAR NYA
+ BACA DULU TENTANG SUKU MALAYU BARU BACA TULISAN IN...
+ SUKU MALAYU
+ KENAPA IBUKOTA MALAYU DI PINDAHKAN DARI JAMBI KE D...
+ PUTRA MAHKOTA ISKANDAR ZULKARNAIN
+ KAMAR KHUSUS MICHAEL JAKSON ADA DI AFSEL MAU COBA ...
+ BELANDA JUARA DUNIA BISAKAH
+ LUKA SEJARAH PERBUDAKAN DI AFSEL ADA YANG DI DATAN...
+ WORD CUP AFSEL BUDAK-BUDAK ITU DI DATANG KAN DARI ...
+ HUBUNGAN ANTAR SHIO JANGAN SALAH MEMLIH JODOH
+ MACAM-MACAM LEGENDA AWAL MULA TAHUN CHINA
+ ORANG CHETI DAN TEKA-TEKI MARGA SEMBIRING
+ AKAR BUDAYA KERAJAAN MINANG TEMPO DULU
+ SEJARAH ASLI MINANG KABAU
+ KEBUDAYAAN CHAMPA YANG MEMPENGARUHI MINANG KABAU
+ NASKAH MELAYU KUNO TELAH DI TEMUKAN DI KERINCI
+ SEJARAH DAN WARISAN MINANG KABAU KUNO
+ SEJARAH KERAJAAN CHAMPA
+ SEJARAH SUKU MINANG KABAU
+ TULISAN INCUNG JEJAK PERADABAN TUA KERINCI
+ NAGARI PARIANGAN DI PAGARUYUNG
+ TAMBO ALAM KERINCI
+ KERAJAAN TERTUA DI SUMATERA ADALAH KANDIS
+ HUBUNGAN KERINCI DENGAN NAGARI DI SUMBAR
+ ARTIKEL TERBARU TENTANG ASAL-USUL ORANG KERINCI
+ ADA NYA MISS AUSTRALIA MEMBUAT CANTIK PIALA DUNIA
+ PENCAK SILAT DI PIALA DUNIA.. HE...HE..HE..HE...
+ INDONESIA DILANDA TSUNAMI SOSIAL
+ KARTU FASILITAS BBM DI BAGIKAN PADA YANG BERHAK
+ DEMOKRASI 50 PLUS SATU DJAJANG DAN MAMAD
+ Pidato CGI 4
+ PIDATO CGI 3 KWIK KIAN GIE
+ PIDATO CGI 2 KWIK KIAN GIE
+ PIDATO CGI BANTUAN ASING
+ PRAKTEK EKONOMI INDONESIA DI GUGAT KWIK KIAN GIE
+ Tanggapan Kwik Kian Gie Terhadap Berbagai Pendapat...
+ TANGGAPAN KWIK KIAN GIE PLAFORM PRESIDEN
+ KADISDIK BANGKO NGERI MENJADI ANAK BUI
+ SAROLANGUN MOBIL DINAS BERKAS NYA SAMPAI KEJATI
+ KPU SUNGAI PENUH AJUKAN ANGGARAN10 MILIAR WAJAR NA...
+ PENGANGGURAN DIKERINCI PALING BANYAK DARI KALANGAN...
+ SUNGAI PENUH BANYAK BEREDAR MAKANAN KADALUARSA
+ TUNGKAL AWASI PENGURUSAN SERTIFIKAT
+ LIMBAH PT INDOSAWIT ILEGAL TAPI TIDAK PERNAH DI TI...
+ ABDUL FATTAH JUGA BERSAING DI BATANGHARI
+ WAKIL BUPATI BATANGHARI TERUS BERMANUFER CARI PERA...
+ JALAN SUNGAI BAHAR PUTUS TOTAL RAKYAT MENJERIT
+ PERBATASAN KERINCI BANGKO RAWAN
+ TOLAK IBUKOTA KABUPATEN KERINCI DI SIULAK
+ PUPUK LANGKA DI KERINCI DI MANA TANGGUNG JAWAB ANG...
+ KETIPU JAAP STAM JADWAL PERTANDINGAN
+ DALAM BOLA TAK ADA TEMPAT UNTUK RASISME
+ WISATA AFSEL YANG MENARIK
+ GOL YANG SANGAT MENGESAN KAN BAGI NEW ZELAND
+ PEMAIN BELANDA MULAI SANTAI DENGAN HANYA LATIHAN P...
+ BINTANG BELANDA TURUN SEMUA
+ JEPANG PERLU SERI LAWAN DENMARK UNTUK MENJADI RUNN...
+ DI HANTAM DINAMIT DENMARK SUPERTERKAMERUN MEMBEKU
+ HASIL DAN JADWAL PERTANDINGAN WORD CUP AFSEL
+ KODE NOPOL AFSEL UNIK DI JADIKAN PLESETAN WARGA
+ NENEK-NENEK PUN MAIN BOLA WORD CUP
+ AFSEL KURANG AMAN SESAMA WARGA PUN SALING CURIGA
+ BRONX NYA AFSEL NGERI AH
+ KORSEL MERASA KALAH MASSA DARI ARGENTINA ,HANYA AL...
+ PACAR CASILLAS SANGAT SEXY SPANYOL KALAH JADINYA
+ SANGAT TIDAK MANUSIAWI KALAU IBUKOTA KABUPATEN KER...
+ QUICK COUNT LEBIH SERU UNTUK DI TONTON DARI PIALA ...
+ DI TUNGKAL HBA BERSAING KETAT DENGAN SAFRIAL
+ DI KERINCI AMI MENANG MUTLAK
+ 78,57 PERSEN SUARA MASUK QUICK COUNT HBA UNGGUL
+ PILGUB JAMBI HASIL PENGHITUNGAN CEPAT LSI HBA UNGG...
+ AGUS KALAH DI TPS SENDIRI
+ DI KOTA JAMBI HBA MENANG LEBIH DARI 45 PERSEN
+ PERETORIA TEMPAT MENGHUKUM AFRIKA SELATAN TUNDUK ...
+ WALAU KALAH 3-0 DARI URUGUAI TAPI DI SAKSIKAN MANT...
+ CHINA DUKUNG JEPANG DAN KORSEL WORD CUP
+ KASUS VIDEO MESUM CUT TARI DI ANTAR SUAMI
+ VIDEO MESUM MIRIP LUNA MAYA MULAI DIJUAL DI DAERAH...
+ HATI-HATI BERHUBUNGAN DENGAN MANTAN PACAR
+ AWAS VIRUS FACEBOOK INI CIRI-CIRI NYA
+ KLASEMEN SEMENTARA PIALA DUNIA AFSEL
+ FIFA RESMI CORET INDONESIA
+ MALAYSIA MENGAJAK INDONESIA MENJADI TUAN RUMAH BER...
+ PSSI ANDA DARI INDONESIA YA MAAF ANDA BUKAN PRIOR...
+ Gairah Piala Dunia Afrika Selatan Gairah Piala D...
+ PENONTON PIALA DUNIA MULAI SEPI
+ BBM DI BUNGO LANGKA PADA KEMANA YA
+ ANGKA PERCERAIAN DI BUNGO MENINGKAT APA PENYEBAB N...
+ MUARO BUNGO PUPUK SUBSIDI KE MANA LARI NYA
+ PKL TOLAK PINDAH KE KINCAI PLAZA
+ ASET KOTA SUNGAI PENUH BELUM DI SERAH KAN OLEH PI...
+ JALAN ASAL JADI DI SUNGAI PENUH SUDAH DI BONGKAR T...
+ IBUKOTA KABUPATEN KERINCI DI MANA YA YANG TERBAIK
+ ANGGOTA DEWAN USAHA MENGGAGAHI WANITA
+ JERUK PULAU TENGAH JERUK ASLI KERINCI
+ SIAPAKAH TERKAYA DAN TERMISKIN DI ANTARA PARA KAND...
+ TUNA NETRA BAGAIMANA CARA MERKA MEMILIH
+ WILAYAH YANG RAWAN MOBILISASI MASSA PEMILIH
+ RELAWAN PEMANTAU PEMILU
+ ZULFIKAR ACHMAD MENANG DALAM SIMULASI
+ KASUS SUAP HBA BERBUNTUT PANJANG
+ HATI-HATI BAWA PLAT MERAH PERGI KAMPANYE
+ Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jambi mendata...
+ PASAR ANGSO DUO DI HIBAH BISAKAH
+ DEBAT KANDIDAT HARUS DI PERBAIKI MASAALAH TEKNIS N...
+ AGUS SETIO NEGORO CALON TERKAYA BENARKAH
+ DI BILANG AGUS YANG TERKAYA ISTRINYA PROTES BERAT
+ HBA MONEY POLITIK ZA MINTA MAAF WASPADA MEMANG PER...
+ BANYAK SURAT SUARA YANG RUSAK
+ TAK PAKAI SURAT UNDANGAN MASIH BISA MEMILIH PILGUB...
+ SURAT SUARA ADA YANG RUSAK
+ CALON BUPATI MULAI INCAR PARTAI POLITIK
+ KPU Kota Jambi dan Kabupaten Sarolangun meyakinkan...
+ PANWASLU PIDANAKAN TEAM SUKSES HBA-FACRORI
+ AMERIKA MAIN DI JAGA FBI WAKTU LAWAN INGGRIS
+ MAIN SERASA TELANJANG KARNA BAJU TIPIS
+ MUSIM DINGIN DATANG LEBIH AWAL DI AFSEL
+ ARGENTINA TERTEKAN TAPI MENANG VS NIGERIA
+ MARADONNA MENJAWAB KERAGUAN PENGGEMAR NYA
+ LEMAH DI LUAR TEGAP DI DALAM LAPANGAN
+ MESSI TERGANTUNG PADA PERMAINAN TEAM BUKAN INDIFID...
+ MESSI BUKAN YANG TERBAIK MASIH ADA C RONALDO
+ DEBAT KANDIDAT GUBERNUR ZULFIKAR ACHMAD TAK PUNYA ...
+ AWAS EFEK PIALA DUNIA BARANG HILANG NYAWA MELAYANG...
+ SAMPAI MENIT 52 KORSEL UNGUL 2-0 ATAS YUNANI WARTA...
+ DEWA YUNANI IKUT BERMAIN BISA KAH MENANG
+ ANALISYS WORD CUP KOREA VS YUNANI
+ URUGUAY VS PERANCIS MENJEMUKAN SKOR 0-0
+ MEXICO HAMPIR BUKA SEJARAH DI AFSEL
+ JADWAL PERTANDINGAN PIALA DUNIA 2010 AFSEL
+ AFRIKA SELATAN PIALA DUNIA 2010 DRAMA LAWAN MEXICO...
+ SITUS VIDEO LUNA MAYA DAN ARIEL PETERPAN
+ Hasil Survey terakhir Hasil survey terakhir yang ...
+ PILKADA DAN PENTING NYA POLITIKAL MARKETING STRATE...
+ PABRIK PUPUK PETRORGANIK PERTAMA DI INDONESIA
+ LAPINDO BRANTAS TELAN APBN 2,8 TRILIUN RUPIAH
+ LIMA TIP MEMENANG KAN PILKADA JAMBI
+ PERTEMUAN ( HKK ) SE INDONESIA DI GOLDEN HOTEL JAM...
+ BAYI BERMATA SATU ITU TELAH LAHIR
+ TENTARA ISRAEL TENTARA YANG TERLATIH DI DUNIA INI...
+ MUSEUM REKOR ADA REKOR TER ANEH DAN TER UNIK
+ TERMEWAH DI DUNIA HANYA ADA SEPULUH BUAH RUMAH SAJ...
+ MOTOR PALING MAHAL DI DUNIA MOTOR APA YA.....
+ PROFESI APA YANG ANDA PILIH DARI १० PROFESI YANG ...
+ SESUATU YANG MISTERIUS TERJADI DI TENGAH KOTA GUAT...
+ एयर LAUT NAIK ADAKAH PULAU YANG BAKAL TENGGELAM
+ BLACKBERRY NOKIA C3 DAN PONSEL CHINA YANG MURAH M...
+ TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN ANAK MENTENG AJA JADI...
+ KISAH ORANG SUKSES DUNIA
+ SUKU BUNGA ACUAN BANK INDONESIA DI LEVEL 6,5 PERS...
+ HASAN TIRO DAN PERJALANAN HIDUP NYA
+ SIM AKAN DI LENGKAPI DENGAN FASILITAS PRA BAYAR
+ HASAN TIRO MENINGGAL
+ POHON SEX DI TEBANG UNTUK MESJID
+ TABUNG ELPIJI DI GUDANG MELEDAK DI SURABAYA
+ ISTRI BEK INGGRIS CHERYL COLE PAMERKAN TUBUH SEXY ...
+ LIVERPOOL PECAT BENITEZ
+ SERING MELAKU KAN SEX RAHASIA AWET MUDA CAMERON DI...
+ WAKIL PRESIDEN AMERIKA KECAM ISRAEL
+ ISRAEL BERULAH LAGI KAPAL RELAWAN DISERANG NYA
o ► Mei (40)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar